Berita Pendidikan
Bocah 7 Tahun di Takari NTT, Semangat ke Sekolah Dengan Bantuan Tongkat Kayu
Seorang bocah disabilitas di Desa Tuapanaf Kecamatan Takari Kabupaten Kupang, Provinsi NTT harus menempuh perjalanan 1 km untuk bersekolah. Dengan ban
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Ryan Nong
POS-KUPANG.COM | KUPANG - Seorang bocah disabilitas di Desa Tuapanaf Kecamatan Takari Kabupaten Kupang, Provinsi NTT harus menempuh perjalanan 1 km untuk bersekolah. Dengan bantuan tongkat kayu, bocah tujuh tahun yang hanya memiliki satu kaki sejak lahir itu tetap semangat berjalan kaki untuk bersekolah di SDN Bijaesahan, Desa Tuapanaf.
Meski fisiknya tak sempurna, bocah yang sejak tiga tahun diasuh oleh kakek-neneknya ini tetap bersemangat. Bocah kelas 1 SD yang dibaptis dengan nama Stenly Yesi Ndun ini bermimpi kelak punya kaki palsu untuk mengganti tongkat kayunya.
Kendala orangtuanya yang hanyalah merupakan buruh kasar di Kalimantan, membuat keluarga kesulitan untuk mewujudkan mimpi itu.
Ursula Takaep (60), nenek Stenly, kepada wartawan mengatakan, sejak berumur tiga tahun, Stenly dan saudari kembarnya, Stela Ndun tinggal bersama mereka. Himpitan ekonomi, membuat kedua orang tua merantau ke Kalimantan. Selain Stenly dan tiga saudaranya, ada empat cucu lain yang dipiara pasutri lansia ini.
"Kami sudah tua, tak mampu kerja lagi. Setiap bulan, ayah Yesi kirim uang Rp 500 ribu untuk kebutuhan hidup kami semua di rumah," ujar Ursula Takaep, Senin (21/9).
Pasangan lansia itu memiliki empat anak laki-laki yang tidak tinggal bersama mereka. Semuanya kini merantau, termasuk ayah Stenly. Setiap hari, ia sendiri yang mengurus ke delapan cucunya, karena suaminya, Bernabas Ndun (84) sudah lama mengalami sakit ketuaan.
Untuk menanggung kebutuhan hidup setiap hari, ia hanya berharap bantuan PKH dari pemerintah. Uang itu ia sisihkan untuk kebutuhan makan minum hingga keperluan sekolah delapan cucunya.
Di Sekolah, Stenly diperlakukan khusus. Jika ada kegiatan apel atau olahraga, sekolah membolehkan bocah itu duduk di ruang kelas untuk belajar. Meski ia difabel, tak membuatnya minder dalam pergaulan di lingkungan rumah maupun sekolah.
Untuk melindungi Yesi, pihak sekolah setiap hari memberi arahan ke semua pelajar agar memperlakukan Yesi dengan baik. Buktinya, hingga kini, Yesi rajin ke sekolah dengan fisik yang tak sempurna. Ia bahkan bermain layaknya anak-anak normal.
Meski memiliki keterbatasan fisiknya, Yesi tergolong anak cerdas di sekolahnya. "Yesi itu anaknya pintar. Semua pelajaran atau tugas yang diberi, selalu ia kerjakan sendiri," ujar Kepala Sekolah SDN Bijaesahan, Dortiana Karice Mau.
Melihat kondisi Yesi, pihak sekolah sempat berkoordinasi dengan dinas sosial agar Yesi disekolahkan di SLB. Namun, niat baik itu ditolak kakek dan nenek Yesi. Mereka ingin, Yesi tetap bersama mereka meski hidup serba kesulitan.
"Yesi punya kembar dan kakeknya tidak mau mereka dipisahkan," sebutnya.
Untuk membantu mewujudkan mimpi Stenly, Forum Wartawan NTT Peduli Yesi membuka donasi untuk Stenly Yesi Ndun.
Koordinator Forum Wartawan NTT Peduli Yesi, Amar Ola Keda mengatakan, pihaknya membuka donasi untuk membantu Yesi melalui Rekening BCA 3140899193 a.n Petrus Ola Keda.