Laut China Selatan

China Punya 380 Kamp Tahanan, Muslim Uighur Ditahan hingga Sikap Xi Jinping Soal Laut China Selatan

Penelitian baru tersebut dirilis oleh Institut Kebijakan Strategis Australia (ASPI) pada Kamis (24/9/2020).

Editor: Hasyim Ashari
KOMPAS.COM
China Punya 380 Kamp Tahanan, Muslim Uighur Ditahan hingga Sikap Xi Jinping Soal Laut China Selatan 

Kami tidak akan berusaha untuk hanya mengembangkan diri kami sendiri atau terlibat dalam permainan zero-sum," katanya dalam pernyataan video untuk pertemuan tahunan pemimpin dunia. 

Ada pembicaraan dalam beberapa bulan terakhir tentang kemungkinan Beijing terseret ke dalam konflik bersenjata dengan Washington.

Sengketa wilayah Laut China Selatan dipandang sebagai pemicu yang paling mungkin untuk perkelahian apa pun.

Ketegangan yang telah lama membara antara Amerika Serikat dan China juga mencapai titik didih atas penanganan pandemi Covid-19.

Menyoroti upaya Beijing untuk pengaruh multilateral yang lebih besar sebagai tantangan bagi kepemimpinan Washington.

Wabah virus Corona pertama kali terdeteksi di China akhir tahun lalu.

Washington menuduh Beijing kurang transparan yang dikatakan memperburuk wabah.

Dalam apa yang tampaknya merupakan teguran bagi Presiden AS Donald Trump, meskipun pidato kedua pemimpin itu direkam sebelumnya.

Xi menyerukan tanggapan global terhadap virus tersebut dan memberi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) peran utama.

"Menghadapi virus ini, kita harus meningkatkan solidaritas dan melalui ini bersama-sama.

Kita harus mengikuti panduan ilmu pengetahuan, memberikan peran penuh pada peran utama Organisasi Kesehatan Dunia," kata Xi.

"Setiap upaya untuk mempolitisasi masalah atau stigmatisasi harus ditolak," tambahnya.

Dia juga memperingatkan bahaya "benturan peradaban" selama pandemi.

Dalam pidato sebelumnya pada hari Senin di sebuah pertemuan untuk menandai ulang tahun ke-75 badan dunia itu, Xi menyindir AS dengan pidato yang tegas, mengatakan tidak ada negara yang boleh "diizinkan untuk melakukan apa pun yang dia suka dan menjadi hegemon, pengganggu atau bos dunia ".

Mendorong negara-negara berkembang untuk memiliki peran yang lebih besar dalam urusan dunia, Xi mengatakan PBB bisa "lebih seimbang" dan mendesak tatanan internasional yang didukung oleh hukum internasional, kantor berita resmi Xinhua melaporkan.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved