Renungan Harian Katolik

Tak Kenal Libur

Hari Sabat memang hari Tuhan, hari bersama Tuhan dan untuk Tuhan. Tapi itu tak berarti bahwa pada hari Sabat, orang berhenti berbuat baik

Editor: Agustinus Sape
Foto Pribadi
Pater Steph Tupeng Witin SVD 

Renungan Harian Katolik, Senin 26 Oktober 2020

Tak Kenal Libur (Lukas 13:10-17)
Oleh: Pastor Steph Tupeng Witin SVD

POS-KUPANG.COM - Hari libur yang selalu ditandai dengan tanggal merah pada almanak sangat dinantikan oleh banyak orang. Hari Minggu, hari raya, pesta nasional, cuti bersama, merupakan hari libur, waktu yang disambut dengan sukacita.

Banyak orang sering telah menggagas aktivitas apa yang akan dilakukan pada hari libur itu jauh hari sebelumnya. Sekedar istirahat sambil baca buku atau novel, bercocok tanam, berkunjung ke destinasi wisata menarik, atau kegiatan lain. Pokoknya hari libur berarti libur dari aktivitas keseharian, rutinitas, tugas atau pekerjaan pokok dan diganti dengan kegiatan yang lebih bersifat rekreasional.

Bagi kita orang Katolik, hari Minggu memang adalah hari libur. Tapi juga dimaknai sebagai hari Tuhan. Ini mengacu pada apa yang dilakukan Allah dalam kisah penciptaan. Setelah Ia menciptakan segala sesuatu, berhentilah Ia pada hari ketujuh dari segala pekerjaan-Nya, lalu Allah memberkati hari ketujuh itu dan menguduskannya (Kej 2:2-3). Pada hari ini kita libur dari pekerjaan pokok. Tapi kita punya kewajiban datang ke gereja untuk merayakan ibadah kepada Tuhan.

Dengan beralas pada dasar yang sama, jauh sebelum kita, orang Yahudi pun memiliki hari Tuhan yang dikenal dengan hari Sabat (sekarang: hari Sabtu). Dimulai pada sore hari jumat dan berakhir pada sore hari sabtu. Pada hari Sabat ini, orang Yahudi berhenti bekerja. Mereka dilarang melakukan pekerjaan berat. Mereka diwajibkan berkumpul di rumah ibadah untuk sembahyang, mendengarkan 2-3 bacaan dari Kitab Suci dan kotbah.

Pada hari Sabat, Yesus juga berada di rumah ibadat. Menurut Lukas, Yesus mengajar di situ. Tapi saat melihat seorang perempuan yang telah dirasuk roh selama 18 tahun, Ia menyembuhkan perempuan malang yang telah bungkuk punggungnya dan tak dapat berdiri tegak lagi.

Tapi kepala rumah ibadat menjadi gusar, kenapa penyembuhan itu dilakukan pada hari Sabat, hari Tuhan. Ia berkata kepada orang banyak, "Ada enam hari untuk bekerja. Karena itu datanglah pada salah satu hari itu untuk disembuhkan dan jangan pada hari Sabat" (Luk 13:14).

Tanggapan Yesus menjadi catatan penting dan bermakna. Seturut ketentuan, hari Sabat memang hari Tuhan. Hari libur dan tak boleh melakukan pekerjaan pokok. Tapi apakah pada hari Sabat, orang tidak melakukan apa pun? Terlebih apakah pada hari Sabat, orang libur untuk melakukan pekerjaan yang baik? Yesus berkata, bukankah pada hari Sabat, orang tetap bekerja, melepaskan lembu atau keledainya dari kandangnya, dan membawanya ke tempat minuman. Mengapa tak boleh melepaskan orang yang sudah 18 tahun diikat oleh iblis? (Luk 13:15-16).

Poin pentingnya adalah hari Sabat memang hari Tuhan, hari bersama Tuhan dan untuk Tuhan. Tapi itu tak berarti bahwa pada hari Sabat, orang berhenti berbuat baik, apalagi untuk menyelamatkan manusia yang malang. Kalau pada hari Sabat, orang tak pernah merasa bersalah bila melepaskan ikatan binatang piaraan; mengapa merasa bersalah apalagi mempersalahkan orang yang berbuat baik kepada sesama. Apakah binatang lebih penting dari manusia?

KITA?
Terbayangkah kita bila Tuhan sungguh berhenti total untuk berbuat baik dan menolong kita, karena Ia mau berlibur? Tuhan hanya berhenti saat menyelesaikan pekerjaan-Nya mencipta. Tapi Ia tak berhenti untuk memandangi kita, menolong dan menjamah kita.

Kalau Tuhan tak pernah berlibur untuk menghujani kita dengan berkat-Nya, maka tak ada alasan bagi kita untuk merasa bersalah bila menolong dan berbuat baik kepada sesama yang malang. Janganlah berhenti untuk melakukan kebaikan, meski pada hari Tuhan. Jangan sampai abaikan sesama yang minta tolong untuk melepaskannya dari ikatan apa pun yang menyengsarakannya, hanya karena kita sedang berlibur, rekreasi.*

SIMAK JUGA VIDEO BERIKUT:

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved