Renungan Harian Katolik

Renungan Harian Katolik, Rabu 4 November 2020, Pesta St. Karolus Borromeus: Sanggup Atau Tidak?

Hari ini Yesus seakan berkata, "Lu sanggup nggak ikut Aku ? Apakah Lu mampu bertahan hingga garis finish dalam hidup, tugas dan karyamu bersama Aku?"

Editor: Agustinus Sape
Foto Pribadi
Pater Steph Tupeng Witin SVD 

Renungan Harian Katolik, Rabu 4 November 2020, Pesta St. Karolus Borromeus: Sanggup Atau Tidak? (Lukas 14:25-33)

Oleh: Pater Steph Tupeng Witin SVD

POS-KUPANG.COM - Penginjil Lukas menulis bahwa "banyak orang berduyun-duyun mengikuti Yesus dalam perjalanan-Nya" (Luk 14:25). Tentu yang dimaksud dengan "perjalanan" itu adalah perjalanan Yesus ke Yerusalem, tempat Ia bakal ditolak, dibunuh, dan disalibkan, tetapi akan dibangkitkan.

Pertanyaannya, apakah semua orang itu juga berani dan tetap bertahan mengikuti-Nya sampai ke akhir perjalanan-Nya? Pertanyaan ini tentu saja pasti terarah juga kepada siapa saja yang tengah berusaha untuk mengikuti Yesus dalam perjalanan-Nya. Apakah juga bertahan mengikuti Dia sepanjang hidup?

Saat-saat awal bekerja sebagai karyawan baru atau menjadi murid baru, biasanya orang menunjukkan antusiasme dan semangat yang luar biasa. Tapi seiring berjalannya waktu, bisa saja ada orang yang api semangatnya tetap membara, ada juga orang yang meredup gelora gairahnya.

Kepada orang banyak yang mengikuti-Nya, Yesus menyampaikan 3 (tiga) syarat yang harus dipenuhi, agar orang dapat disebut murid-Nya yang sejati; pengikut-Nya yang bertahan sampai akhir.

Syarat pertama kedengarannya keras. Yesus bilang, orang yang tidak "membenci" orang tua, keluarga, sanak, nyawa sendiri tak layak menjadi murid-Nya (Luk 14:26). Ungkapan "membenci" dalam gaya bicara Semit biasa dipakai untuk menggambarkan sikap tidak memihak. Begitu pula "mengasihi", maksudnya sama dengan berpihak.

Dalam mengikuti Yesus hingga akhir, orang diingatkan, agar tidak lagi memihak pada ikatan-ikatan kekerabatan, kepentingan dan urusan keluarga. Mengapa? Bukan karena mengikuti Yesus itu bertolak belakang dengan ikatan keluarga atau hubungan darah, melainkan agar perkara Kerajaan Allah tidak dibataskan atau diganggu lagi dengan urusan tetek bengek soal famili, masalah konflik saudara-saudari dalam hal warisan, dan sebagainya.

Syarat kedua ialah mengangkat salib dan mengikuti Yesus. "Barang siapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak dapat menjadi murid-Ku" (Luk 14:27). Penyaliban adalah hukuman paling hina zaman itu. Dengan bicara tentang salib, Yesus menyerukan agar orang yang mengikuti-Nya, mati di salib. Atau, siap memikul balok salib sampai ke tempat eksekusi.

Tentu saja, memikul salib harus diartikan sebagai kiasan. Maksudnya, sebagai pengikut-Nya, orang seharusnya melekat kepada Yesus, sehingga dia mampu memandang hidup di bumi ini sebagai sesuatu yang bukan tujuan. Untuk bersatu dengan Yesus, dia mesti memilih "mati bagi diri sendiri", mati bagi segala sesuatu yang biasa dia kejar sebagai kepentingan utama hidupnya.

Memikul salib juga berarti mengikuti jejak langkah Yesus, meniti jalan yang sama. Yesus memikul salib. Pengikut-Nya tinggal ikut memanggulnya. Ikut meringankan beban perjalanan-Nya seperti Simon dari Kirene. Menjadi teman seperjalanan Yesus.

Syarat ketiga ialah melepaskan harta milik (Luk 14:33). Kata "milik" harus diartikan secara luas. Milik itu bisa berupa uang atau harta, juga bisa berupa anak, istri, orang tua, atasan, atau diri sendiri, kepentingan sendiri yang dapat bermacam bentuk. Hanya orang yang menjadikan Yesus sebagai raja hidupnya saja, yang sungguh-sungguh dapat menjadi murid-Nya dan akan berhasil sebagai murid-Nya pula.

Kepribadian murid Yesus ialah merdeka, lepas bebas; juga dalam hal harta milik. Dalam hubungan ini lebih jelas mengapa ada syarat, agar orang melepaskan harta milik. Salah satu kekhususan Kerajaan Allah ialah perhatian kepada orang miskin. Berarti orang yang memiliki kelebihan diajak agar menggunakan kekayaan untuk membantu orang lain yang kurang mempunyai. Lantaran siapa pun berkecenderungan lebih suka dan lebih rela berbagi kekayaan dengan sanak keluarga sendiri, makanya, perlu ada sikap merdeka terhadap harta.

KITA?
De facto kita masih mengikuti Yesus. Perjalanan kita masih panjang. Bisa jadi kita kelelahan, haus dan kelaparan. Bisa pula kita tergiur hal yang lain, muncul keinginan untuk meninggalkan Yesus.

Olehnya, hari ini Yesus seakan berkata, "Lu sanggup nggak ikut Aku ? Apakah Lu mampu bertahan hingga garis finish dalam hidup, tugas dan karyamu bersama Aku?" *

SIMAK JUGA VIDEO BERIKUT:

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved