Ini Pesan Bupati Don Saat Audiens dengan Pemenang Lomba Menulis Surat untuk Bupati Nagekeo

Bupati Nagekeo Johanes Don Bosco Do, melakukan audensi bersama pemenang lomba menulis surat untuk Bupati Nagekeo

Penulis: Gordi Donofan | Editor: Kanis Jehola
Dok. Humas Nagekeo
Suasana kegiatan di kantor Bupati Nagekeo, September 2020. 

POS-KUPANG.COM | MBAY - Bupati Nagekeo Johanes Don Bosco Do, melakukan audensi bersama pemenang lomba menulis surat untuk Bupati Nagekeo dengan tema "Suara Anak Nagekeo di tengah Pandemi Covid-19, Dalam rangka memperingati hari Anak Nasional.

Siaran pers yang diterima POS-KUPANG.COM, Jumat (25/9/2020) menyebutkan kegiatan ini menjadi karya kolaboratif dari Wahana Visi Indonesia/ WVI Kantor Operasional Nagekeo-Ngada (AP-NADA), Forum Anak Nagekeo dan Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa, Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Nagekeo.

Imanuel Ndun Ketua Kwarcab Pramuka Nagekeo Terpilih Periode 2020-2025

Wahan Visi Indonesia menyelenggarakan Kegiatan Sayembara Menulis Surat Untuk Bupati Nagekeo.

Sayembara ini digagas sebagai upaya menangkap aspirasi dan opini anak saat mereka harus hidup dalam masa pandemic covid 19.
Sayembara ini juga dilakukan sebagai salah satu bentuk kegiatan memperingati Hari Anak Nasional yang sejatinya dirayakan pada tanggal 23 Juli setiap tahunnya.

Jadi Calon Wali Kota Paling Kaya di Solo, Ini Jumlah Kekayaan Putra Sulung Presiden Joko Widodo

Tujuan Sayembara yaitu menyediakan wadah bagi anak untuk mengaktualisasi diri dalam kegiatan literasi, Menyampaikan kondisi riil aktual anak Nagekeo saat hidup dan beraktualisasi di masa pandemi Covid 19 dalam lingkup sosial kemasyarakatan, keluarga, dan sekolah, Mengangkat isu-isu anak sebagai Rencana Aksi yang wajib mendapatkan perhatian terutama dari pengambil kebijakan yang berkaitan langsung dengan hak dan kesejahteraan anak.

Nama-nama peserta yaitu, Clara Malista Peti Tola, Kelas VI - SDK Galawea Desa Ulupulu Kecamatan Nangaroro.

Yustina Aira Tawa Ngeta, Kelas VI SDK Galawea Ndora Kecamatan Nangaroro.

Konradus Irliyanto Juan Pablo Seda Lea, Kelas VII SMP Kotagoa Boawae.

Yovita Ameliani Lelu, Kelas VII SMPS Hanura Danga.

Konstantinus Afendi Towa , Kelas XII Bahasa - SMA Negeri I Boawae dan Maria Morista Muku Mi, SMA St.Clemens Boawae.

Kesempatan pertama diberikan kepada perwakilan dari Sekolah Dasar, lanjut SMP dan terakhir tingkat SMA untuk membacakan surat langsung dihadapan Bupati Nagekeo.

Clara, salah satu peserta dari SDK Galawea usai membacakan suratnya, Bupati langsung memberikan pertanyaan.

"Apakah ini tulisanmu sendiri, yang kamu buat sendiri? tanya Bupati Don.
"Iya ini saya tulis sendiri," jawab Clara.

Tanpa bantuan pendamping? lanjut Bupati Don.

"hanya beberapa saja yang diperbaiki guru," jawab Clara.

Bagus, Clara sudah bicara jujur.
Clara mau ngomong apa sama Bupati, poin-poin yang mau disampaikan? tanya Bupati Don.

"Saya hanya ingin sekolah kembali dan ingin bertemu guru dan teman teman," ujar Clara sambil berderai air mata dipipinya.

Lebih lanjut Bupati mengatakan,
terkait dengan ini, dirinya mau menegaskan kepada kita semua, agar anak-anak jangan dilatih untuk berbohong.Tanamkan kejujuran pada anak.

Ia meminta para guru bisa mengunjungi salah satu Taman Baca Pelangi di SDI Dhawedori atau SDI Danga.

Selain lihat model perpustakaannya juga bisa mengetahui kategori nilai atau level kemampuan baca pada anak ada 6 level.

Mulai dari jenjang kumbang, burung, ikan, rusa, singa sampai paling tinggi gajah. Level gajah itu anak bisa menceriterakan kembali dengan kata katanya sendiri.

"Ngajar anak dengan nilai yang betul, best value. Jangan pernah membiarkan value yang buruk ditanamkan pada anak. Jujur itu penting. Kata kata jangan copy paste, harus dari diri kalian sendiri, itu baru punya kekuatan. Ketika kamu membaca dari kata kata yang lahir dalam hati itu kuat sekali, tapi kalau copy paste sangat loyo tidak nendang kata katanya," ujarnya.

Ia mengaku berkeliling melakukan kunjungan ke sekolah-sekolah, yang disampaikan guru dan kepala sekolah itu hanya bicara kurang, bicara pagar, tidak pernah bicara level kemajuan belajar anak.

"Padahal duit yang dikeluarkan adalah untuk bagaimana anak ini. Ibarat kerja di sawah kita hanya memikirkan hal lain tapi lupa memikirkan lumbung padi. Sekolah ini dibangun untuk anak," ujarnya.

Ia mengaku agar ini menjadi perhatian semua pihak.

"Sepintas yang umum tadi saya masih sedikit meragukan nilai, valuenya. Tolong perhatikan ini sesuatu yang otentik pada anak. Kalau kita bangga pada anak itu ada dasarnya bukan lebih pada sesuatu yang dipoles," tegasnya.

Ia menyebutkan kebijakan di kota besar khususnya daerah Jawa sudah ada kebijakan baru; zona penerimaan siswa-siswi, dan zona itu memungkinkan mayoritas siswa yang dekat dengan fasilitas. Kita di sini fasilitasnya kurang.

Ia menyebutkan pandemi Covid-19 yang dialami seluruh dunia. Makanya kepada kita dihimbau untuk beradaptasi dengan pandemi Covid-19.

"Kita memang harus move, bergerak dari kebiasaan lama ke kebiasaan baru. Covid 19 ini mewakili seluruh penyakit penyakit terutama Tuberculosis/TB yaitu penyakit yang bertransmisi melalui udara. OAT (Obat Anti TB) sudah 40 tahun lebih tidak ada ada riset baru. TB Penyakit yang dapat menyerang dan tertular pada siapa saja, sehingga dalam kebijakan umum di dunia ini, tidak ada negara satupun yang mampu membiayai riset obat TB baru. TB sekarang ini, sudah ada penularan baru yaitu pada anak-anak dan remaja kena TB. Ini laporan dari Rumah sakit kita yang sudah ada dokter spesialis anaknya. Kita harapkan penularan baru TB ini dapat terkontrol, yang batuk pilek biasa juga nanti terkontrol," ujarnya.

Ia menyatakan cara belajar baru itu yang harus diterapkan.Tidak cengeng. Tidak bisa berharap hidup kembali ke belakang. Jangan pernah mimpi hidup kembali pada kondisi lama, kerena kondisi baru bergerak terus.

"Kita Nagekeo saat ini zona hijau. Tapi terus dalam ancaman merah. Kenapa? Jika kita tidak mentaati protokol pemerintah. Adanya mobilisasi manusia, barang dan jasa maka kita lebih berhati-hati," ujarnya.

Ia menyebutkan pekerja migran Indonesia gelombang dua, yang dipaksa pulang ke Indonesia, mereka melewati beberapa tempat yang masuk zona merah, terakhir ini klaster bali.

Sementara itu Manager WVI Area Program Nagekeo-Ngada (AP-Nada), Otis Kawer Wakerkwa pada kesempatan itu menyampaikan;
terima kasih kepada Bupati Nagekeo atas waktu yang diberikan, sehingga dapat mendengar langsung suara anak Nagekeo.

Ia menyampaikan sebagai yayasan sosial kemanusiaan, fokus kami pada pengembangan anak. Terkait dengan pandemic Covid-19 ini ada dua kelompok yang rentan dan perlu didengarkan yaitu kelompok anak-anak dan perempuan.

"Kami setuju dengan yang disampaikan oleh bupati bahwa seringkali pesan yang disampaikan adalah request, pesan orang tua atau guru tapi dipakai polesan nama anak. Nah itu juga tidak baik. Anak adalah manusia dia punya pikiran dan merasakan sesuatu pada saat pandemi ini yang tidak pernah dirasakan sebelumnya,"ujarnya.

Oleh karena itu lanjut dia, pihaknya bekerja sama dengan forum anak dan Dinas PMD-PA membawa suara anak Nagekeo dan anak berbicara sendiri ke Bupati dan bisa melihat betul atau tidak anak yang sampaikan atau bukan.

"Ke enam peserta ini adalah yang terbaik hasil seleksi. Yang diseleksi bukan soal ejaan Bahasa Indonesianya baik atau tulisannya panjang, tetapi soal originalnya surat ini apakah anak yang sampaikan atau tidak. Dan yang paling dimengerti adalah ini anak yang ngomong," ujarnya.

Ia menyebutkan kejujuran menjadi modal yang sangat penting. Dan kalau kita tidak mulai dari kejujuran maka kita sulit melihat persoalan inti dan bergerak maju.

"Kami berharap suara mereka yang sudah ditulis bisa didokumentasikan dan bisa diserahkan supaya ketika ada kebijakan terkait pandemi covid-19 suara suara anak ini bisa menjadi perhatian. Apa bila kita menyebarkan kepada anak dengan program yang baik, maka Nagekeo punya masa depan yang baik," ujarnya.

Sebelum mengakhiri audiens, Bupati Don kembali menegaskan beberapa hal.

Saat ini, keluhan utama anak- anak adalah kontak langsung dengan guru dan teman temannya yang minim sekali.

"Saya ingin Kabid SD dan SMP membuat desain untuk spesifik lokasi, zona dimana mereka bisa bertemu dengan guru di sekolah dengan manajemen sekolahnya oleh kepala sekolah," tegasnya.

Ia mengatakan metode yang dilakukan adalah datangi, diskusi dan menyelesaikan persoalan dilapangan, datang kesana, panggil guru dan kepala sekolah berbicara apa persoalannya.

"Dan saya minta para guru dalam situasi sekarang ini bisa membuat penilaian level belajar setiap anak. Setiap anak di buat penilaian sehingga saya sangat yakin pendekatan akan sangat spesifik.
Bicara Sekolah Dasar ada guru kelas, berapa banyak guru yang ada dan pasti talenta masing-masing guru bisa keliatan untuk bisa mendekati anak yang butuh pendampingan extra juga guru mata pelajaran," ujarnya.

Ia menyebutkan pandemi Covid ini kita punya waktu dan membuat metode belajar mengajar sehingga betul menjawab kebutuhan anak anak yang kita sudah abaikan selama ini.  "Saya minta kita cepat keluar dari box," tegasnya.

Kegiatan diakhiri dengan penyerahan surat masing masing peserta ke pada Bupati Nagekeo dan penyerahan hadiah satu unit sepeda secara simbolis (masing masing peserta mendapat satu unit sepeda).

Turut hadir pada kegiatan ini, Manager WVI Operasional Nagekeo-Ngada (AP-NADA), Otis Kawer Wakerkwa, para guru pendamping dari masing-masing peserta, Kabid Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Vinsen Je Mbupu.

Kabid Pengelolaan Sekolah Dasar pada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Venantius Minggu, Kabid Pengelolaan Sekolah Menengah Pertama, Hilaria Yosia. (Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Gordi Donofan)

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved