Ada Mukena di Rumah Rocky Gerung, Neno Warisman Kaget Lalu Sebut Sudah Jadi Muhammad Rocky Gerung?

Lebih lanjut, Rocky Gerung menuturkan ia pernah masuk ke pesantren Abu Bakar Ba'asyir di Ngruki yang dianggap sebagai sarang radikalisme.

Editor: Frans Krowin
tribunbangka.com
Rocky Gerung dan fans 

Selain perlengkapan untuk umat muslim, Rocky juga menyediakan perlengkapan untuk umat agama lainnya.

"Ya di tempat saya, di rumah saya, saya siapin. Bahkan beberapa kitab suci, hindu ada, muslim ada. Bible ada. Saya siapin mukena, saya siapin sajadah."

"Karena saya banyak teman muslim. Dan pasti banyak teman muslim daripada agama lain. Karena muslim adalah mayoritas," aku Rocky Gerung.

Bukan tanpa alasan, Rocky melakukan hal tersebut untuk menghargai tamu yang berkunjung ke rumahnya.

"Hak orang untuk menikmati momen spiritual privatnya harus dihargai oleh tuan rumah. Karena itu saya siapkan tempat untuk orang salat, orang bisa pilih mau salat di sini atau bisa pindah ke bawah pohon," terang Rocky Gerung.

Rocky Gerung mengaku, sikapnya itu hanya sekedar mengagumi teman atau sahabatnya yang memiliki kemampuan untuk mendalami batinnya dengan mengikuti ritual agamanya.

"Keluarga saya keluarga egaliter, di keluarga saya ada Muslim cukup banyak, sehingga saya terbiasa soal begitu. Jadi keadaan itu kemudian membawa kita pada kemampuan untuk bukan sekadar apresiasi, tapi masuk ke dalam sistem orang lain," papar Rocky Gerung.

Rocky Gerung Ungkap Alasan Terus Kritik Jokowi Tanpa Celah

Rocky Gerung mengungkapkan alasan mengapa dirinya selalu memberi kritik tajam pemerintahan Presiden Joko Widodo atau biasa disapa Jokowi.

Hal itu diungkapkan Rocky Gerung kala menjadi narasumber dalam podcast di kanal YouTube Akbar Faizal Uncensored, Senin (19/10/2020).

"Soal kritik pada presiden, saya tidak ingin menyisakan ruang, karena kalau ada ruang yang disisakan, seolah-olah memberi applause pada kekuasaan."

"Lalu gerombolan penjilat, kaum fanatik yang tanpa argumen mendukung presiden lalu hura-hura," ungkap Rocky.

Rocky menyebut seorang presiden terpilih dengan dua dukungan, yaitu legalitas dan legitimasi.

"Legalitas adalah aturan negara, aturan hukum, beliau terpilih."

"Tapi bagi saya waktu itu legitimasinya tidak ada atau sangat kurang."

Halaman
1234
Sumber: Bangka Pos
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved