ILC TVOne
SOAL PKI, Mahfud Bungkam Gatot, Singgung Amien Rais: Dia Ketua Lembaga Tertinggi Negara Ndak Berubah
Mahfud MD mengatakan bahwa dua tokoh tersebut sebelumnya juga tidak bisa menyelesaikan apa yang saat jadi bahan kritiknya.
"Katanya banyak komunis, Pak Gatot pernah jadi panglima, mana komunisnya enggak ditangkap? Sekarang bicara komunis," kata Mahfud MD.
"Karena bukan Pak Gatot enggak mau, dia enggak berwenang di bidang itu, pada saat itu," lanjutnya.
Lebih lanjut politikus asal Madura itu lantas memosisikan dirinya saat ini seperti yang sudah dialami oleh Gatot maupun Amien Rais.
Menurutnya, persoalan yang tengah terjadi saat ini, mulai dari maraknya kasus korupsi hingga kontroversi setiap Undang-undang baru.
Mahfud MD menegaskan bahwa persoalan tersebut bukan tanggung jawab sepenuhnya dari pemerintah.
Karena ada lembaga-lembaga terkait yang sifatnya independen yang berhak mengurusinya.
"Sama sekarang, 'Lho Pak anda kok diam aja, kok orang dibebaskan dari korupsi', kan bukan bidang kita. Itu ada yang ngurus orang lain," jelasnya.
"'Pak DPR kok buat undang-undang gitu, partai-partai, lho itu kan urusan di sana. Kita endak boleh intervensi, itulah konsekuensi dari demokrasi," pungkasnya.
Mahfud MD: Besok Kalau Pak Gatot Jadi Presiden Pasti Ada yang Mengatakan Enggak Ngerti Pancasila
Mahfud MD mulanya mengatakan bahwa tudingan anti-Pancasila tidak hanya ditujukan kepada pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) saja.
Menurutnya, semua pemimpin di Indonesia selalu mendapat tudingan tidak paham dengan Pancasila.
Bahkan dikatakannya tidak terkecuali dengan pemerintahan pada era presiden pertama, Ir. Soekarno yang notabene merupakan seorang proklamator sekaligus penggagas dasar negara itu sendiri.
"Banyak orang mengatakan 'Wah pemerintah sekarang ini enggak beres. Tidak mengerti Pancasila'," ujar Mahfud MD.
"Saya katakan tidak ada satu pemerintah pun di Indonesia yang tidak dituduh tidak mengerti Pancasila," jelasnya.
Mahfud MD mengatakan sebelum ditujukkan kepada Jokowi, tudingan anti-Pancasila sudah pernah dialami oleh Ir. Soekarno, Soeharto, BJ Habibie, Gus Dur, Megawati Soekarno Putri, dan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).