Renungan Harian Katolik
Titian Pemurnian
Melalui Injil hari ini Yesus mengingatkan kita akan makna kehadiran-Nya yang oleh sebagian kalangan dinilai kontroversial.
Renungan Harian Katolik, Kamis 22 Oktober 2020
Titian Pemurnian (Injil Lukas 12:49-53)
Oleh: Pastor Steph Tupeng Witin SVD
"KALIAN sangka Aku datang membawa damai ke bumi?" (Luk 12:51)
Ajaran Yesus selalu mengejutkan. Di luar dugaan akal sehat manusia.
Melalui Injil hari ini Yesus mengingatkan kita akan makna kehadiran-Nya yang oleh sebagian kalangan dinilai kontroversial. Tapi justru di sinilah Yesus menggugat dan menantang kita.
Ajaran Tuhan yang "kontroversial" itu menjadi titian pemurnian iman. Proses pemurnian itu menuntut ketetapan hati yang penuh risiko.
Kesehatian hidup kita kadang menghadirkan gejolak hati tak menentu. Ada saat dimana kita mesti mengambil satu keputusan. Tegaskan satu sikap. Mesti mantapkan pilihan. Ada keyakinan bahwa hidup tanpa kepastian ibarat berada di simpang jalan.
Saat didera keraguan yang merepresi hati dan pikiran, entah ke mana kaki ini melangkah? Apalagi kita mesti menentukan sikap atas pilihan-pilihan yang sulit?
Kita mesti sadar bahwa menjadi murid Tuhan tak sekadar untuk mengikuti dan terus mengikuti ke mana Ia pergi.
Tapi, selalu ada saatnya kita pun harus menjatuhkan sikap. Tetap berpihak pada-Nya atau berpaling dari Dia?
Kekristenan sesungguhnya amat menantang. Kata-kata Yesus, segala ajaran dan perintah-Nya terkadang tidak menghadirkan ketenangan dan damai.
'Hati kita memang tak nyaman, apalagi tenang. Kita, misalnya, mesti mengampuni orang yang melukai hati kita? Kita mesti berdoa bagi orang yang menganiaya dan membunuh kita?
Justru di sinilah makna "pedang" yang disabdakan Yesus. "Aku datang membawa pertentangan" (Luk 15:24).
Ketika ada pertentangan di dalam hati di antara dua pilihan yang sulit dengan risiko yang tidak kecil dan ringan, itulah momen berahmat untuk proses pemurnian.
Itulah tanur api untuk semakin memurnikan emas di dalam hati nurani kita. Emas itu tidak pernah diraih secara instan seturut kemauan dunia, tapi mengikuti kehendak Tuhan. Emas itu diraih dengan jalan salib yang akan menuntun kita hingga kalvari hidup kita.
Kita mesti sadar bahwa kita harus merasa keliru bahwa sesungguhnya menjadi murid Tuhan bukanlah jalan instan untuk mencari aman, nyaman, keterjaminan dan untuk menikmati kedamaian.
Bukan! Melainkan menjadi murid Yesus berarti mesti siap untuk mengalami ketidaknyamanan dan keadaan tak damai di hati oleh aneka derita kemanusiaan dan luka-luka dunia karena di situlah altar sesungguhnya.
Maka derita, air mata, salib, dan kematian adalah jalan menuju kedamaian sesungguhnya yaitu Kristus. Diri kita sendiri adalah sebuah salib yang abadi. Tapi kita harus selalu yakin bahwa pilihan kita pada Yesus akan membawa kita kepada "damai yang sesungguhnya.
"Damai Tuhan itu sulit dihancurkan oleh kuasa dunia mana pun.Tentu, damai model Yesus ini akan kita gapai setelah kita sukses melewati titian pemurnian iman kita sepanjang ziarah di dunia ini. *
SIMAK JUGA VIDEO BERIKUT: