Perang Besar China vs AS di Laut China Selatan Bakal Pecah,Negara ASEAN ini Bakal Dibomardir China

Kedua negara sudah sama-sama memasang target tembakan dari semua peralatan perang baik di darat , laut dan udara di kawasan laut China Selatan

Editor: Alfred Dama
Tangkapan layar SCMP
Ilustrasi jet tempur J-20 China 

Prediksi Perang Besar China vs AS di Laut China Selatan Bakal Pecah, Negara  ASEAN ini Bakal Dibomardir China

POS KUPANG.COM -- Perang antara China melawan Amerika Serikat di Laut China Selatan atau LCS bisa terjadi kapan saja

Kedua negara sudah sama-sama memasang target tembakan dari semua peralatan perang baik di darat , laut dan udara di kawasan laut China Selatan

Negara Jepang dan Taiwan merupakan pendukung utama militer Amerika di LCS , namun bila perang terjadi bukan dua negara ini yang bakal digempur habis-habisan.

Negara Filipina kemungkinan menjadi salah satu negara anggota ASEAN yang bakal dibombardir China dalam perang tersebut

Sebab, posisi Filipina yang bersekutu dengan Amerika akan menguntuingkanm militer AS dalam melawan China di LCS

Seperti yang kita tahu ketegangan antara China dan Amerika terus meningkat dari waktu ke waktu.

Baca juga: Melaney Ricardo Terkena Virus Corona, Dirawat Seorang Diri di Rumah Sakit Tak Kuasa Bendung Air Mata

Baca juga: Presiden Perancis Dianggap Hina Agama Islam dan Nabi Muhammad SAW, Ini Klarifikasi Emmanuel Macron

Baca juga: Celine Evangelista Sudah Pindah Agama dan Pakai Hijab, Suaminya Tak Masalah, Ini Respon Istri Stefan

Baca juga: Teroris Serang Tempat Ibadah di Austria, Tewaskan 7 Orang, Gunakan Bom dan Senjata Api

Bahkan, kedua negara ini terus unjuk gigi pamerkan kekuatan tempurnya di Laut China Selatan.

Baik Amerika maupun China, keduanya sama-sama membawa kapal induk ke wilayah sengketa tersebut.

Tensi keduanya pun saling memanas dan tak hanya Amerika dan China, beberapa negara sekitar Laut China Selatan pun juga demikian.

Termasuk negara seperti Taiwan yang kini menjadi musuh alami China, sekaligus sekutu Amerika.

Dan juga Jepang yang merupakan negara yang sudah lama bermusuhan dengan China sejak Perang Dunia II, sekaligus menjadi sekutu Amerika.

Meskipun kedua negara tersebut dipandang cukup dekat dengan Amerika sekaligus menjadi musuh China.

Ternyata bukan dua negara itu yang bakal menjadi incaran China pertama kali, karena menurut sebuah laporan justru negara Asia Tenggara ini yang diicar China.

Menurut 24h.com.vn pada Jumat (30/10/20), laporan itu mengatakan, China kemungkinan bakal melancarkan serangan ke Filipina.

Lokasi strategis antara Laut Cina Selatan dan Pasifik membuat Filipina sangat mudah menjadi sasaran pertama Cina, kata Jenderal Bautista dalam forum yang diselenggarakan baru-baru ini, menurut SCMP.

Jendral Bautista mencontohkan jalur strategis di Selat Ba Si, terletak persis di sebelah Batanes, kepulauan Babuyan di Filipina dan Selat Mindoro, Cebu, Balabac, San Bernardino, Surigao di kepulauan Filipina.

"Jika kami ingin mendominasi Laut China Selatan, ini akan menjadi posisi strategis yang dibidik China," kata Bautista.

Jenderal Bautista bertugas di militer Filipina selama lebih dari 30 tahun, menjabat sebagai kepala staf angkatan bersenjata, dari 2013 hingga 2014.

Ia juga pernah menjadi komandan Satgas Nasional di perairan barat Filipina. Pasukan ini berdiri pada tahun 2016.

Meski China selalu menegaskan pendiriannya tidak menginginkan perang, Bautista menunjukkan bahwa Beijing menjadi semakin agresif, tidak hanya di titik panas di laut tetapi juga di perbatasan dengan India.

"Sengketa kedaulatan di Indo-Pasifik adalah hot spot yang dapat memicu perang AS-China," kata Bautista.

"Begitu perang pecah, China akan mengambil kendali atas Filipina, untuk mengambil posisi strategis," tambahnya.

Sebaliknya, AS akan melakukan segala upaya untuk menghentikan, tidak hanya karena perjanjian pertahanan antara kedua negara, tetapi juga untuk menghentikan ekspansi China di Pasifik.

Menurut Bautista, militerisasi pulau-pulau buatan China di Laut China Selatan merupakan ancaman langsung bagi Filipina.

Dari daerah tersebut, rudal dan jet tempur China hanya membutuhkan waktu beberapa menit untuk mencapai kepulauan Filipina.

Menanggapi skenario perang yang disebutkan oleh Jenderal Bautitsta, analis pertahanan Collin Koh mengatakan di SCMP bahwa China perlu menetralkan ancaman di Filipina untuk memperluas jalannya ke Pasifik.

"Jika pasukan AS hadir di Filipina, mereka akan menjadi sasaran pertama serangan China," kata Koh.

"Tentara China juga dapat mendarat di Filipina untuk menstabilkan situasi politik di negara ini, sebagai batu loncatan dalam perang dengan AS," tambahnya.

Koh menambahkan bahwa Filipina adalah bagian dari strategi "rantai pulau pertama Amerika", yang mencakup Jepang dan Taiwan.

Jika China ingin mengalahkan AS, China perlu menetralkan ancaman di rantai pulau pertama, kata Koh.

Tetapi China tidak perlu menduduki seluruh Filipina untuk mencapai tujuan tersebut, cukup untuk mengontrol jalur laut strategis, ungkap Koh.

Dalam sidang Senat pada 12 Oktober, Menteri Pertahanan Filipina Delfin Lorenzana mengatakan militer Filipina hanya mencapai seperempat dari rencananya untuk memastikan kemampuan pertahanan.

Lorenzana mengatakan bahwa meski dengan angkatan laut dengan kapal perang modern, angkatan darat tidak memiliki senjata yang lengkap.

* Uji Coba Berakhir, Kapal Induk Pertama Buatan China lebih mengerikan, Ancaman Bagi Amerika Serikat?

Uji Coba Berakhir, Kapal Induk Pertama Buatan China Lebih Mengerikan dari Kapal Induk Liaoning

Shandong, kapal induk pertama yang China buat di dalam negeri, telah menyelesaikan uji coba reguler dan misi pelatihan di laut yang berfokus pada pertempuran sebenarnya.

Kapten Senior Lai Yijun, Komandan Shandong, mengatakan, pengujian dan pelatihan termasuk dukungan penerbangan, pengendalian kerusakan, dan tanggap darurat.

"Kami fokus pada pertempuran yang sebenarnya dan telah secara efektif menguji kinerja senjata di kapal," kata Lai kepada CCTV, Selasa (27/10/2020), seperti dilansir Global Times.

"Pengujian dan pelatihan menunjukkan kinerja inti kapal induk Shandong meningkat," ujar dia.

Pada Juni lalu, siaran CCTV menunjukkan tujuh Shenyang J-15 di atas kapal induk Shandong serta latihan take-off dan landing jet tempur berjulukan Hiu Terbang tersebut.

Pada 17 Desember 2019, China secara resmi menugaskan Shandong ke Angkatan Laut PLA dalam sebuah upacara yang Presiden Xi Jinping hadiri, setelah lebih dari delapan belas bulan uji coba laut. 

Lima fakta tentang Shandong

Seperti kakaknya kapal induk Liaoning, Pemerintah China mengambil nama Shandong dari provinsi di Timur Laut negeri tembok raksasa.

Shandong melakukan misi pertamanya yang dilaporkan pada 26 Desember 2019, setelah ditugaskan ke Angkatan Laut PLA seminggu sebelumnya. Kapal induk itu berlayar melalui Selat Taiwan.

Dalian Shipbuilding memulai pembuatan kapal induk sepanjang 315 meter ini lima tahun lalu, tepatnya Maret 2015.

Ini adalah pencapaian tonggak lain untuk Angkatan Laut PLA. 

Memang, kemampuan kapal induk China masih jauh dari kapal induk milik Angkatan Laut AS.

Baca juga: Timor Leste Mendadak Beli Kapal Angkatan Laut China Fasilitas Meriam, Tamparan Keras untuk Australia

Tapi, bisa sebagai batu loncatan ke kekuatan yang lebih kuat, titik prestise nasional, dan berpotensi untuk misi ekspedisi di luar negeri.

