Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik, Jumat 30 Oktober 2020: Tamu Tak Diundang
Berbahagialah orang, yang seperti Tuhan, yang tetap punya hati dan peduli dengan orang lain, selagi menikmati kesukacitaannya.
Renungan Harian Katolik, Jumat 30 Oktober 2020
Tamu Tak Diundang (Lukas 14:1-6)
Oleh: Pastor Steph Tupeng Witin SVD
POS-KUPANG.COM - Kayaknya sudah jamak di kota-kota, selesai misa hari Minggu, orang lanjut dengan mendatangi restaurant, rumah makan, kedai kopi, warteg. Sekedar untuk sarapan, launch, dinner atau juga untuk kongkow-kongkow.
Kesempatan seperti itu lebih bersifat eksklusif, terbatas keluarga, sohib karib, atau orang khusus yang diundang atau diajak. Karena memang orang ingin rehat, santai dan berkumpul dengan keluarga, kolega. Orang bisa bercerita, bersenda gurau antar mereka. Orang tak mau diusik dan terganggu suasana keakraban dengan kehadiran orang lain yang tak ada sangkut pautnya.
Tak terbayangkan bagaimana reaksi dan suasana, bila di saat indah itu, muncul seseorang asing yang kumal, borok sekujur tubuh. Hampir pasti ada perasaan hati jijik, menolak. Tapi boleh jadi, ada juga hati yang mulia yang menyapa dan memberi perhatian kasih.
Kisah semacam ini bisa terjadi di mana pun dan kapan pun. Zaman Yesus, setiap hari Sabat, orang-orang Yahudi berkumpul untuk beribadah. Selesai ibadah biasanya disambung dengan makan bersama. Lukas berceritera tentang ini. Setelah beribadah dan berkotbah di satu hari Sabat, Yesus diundang makan di rumah salah seorang pemimpin dari orang-orang Farisi. Ia tak menolak undangan itu. Hampir pasti yang ikut hadir adalah orang-orang dekat dan sejiwa dengan tuan rumah.
Tiba-tiba ada kejadian yang mengejutkan. Datang seorang yang sakit busung air. Ia tamu tak diundang. Orang itu kemudian berdiri di hadapan Yesus. Semua yang lain terusik dan mungkin ingin mengusir orang malang itu. Apalagi hari itu Sabat. Waktunya beristirahat. Terlarang untuk berbuat, bertindak menyembuhkan orang sakit sesuai Taurat Musa.
Namun Yesus justru menunjukkan hati yang seharusnya dimiliki oleh siapa pun. Hati yang selalu terbuka untuk menerima kehadiran orang lain, tamu yang tak diundang, tak diharapkan; tapi membutuhkan pertolongan. Yesus memegang tangan si sakit itu dan menyembuhkannya.
Kata-kata Yesus yang terarah kepada semua yang hadir, kiranya pantas direnungkan, "Siapakah di antara kamu yang tidak segera menarik ke luar anaknya atau lembunya kalau terperosok ke dalam sebuah sumur, meskipun pada hari Sabat?" (Luk 14:5). Bahwa sesama itu berharga. Apalagi yang malang. Orang harus merasa "terganggu hati" dan berempati dengannya.
KITA?
Memang kadang kita ingin menikmati dunia kita sendiri. Kita ingin bersama keluarga kita, dengan konco-konco kita. Kita mau merayakan kegembiraan dalam suasana privacy. Tapi hati kita mesti selalu siap dan terbuka bila secara tak terduga hadir orang lain. Yesus menunjukkan secara kasat mata, agar kita tak mesti merasa terganggu dengan hadirnya orang yang membutuhkan pertolongan.
Sebaliknya kita harus merasa "terganggu hati" untuk prihatin dan berbela rasa. Bahkan tangan mesti terulur berbuat sesuatu, memberikan pertolongan apa yang dibutuhkannya. Adat, budaya, tata krama, sopan santun kadang mesti dikesampingkan. Karena manusia dan keselamatannya memang lebih berharga dari apa pun.
Berbahagialah orang, yang seperti Tuhan, yang tetap punya hati dan peduli dengan orang lain, selagi menikmati kesukacitaannya. *
SIMAK JUGA VIDEOBERIKUT: