Dua Faktor Penyebab Lambatnya pelaksanaan Pool Test Massal Untuk Covid-19 di NTT, Yuk Simak !
Namun demikian, peneliti Biomolekuler itu memastikan baru akan melakukan pool test dalam skala kecil.
Penulis: Ryan Nong | Editor: Rosalina Woso
Dua Faktor Penyebab Lambatnya pelaksanaan Pool Test Massal Untuk Covid-19 di NTT , Yuk Simak !
POS-KUPANG.COM | KUPANG -- Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Provinsi NTT telah menggandeng Tim Laboratorium Biomolekuler Kesehatan Masyarakat untuk melaksanakan pool test Covid-19 secara massal bagi masyarakat.
Pelaksanaan pool test massal ini dilakukan untuk meminimalisir dan mencegah potensi penyebaran Covid-19 bagi masyarakat di provinsi yang berbasis kepulauan ini.
Tim Laboratorium Biomolekuler untuk Pool Test Provinsi NTT yang digawangi peneliti Biomolekuler dr. Fima Inabuy bersama tim Forum Academia NTT bahkan telah ditugaskan secara resmi melalui Surat Keputusan Gubernur NTT pada tanggal 14 Agustus 2020. Meskipun secara ide, program pool test massal untuk Covid-19 di NTT sudah diseriusi sejak Juni oleh Aksi Etika dan Forum Academia NTT (FAN).
Pemerintah Provinsi NTT telah memastikan akan menerapkan metode pool test Covid-19 di pintu-pintu masuk wilayah dengan kategori rawan. Dua "pintu masuk" yang tergolong rawan menurut Kepala Dinas Perhubungan NTT, Isyak Nuka, terdiri dari Bandara Internasional El Tari Kupang dan Bandara Komodo di Labuan Bajo Kabupaten Manggarai Barat.
Pada Senin (28/9), Isyak yang mewakili Tim Gugus Tugas Covid-19 NTT menyampaikan bahwa akan dilaksanakan uji coba pool test di Bandara Internasional El Tari Kupang pada pekan ini. Uji coba ini dilakukan untuk memastikan pelaksanaan pool test secara massal baik di Bandara maupun pelabuhan laut.
"Minggu ini kita sudah mulai uji coba pool test di Bandara El Tari Kupang," kata Isyak pada Senin di Kantor Gubernur NTT. Hal yang sama juga telah disampaikan Isyak sebelumnya dihubungi POS-KUPANG.COM pada Minggu (27/9).
Terkait ujicoba itu, dr. Fima Inabuy dari Tim Laboratorium Biomolekuler untuk Pool Test Provinsi NTT mengatakan akan diupayakan semaksimal mungkin. Namun demikian, peneliti Biomolekuler itu memastikan baru akan melakukan pool test dalam skala kecil.
"Kita harus berjalan dan harus menjajaki semua kemungkinan. Kami siapkan semampu kami, kami siap melakukan skala kecil dulu," ujarnya kepada POS-KUPANG.COM pada Selasa (29/9).
Inabuy menjelaskan, persiapan tim sudah dilakukan jauh hari, namun operasional pelaksanaan untuk pool test massal masih terkendala dua hal utama.
Kendalanya yang utama adalah kekurangan dana operasional yang mencapai angka Rp 1,2 miliar. Selain itu, kendala belum didapatnya perizinan terkait pelaksanaan pool test itu.
"Kenapa kita jalannya pelan sekali? Kendala utama di dana, untuk operasional kita ada kekurangan Rp. 1,2 miliar, itu selisih yang tidak dicairkan, apakah di Dinas Kesehatan atau komisi anggaran, kita tidak tahu," benernya.
Ia menjelaskan, untuk operasional pool test massal dibutuhkan pengadaan reagen, upgrade listrik untuk laboratorium, mobile swab, juga biaya operasional untuk laboran. "Kita butuh hal seperti gaji laboran, pengadaan reagen, update listrik di Klinik Undana (Laboratorium Biomolekuler)," katanya.
Selama ini, biaya operasional yang digunakan berasal dari sumbangan para pihak.
"Dana yang ada itu sumbangan, juga biaya dari Forum academia. Kekurangan dana itu yang buat kita jalan pelan sekali," jelasnya.
Ia mengatakan, pemerintah provinsi sejatinya sudah menyetujui dan memastikan pencairan dana Rp 4,4 miliar sesuai nilai proposal dari Tim Laboratorium Biomolekuler untuk Pool Test Provinsi NTT. Namun hingga kini, dana yang dicairkan baru sebesar Rp 3,2 miliar.
"Dari Kepala Badan Keuangan Provinsi NTT sudah di-acc semuanya dan tidak ada pemotongan. Kami sudah dua kali bertemu dan disampaikan seperti itu, tetapi di Dinkes kami dapat informasi hanya disetujui Rp 3,2 miliar," akunya.
Selain biaya operasional, hal kedua yang memperlambat pelaksanaan pool test massal adalah perizinan.
"Hal kedua, soal ethical clearance atau perijinan operasional itu yang belum selesai," kata dr Fima Inabuy.
Perizinan tersebut, kata dia, dikeluarkan oleh Tim Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BPTKL) Surabaya. Sebelumnya, Tim BPTKL Surabaya telah melakukan supervisi langsung selama pembangunan laboratorium biomolekuler. BPKTL Surabaya juga membantu menyiapkan agar laboratorium tersebut agar memiliki standar yang memadai.
"Harus mereka berkunjung dulu. Dari situ baru keluar izin operasional. Kita sudah surati, tapi sampai sekarang belum ada kabar. Kita menunggu kapan mereka datang," ujarnya.
dr. Fima juga menyebut, lambatnya proses pengadaan alat juga turut berperan.
"Alat yang nyampenya lambat, kadang tertunda hingga berminggu-minggu. Misalnya autoclass atau alat sterilisasi sampai hari ini belum sampai. Kami bergantung dari Dinkes sekali," katanya.
Sekretaris Dinas Kesehatan Provinsi NTT David Mandala belum memberikan respon ketika dikonfirmasi POS-KUPANG.COM melalui pesan whatsapp pada Selasa (29/9) malam.
Sebelumya Kepala Dinas Perhubungan (Kadishub) Provinsi NTT Isyak Nuka mengatakan, untuk menekan pertambahan angka paparan dari pelaku perjalanan makan akan dilaksanakan pool test di seluruh bandara dan pelabuhan di NTT.
"Kita akan bekerja sama dengan para ahli Biomolekuler dari Forum Academia NTT, untuk melakukan pool test di bandara. Itu hasil pengembangan para ahli kita," kata Kadishub Isyak Nuka kepada POS-KUPANG.COM, Sabtu (26/9).
• Kabar Gembira, Lima Pasien Covid-19 di Sumba Timur yang Sembuh
• KUNCI Jawaban Tema 4 Kelas 6 Halaman 11 12 13 16 19 20 Buku Tematik SD/MI Pembelajaran 2 Subtema 1
• dr. Advent Mere : Pelaku Perjalanan Karantina Mandiri Dulu
• Di Kodi , Sumba Barat Daya Terjadi Gempa 4,0 SR
• Update Covid-19 NTT : Lagi, Tambah Kasus Positif Covid-19 di NTT dari Klaster Perjalanan Denpasar
Istak menjelaskan, pool test pertama akan dilaksanakan di Bandara Internasional El Tari Kupang sebagai pintu masuk utama ke wilayah NTT. "Kita akan lakukan pertama di Bandara El Tari Kupang," kata Isyak. (Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Ryan Nong)