Tapi yang pasti Kapal Induk Shandong lebih mengerikan dari Kapal Induk Liaoning.

Nah, berikut lima hal yang menonjol dari kapal induk Shandong menurut The National Interest:

1. Kapal induk kedua China, tapi yang pertama Tiongkok bangun sepenuhnya di negera mereka

Kapal induk Shandong mengadopsi desain dasar Varyag yang kini menjelma menjadi kapal induk Liaoning.

China membeli Varyag dari galangan kapal Ukraina. 

Tapi, Ukraina juga mentransfer cetak biru kapal itu. Itu memungkinkan arsitek China untuk mengubah desainnya agar lebih optimal untuk perannya dalam Angkatan Laut PLA. 

2. Bisa membawa lebih banyak pesawat tempur dibanding Liaoning.

Kapal induk Liaoning hanya bisa membawa 36 pesawat, termasuk 24 jet tempur J-15.

Sementara Shandong sanggup menggendong 44 pesawat, termasuk 32 jet tempur.

Hanya, kemungkinan besar kapal induk Shandong akan membawa jet tempur dengan sistem serangan elektronik J-15D yang dilengkapi pod pengacau. J-15D sudah terlihat di dek Shandong pada 2018.

3. Memiliki radar baru yang canggih.

Radar active electronically scanned array (AESA) terpasang di kapal induk Shandong, dengan empat antena menghadap ke arah yang berbeda. 

AESA pada dasarnya adalah standar emas saat ini dalam radar, karena memiliki resolusi yang jauh lebih tinggi, lebih kuat, dan lebih tahan terhadap gangguan. 

Radar yang berkualitas sangat penting untuk memberi operator kontrol lalu lintas udara, mengoordinasikan operasi tempur, dan mendeteksi ancaman yang masuk.

4. Membawa helikopter tempur canggih 

Kapal induk Shandong membawa Helikopter ZH-18J yang memiliki radar yang kuat, yang bisa memberikan peringatan dini terhadap pesawat tempur dan rudal musuh yang datang. 

Radar di helikopter ZH-18J menjadikan lebih efektif dan meningkatkan kemungkinan kapal induk Shandong untuk menghindari serangan.

Beberapa komentator menyebutkan, kapal induk Shandong akan membawa pesawat radar udara KJ-600, yang sangat mirip dengan E-2 Hawkeye milik AS. 

Pesawat KJ-600 akan lebih unggul dari helikopter ZH-18J karena mampu terbang lebih tinggi, lebih cepat, dan lebih jauh.

Tapi, masih ada banyak keraguan, pesawat bertenaga turbo-prop ini bisa lepas landas dari Shandong.

Selain itu, kapal induk Shandong membawa helikopter ZH-18F yang dilengkapi torpedo, sonar, dan radar pencarian permukaan yang bisa bisa periskop yang menonjol, untuk memburu kapal selam musuh. 

Itu adalah misi penting karena perlombaan senjata kapal selam yang saat ini terjadi di Pasifik, dan siluman akustik superior kapal selam Virginia juga Ohio yang bertenaga nuklir milik Angkatan Laut AS.

5. Batu loncatan untuk membangun armada kapal induk yang lebih besar

Shandong mungkin menjadi satu-satunya kapal induk Tipe 002 yang bergabung di Angkatan Laut PLA.

Sebab, dua kapal induk yang saat ini China bangun akan lebih besar.

China membuat Shandong untuk membangun pengalaman dalam pembuatan jenis kapal yang belum pernah mereka bikin sebelumnya, dan memberi lebih banyak waktu untuk melatih pilot juga awak dalam operasi kapal induk. 

Namun, untuk saat ini, Shandong akan menjadi pusat perhatian dalam operasi PLA di Laut China Selatan dari yang berlayar dari pangkalan di Sanya, juga dekat dengan pangkalan utama kapal selam rudal balistik nuklir.(*)

Sebagian artikel ini sudah tayang di Soso.Grid.ID dengan judul Bukan Taiwan Apalagi Jepang, Ternyata Malah Negara Asia Tenggara Ini yang Diprediksi Akan Digempur Oleh China Pertama Kali Jika Perang Amerika-China Benar-Benar Terjadi https://intisari.grid.id/amp/032409064/bukan-taiwan-apalagi-jepang-ternyata-malah-negara-asia-tenggara-ini-yang-diprediksi-akan-digempur-oleh-china-pertama-kali-jika-perang-amerika-china-benar-benar-?page=all

Sumber: Grid.ID
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved