Bocoran Susunan Pengurus Baru Partai Gerindra 2020-2025, Prabowo Pilih Lagi Fadli Zon, Sandiaga Uno

Yang lainnya @YudiGuci menyampaikan harapannya agar Fadli Zon dan pengurus baru partai tersebut bisa mengembalikan Partai Gerindra ke jalan yang benar

Penulis: Frans Krowin | Editor: Frans Krowin
Youtube/TV One
Fadli Zon berbicara di ILC TV One, Selasa (8/9/2020) malam. 

Bocoran Susunan Pengurus Baru Partai Gerindra 2020-2025, Prabowo Pilih Lagi Fadli Zon, Sandiaga Uno

POS-KUPANG.COM - Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto disebut-sebut menunjuk lagi Fadli Zon menjadi Wakil Ketua Umum Partai Gerindra untuk periode kepemimpinan di partai tersebut lima tahun ke depan, 2020-2025.

Ini terungkap dari unggahan Fadli Zon dalam Twitternya @fadlizon, Sabtu (19/9/2020). Dalam unggahan tersebut, tertulis Formasi Baru Gerindra, Dasco (Sufmi Dasco Ahmad) Ketua Harian, Fadli Zon Wakil Ketua Umum, Sandiaga Uno Wawanbin (Sandiaga Uno) Partai Gerindra.

Atas unggahan tersebut, tak sedikit yang menyatakan likes.

Salah seorang nitizen, Indra Salam @Indra2127 menuliskan, "Sebaiknya Jadi Ketua Umum Saja, agak Pak Prabowo isa fokus di pemerintahan."

Sementara nitizen lainnya menyatakan "rapopo rangkap jabatan aja sekalian ketum seumur hidup"

Yang lainnya, @YudiGuci menyampaikan harapannya agar Fadli Zon dan pengurus baru partai tersebut bisa mengembalikan Partai Gerindra ke jalan yang benar.

Untuk diketahui, pada kongres luar biasa Partai Gerindra yang digelar secara virtual beberapa waktu lalu, pengurus Partai Gerindra di seluruh Indonesia, secara aklamasi memilih Prabowo Subianto menjadi Ketua Umum Partai Gerindra lima tahun ke depan.

Keputusan itu diambil berdasarkan hasil Kongres Luar Biasa Partai Gerindra yang digelar di Hambalang, Bogor, Jawa Barat, Sabtu (8/8/2020) lalu.

Kongres Luar Biasa itu dipimpin oleh Sekretaris Jenderal DPP Partai Gerindra, Ahmad Muzani

Pemilihan Prabowo Subianto itu diawali dengan pertanyaan pimpinan sidang pleno Ahmad Muzani.

Ia menanyakan kepada para kader untuk kembali menetapkan Prabowo Subianto sebagai ketua dewan pembina dan ketua umum.

"Apakah saudara setuju pak Prabowo Subianto ditetapkan kembali menjadi pimpinan?" tanya Muzani dalam rapat, yang disambut teriakan "setuju!" oleh seluruh kader.

Alhasil, Prabowo Subianto pun dikukuhkan menjadi Ketua Umum sekaligus Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra masa kepemimpinan 2020-2025.

Atas aspirasi seluruh kader tersebut, Prabowo Subianto yang kini menjadi Menteri Pertahanan RI pun menyatakan siap mengemban dan melaksanakan amanat tersebut.

"Kalau ini memang permintaan kongres luar biasa ini, saya menyatakan saya siap sebagai ketua umum," tandas Prabowo Subianto.

Prabowo Subianto terpilih kembali menjadi ketua umum Partai Gerindra periode 2020-2025 dalam KLB di Hambalang Bogor, Sabtu (8/8/2020).
Prabowo Subianto terpilih kembali menjadi ketua umum Partai Gerindra periode 2020-2025 dalam KLB di Hambalang Bogor, Sabtu (8/8/2020). (Instagram/prabowomenhan)

Tak Terima Dicekal Ke Luar Negeri, Putra Sulung Presiden Soeharto Gugat Menteri Keuangan Sri Mulyani

Syekh Ali Jaber Tak Mau Berhenti Berdakwa: Saya Cinta Indonesia, Saya Sudah Memaafkan Pelaku

Calon Tunggal

Sebelum terpilih sebagai ketua umum, Prabowo telah ditetapkan sebagai calon tunggal dalam kongres tersebut.

Menurut Wakil SekJen Partai Gerindra, Andre Rosiade, penetapan itu dilakukan saat rapat pimpinan daerah yang diadakan di seluruh provinsi di Indonesia pada Februari lalu.

"Di rapimda itu, 34 provinsi sudah berkirim surat untuk mendukung Pak Prabowo kembali menjadi Ketua Umum dan Ketua Dewan Pembina," kata Andre.

Setelah itu, DPP Partai Gerindra menyelenggarakan rapat pimpinan nasional secara virtual pada 4 Juni 2020 lalu.

Disebutkan Andre, 34 DPD se-Indonesia sepakat menggelar KLB untuk menetapkan kembali Prabowo sebagai Ketua Umum dan Ketua Dewan Pembina.

Melihat aspirasi tersebut, Muzani kemudian melayangkan surat kepada Prabowo untuk menyelenggarakan KLB.

"Ketua Dewan Pembina, Pak Prabowo menyetujui. Akhirnya DPP mengeluarkan surat keputusan untuk pelaksanaan KLB yang dilaksanakan Sabtu 8 Agustus hari ini," ujarnya.

Adapun agenda KLB kemarin terdiri atas lima sidang pleno.

Pleno pertama untuk mengesahkan agenda sidang, pemilihan dan pengesahan pimpinan sidang, serta pengesahan tata tertib persidangan.

Pleno kedua untuk mendengar laporan pertanggungjawaban (LPJ) DPP yang disampaikan Prabowo, kemudian DPD Partai Gerindra akan menjawab atau mengajukan pendapatnya mengenai LPJ DPP.

Pleno ketiga untuk memilih Ketua Umum DPP Partai Gerindra periode 2020-2025 dengan terlebih dahulu mendengarkan risalah Rapimnas 4 Juli lalu, bahwa Prabowo Subianto ditetapkan sebagai calon tunggal.

"Bahwa tidak ada nama lain yang diusulkan. Itu akan dibacakan, lalu pendapat Pak Prabowo apakah menerimanya atau tidak. Kalau memang menerima, alhamdulillah. Beliau akan kami tetapkan menjadi Ketua Umum dan Ketua Dewan Pembina 2020-2025," kata Andre.

Pleno berikutnya untuk mendengarkan pidato ketua umum dan ketua dewan pembina terpilih.

Terakhir, pleno yang berisi agenda untuk membahas rekomendasi-rekomendasi dan penetapan.

Pesan Prabowo

Sementara itu, usai kembali ditetapkan sebagai ketua umum, Prabowo menyatakan siap mengembang amanah yang diberikan.

"Kalau itu memang permintaan Kongres Luar Biasa ini, saya menyatakan siap menerima," kata Prabowo.

Menteri Pertahanan RI itu mengaku cukup bangga dengan militansi kader Gerindra.

Ia mengatakan, saat didirikan pada 2008 lalu, tidak sedikit pihak yang awalnya meremehkan Gerindra.

Namun, menurut dia, kader Gerindra menjawab keraguan itu dengan menunjukkan sikap pantang menyerah.

"Kalau saya lihat tampang kalian ini, 12 tahun lalu kita diremehkan. Dulu ada yang bilang, apa itu Gerindra, Gerindri, ya kan?" ujar Prabowo.

"Tapi dengan semangat, rawe-rawe rantas malang-malang putung, dengan semangat tidak mengenal menyerah, dengan semangat kegembiraan, dengan optimisme, kita jalan terus," imbuh dia.

Ia menambahkan, menjelang penyelenggaraan pemilihan umum atau pemilu, biasanya banyak partai yang mulai bermunculan.

Namun, sedikit dari yang muncul kemudian menghilang.

Namun, hal itu berbeda dengan Gerindra yang sudah lebih dari satu dekade ikut dalam panggung politik Tanah Air.

Syekh Ali Jaber Tak Mau Berhenti Berdakwa: Saya Cinta Indonesia, Saya Sudah Memaafkan Pelaku

Tak Terima Dicekal Ke Luar Negeri, Putra Sulung Presiden Soeharto Gugat Menteri Keuangan Sri Mulyani

"Ada partai yang banyak muncul, cepat hilang juga. Partai kita mantap. Lahirnya pun mendadak, kita dirikan dengan cepat, dengan pembangunan yang dari bawah tapi juga dengan suatu arah yang jelas," kata Prabowo.

Meski begitu, ia mengingatkan, agar kader Gerindra tidak sombong.

Ia pun berharap agar kader Gerindra bukan menjadi politisi biasa.

Setiap kader harus memiliki kesadaran untuk membangun Indonesia dengan cara yang benar, baik di legislatif maupun eksekutif.

"Saya berharap dari awal kita bukan jadi partai biasa. Kalian tidak boleh jadi politisi biasa, kalian merebut kursi politik (harus) benar. Harus. Eksekutif, legislatif. Untuk membuat perubahan demi perbaikan nasib rakyat, demi membangun kekuatan bangsa Indonesia," ujar Prabowo.

* Kiprah Prabowo di Timor Timur Tembakan ke Bos Fretelin yang Kini Pahlawan Timor Leste & Nama Bandara

Kisah panjang operasi militer di Timor Leste yang saat bergabung dengan Indonesia bernama Timor Timur belum terlupakan hingga kini

Pasukan TNI yang saat itu masih beranama Angkatan Bersenjata Republik Indonesia atau ABRI sejatinya tidak pernah kalah berperang melawan kelompok separtis yang ingin memisahkan diri dari NKRI

Salah satu kisah heroik adalah pertempuran pukasn yang dipimpin oleh Prabiwi Subianto dengan pasukan yang  dipimpin Presiden Fretelin, Nicolao Labato

Dia Nicolao Labato kini dianggap Pahlawan Timor Leste sampai diabadikan menjadi Bandara Diri, Presidente Nicolao Labato

Menteri Pertahanan Indonesia, Prabowo Subianto merupakan orang yang ikut berperan penting dalam menumpaskan konflik Indonesia dengan Timor Leste di masa lalu.

Timor Leste, yang dulu masih bernama Timor Timur , seketika mencekam karena munculnya banyak kelompok bersenjata yang ingin menyerang TNI.

Saat Timor Timur masih bergabung sebagai salah satu provinsi dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), sejumlah gangguan keamanan dilancarkan oleh kelompok bersenjata yang bertujuan ingin memisahkan diri dari Indonesia.

Salah satu kelompok yang ingin mendapatkan kemerdekaan bagi Timor Timur adalah Fretilin.

Pemimpin kelompok itu menyerukan anggotanya untuk menyerang prajurit TNi, yang ketika itu masih bernama Angkatan Bersenjata Republik Indonesia ( ABRI ).

Dilansir dari buku 'Jenderal M Jusuf Panglima Para Prajurit' karya Atmadji Sumarkidjo , Prabowo Subianto beserta pasukannya dikerahkan setelah TNI menerjunkan pasukan gabungan yang dinamai Batalyon Parikesit.

Prabowo Subianto beserta pasukannya diterjunkan untuk membantu misi pasukan gabungan Yon Parikesit yang berisikan prajurit dari kesatuan elit macam Kopassandha (Kopassus), Marinir serta Kopasgat (Paskhas)

Prabowo Subianto beserta pasukannya sempat diterjunkan untuk memburu presiden Fretilin, Nicolao Lobato

"Tangkap Nicolao Lobato, hidup atau mati!" tegas panglima kepada Kolonel Dading Kalbuadi selaku komandan operasi Seroja

Konsep perburuan Yon Parikesit menggunakan taktik Mobile Udara (Mobud) dimana pasukan akan diterjunkan menggunakan helikopter melalui tali (fast ropping) di titik pendaratan.

Debut pertempuran Yon Parikesit terjadi di wilayah Laklobar dan Soibada.

Di sana tim berhadapan dengan pasukan pengawal Lobato.

Pasukan elit Nanggala-28 pimpinan Kapten Prabowo Subianto diterjunakn bersamaan dengan Kompi Yonif Linud 700 Kodam XIV, satu kompi Yonif Linud 401 Banteng Raiders dan Batalyon 744 Somodok pimpinan Mayor Yunus Yosfiah.

30 Desember 1978, Kapten Prabowo melapor pada Mayor Yusuf Yosfiah jika anggotanya ada yang memergoki pergerakan sejumlah besar pasukan Fretilin ke arah Selatan.

Hal ini dinilai janggal karena Fretilin amat jarang mengerahkan pasukan besar yang bergerak bersama-sama, dugaan kuat pasti Lobato ada ditengah-tengah mereka.

Laporan ini lantas diteruskan kepada Kolonel Sahala Radjagukguk yang berada di lapangan untuk memperketat pengepungan kepada pasukan Lobato.

Kapten Prabowo juga diberi tugas mengkoordinasikan pengepungan dengan seluruh kekuatan yang ada.

Nanggala-28 pimpinan Prabowo Subianto kemudian meluncur ke lokasi pengepungan dan langsung menghujani Lobato dan pasukannya dengan timah panas.

Adu tembak silih berganti antar kedua belah pihak, sengit, semerbak bau mesiu dimana-mana.

Sejumlah pengawal Lobato tewas, namun presiden Fretilin itu tak mau menyerah.

Ia mencoba melarikan diri bersama sisa pengawalnnya.

Pelariannya berhasil dicegat oleh Yon 744 Somodok pada 31 Desember 1978.

Pertempuran jarak dekat terjadi antara Yon 744 Somodok dan pasukan Lobato.

Dikutip dari buku 'Timor Timur The Untold Story' karya Kiki Syahnakri, pelarian Lobato berakhir setelah ia ditembak oleh Sertu Jacobus Maradebo, seorang prajurit ABRI asli Timor Timur tepat di dadanya.

Usai dipastikan tewas, Panglima TNI M Jusuf melapor ke Presiden Soeharto jika pentolan utama Nicolao Lobato berhasil dieliminasi. (*)

Artikel ini telah tayang di Wartakota.com: https://jakarta.tribunnews.com/2020/08/09/kembali-dikukuhkan-jadi-ketua-umum-partai-gerindra-prabowo-subianto-minta-kader-tak-sombong?page=all

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved