Kisah LGBT di NTT, LGBT Bukan Makhluk Asing, Tapi Bagian Dari Jemaat
Kisah LGBT di NTT, Lesbian Gai Biseksual Transgender Itu Bukan Makhluk Asing, Tapi Bagian Dari Jemaat
Penulis: OMDSMY Novemy Leo | Editor: OMDSMY Novemy Leo
“Kita tidak usah bikin peraturan dan lainnya, nanti bikin susah umat dalam Gereja maupun saudara-saudara kita itu,” sahut Uskup Turang.
Pendeta John Campbell-Nelson pun sepakat, “Sebaiknya jangan dibuat dulu, selama belum ada proses dialog yang matang. Sabar, jangan panik. Tuhan masih bisa memberi terang.”
LGBT bisa menjadi pengurus gereja, pendeta, pastor dan biarawati. “Kalau memang ada dan dapat melakukan pekerjaannya dengan benar untuk kebaikan semua orang, apa kita punya patokan untuk menolak atau tidak,” kata Uskup Turang yang tak tahu apakah ada pastor dan biarawati yang LGBT.
Pdt Emmy mengungkap, ada presbiter bahkan pendeta yang LGBT tapi belum coming out. Hal ini tentu saja menjadi tantangan bagi gereja bagaimana menerima keberagaman ini. “Karena mereka bukan makhluk asing, mereka adalah bagian dari jemaat,” ceritanya, Minggu (13/9/2020).

Menurut Pdt Emmy, Wibawa pastoral pendeta tidak bergantung pada orientasi seksualnya tapi terletak pada bagaimana dia mengelola tubuhnya dengan baik agar menjadi berkat dan tidak menjerumuskan sesama ke dalam kriminal.
Uskup Turang berharap komunitas LGBT menghargai orang lain dalam kehidupan bermasyarakat.
“Kamu jangan hanya melihat dirimu sendiri tapi bagaimana menempatkan diri dalam kondisimasyarakat kebanyakan sehingga dapat diterima sebagai anggota masyarakat, keluarga dan jemaat,” pesan Uskup Turang.
Uskup Turang minta orang tua memiliki anak dalam bagian komunitas LGBT untuk tetap mencintai, memberikan kasih sayang dan tidak mengucilkannya. Karena pengucilkan itu bisa terbawa ke perilaku masyarakat.
“Berikanlah kehadiran sebagai orangtua yang bisa membangun anak supaya dalam keadaan yang khusus itu dia tetap menjadi anggota keluarga, anggota masyarakat yang terhormat,” harap Uskup Turang.
• Kisah LGBT Nusa Tenggara Timur: Nyaris Bunuh Diri Hingga Enggan Gereja
• LGBT, Iman dan Penerimaan Gereja, Nyaris Bunuh Diri Hingga Enggan ke Gereja
*Apapun Keadaannya Dia Tetap Anak Saya
Meme (67), ibu dari Coco mengaku tak langsung menerima atau menolak anaknya yang gay. “Bagaimanapun dia anak saya, saya tidak bisa membuang dia. Saya selalu mengingatkan dia untuk menjaga kekudusan hidup. Itu penting apalagi dia imam,” kata Meme yang saat itu mengenakan daster, masker dan bersandal jepit.
Meme bersukacita sebab Coco sudah menjadi imam. Ia berharap anak ketiganya itu bisa lebih kuat menghadapi tantangan dalam tugas sebagai seorang imam. Meme berharap orang tua lain bisa memahami kondisi anak yang LGBT.
“Beri dukungan tapi bukan berarti saat dia lakukan kesalahan kita tolerir,” pesan nenek satu cucu ini, Selasa (15/9/2020).
Ini juga yang dilakukan oleh Wilhelmus Nahak alias Emus (69), ayah dari Nata. Meski keluarga besar menolak keberadaan Nata sebagai transpuan, Emus tak pernah menolak atau berlaku kasar baik secara verbal dan non-verbal pada Nata. Bagi Emus apa yang dilakukan oleh Nata adalah hak anaknya.
“Apa saya mesti pukul, saya usir, saya gantung? Kan tidak bisa begitu. Itu bukan hak saya, itu hak anak saya. Saya hanya berdoa agar dikuatkan dan bisa menghadapi tantangan,” kata Emus.
