Sumpah Pemuda

ANDA Tahu? Sosok Moh Yamin di Balik Rumusan Teks Naskah Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928, Ini Profilnya

Sosok Mohammad Yamin dikenal sebagai sosok yang merumuskan Sumpah Pemuda tahun 1928. Rumusan tersebut dipaparkan saat Kongres Pemuda II

Editor: Benny Dasman
Istimewa
Tokoh bangsa yang juga telah diangkat sebagai pahlawan nasional, Mohammad Yamin Artikel ini telah tayang di tribunmanado.co.id dengan judul Sosok Mohammad Yamin, Tokoh di Balik Rumusan Teks Naskah Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928, https://manado.tribunnews.com/2020/10/28/sosok-mohammad-yamin-tokoh-di-balik-rumusan-teks-naskah-sumpah-pemuda-28-oktober-1928?page=4. Editor: Yeshinta Sumampouw 

Setelah mendapatkan pendidikan dasar di kampung halaman, Yamin melanjutkan pendidikan ke Pulau Jawa, tepatnya ke Algemene Middelbare School (AMS) di Surakarta. Selanjutnya, Yamin menuju ke Jakarta dan masuk Sekolah Tinggi Hukum (Rechts Hooge School) di Jakarta.

Setelah aktif dan memimpin Jong Sumatranen Bond, Yamin mulai aktif mengemukakan gagasan tentang persatuan Indonesia. Sebagai seorang sastrawan dan penyair, salah satu cara yang diyakini Yamin dapat menjadi "alat" persatuan adalah bahasa.

Gagasan ini pun diucapkan lantang dalam Kongres Pemuda I. Melalui pidatonya, "Kemungkinan Bahasa-bahasa dan Kesusastraan di Masa Mendatang", Yamin "menyodorkan" bahasa Melayu sebagai bahasa persatuan.

"Saya yakin seyakin-yakinnya bahwa bahasa Melayu lambat laun akan menjadi bahasa pergaulan dan bahasa persatuan yang ditentukan untuk orang Indonesia. Dan kebudayaan Indonesia masa depan akan mendapatkan pengungkapannya dalam bahasa itu," demikian pidato Yamin, dikutip dari buku Cendekiawan dan kekuasaan dalam negara Orde Baru (2003)

Pidato itu mendapatkan respons baik dari para pemuda yang hadir dalam kongres. Mereka tertarik terhadap pemaparan Mohammad Yamin, terutama mengenai persatuan.

Banyak yang meyakini bahwa pemakaian bahasa Melayu yang memang sudah banyak digunakan sebagai bahasa pengantar selain bahasa Belanda dan bahasa Arab, akan digunakan sebagai bahasa pengantar di Indonesia.

Jong Sumatranen Bond sendiri pernah mendiskusikan bahasa persatuan ini sejak 1923. Kelak, penggunaan "bahasa Indonesia" ini diharapkan mendesak penggunaan bahasa Belanda.

Kongres Pemuda I memang belum berhasil menyatukan kelompok pemuda dalam satu organisasi. Namun, konsep mengenai persatuan Indonesia semakin benderang.

Menuju Sumpah Pemuda

Kongres Pemuda I belum bisa menghasilkan kesepakatan yang berarti.

Akan tetapi, pidato Mohammad Yamin menimbulkan gejolak semangat yang baru.

Sebelum melakukan pertemuan akbar kedua, para pemuda kembali berupaya menyatukan sejumlah organisasi untuk fusi dalam satu wadah.

Perhimpunan Indonesia dan Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPKI) menyepakati hal itu.

Kemudian, banyak organisasi pemuda yang memilih untuk fusi dalam satu wadah.

Namun, Mohammad Yamin menolak dilakukannya fusi organisasi pemuda.

Sumber: Tribun Manado
Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved