Mengenang Kunjungan Lima Hari di NTT: Makan Are Gau Bersama Jakob Oetama

Dion, tugasmu menulis kunjungan Pak Jakob Oetama ke Flores. Kau harus sudah berada di Maumere paling lambat sehari sebelum kedatangan beliau

Editor: Kanis Jehola
POS-KUPANG.COM/DION DB PUTRA
SARAPAN-Jakob Oetama bersama Damyan Godho dan saya saat sarapan pagi di Sao Wisata Resort Waiara, Jumat 28 Oktober 2005. 

POS-KUPANG.COM - "Dion, tugasmu menulis kunjungan Pak Jakob Oetama ke Flores. Kau harus sudah berada di Maumere paling lambat sehari sebelum kedatangan beliau bersama sahabatnya Pak Frans Seda."

Om Damyan Godho, Pemimpin Umum Harian Pagi Pos Kupang, memberitahu saya pagi itu setelah kami menikmati kopi hangat di ruang kerjanya, hari Selasa 25 Oktober 2005.

Rabu siang 26 Oktober 2005 saya menjejakkan kaki di kota nyiur melambai Maumere manise. Langsung bergegas mengoleksi data tambahan tentang Flores, Kabupaten Sikka, STFK Ledalero, Nilo, Lekebai dan lain-lain.

Anggota TNI dan Polri di Sikka Jalin Kebersamaan Melalui Jalan Sehat dan Senam Bersama

"Pak Jakob akan menanyakan hal-hal seperti itu. Dion jangan sampai gagap menjawab pertanyaan beliau," pesan Om Damy.

Hari Kamis pagi 27 Oktober 2005, pendiri Kompas Gramedia dan Pemimpin Umum Harian Kompas, Jakob Oetama, Frans Seda dan rombongan kecil tinggalkan Kota Kupang menuju Maumere.

Saya tak sudi telat. Ini momen bersejarah. Kunjungan dua tokoh nasional Frans Seda dan Jakob Oetama ke Flores setelah sebelumnya beliau berdua ke Pulau Timor.

Satu Lagi Pasien Covid-19 Meninggal

Di Kupang keduanya menyampaikan gagasan besar tentang menemukan kembali Indonesia dalam seminar nasional di Hotel Kristal. Lima hari mereka melakukan perjalanan ke Provinsi Nusa Tenggara Timur, 26-30 Oktober 2005.

Kejutan terjadi di Waioti 27 Oktober 2005. Saat keluar dari ruang kedatangan, Om Damyan Godho dan Rikard Bagun (Wakil Pemimpin Redaksi Kompas kala itu) meminta saya menemani Pak Jakob dalam perjalanan menuju ke Sao Wisata Resort di kawasan Waiara. Kurang lebih 8 kilometer arah timur Kota Maumere.

Gugup? Pastilah. Tapi saya berusaha lekas menenangkan diri dan hendak duduk di samping sopir. Eh malah dilarang Om August Parengkuan.

"Dion temani Pak Jakob. Saya duduk di depan ya. Saya ini kan pengawal beliau," kata August Parengkuan yang belakangan jadi Dubes RI di Italia sambil terkekeh.

Jadilah saya semobil dengan tokoh hebat itu. Duduk berdampingan pula. Pengalaman tak terlupakan seumur hidup. Benar kata Om Damy. Dalam perjalanan dari Waioti ke Waiara, Pak Jakob menanyakan beberapa hal tentang Maumere, Sikka, Flores dan lain-lain.

Untung saya sudah koleksi data dan informasi akurat sehingga bisa berbincang santai dengan beliau. Suaranya lembut. Santun menyimak setiap kata yang terucap. Seolah berbincang dengan seorang ayah. Bukan pimpinan tertinggi sekaligus pemilik Grup Kompas Gramedia.

Tak terasa kami sampai Sao Wisata, disambut hangat Manajernya Heri Ajo. Setelah istirahat beberapa saat tibalah waktu santap siang kira-kira pukul 12.20 Wita di pinggir pantai Waiara. Di kejauhan sana, puncak Gunung Egon berselimut kabut tipis putih. Egon sedang ramah. Tak kedengaran batuk apinya.

Gelak tawa dan canda membahana sepanjang acara makan siang. Sungguh jauh dari suasana formal. Benar-benar bersahaja, apa adanya, kental nian aroma persahabatan dan persaudaraan. Padahal yang menyantap menu makan siang di restoran Flores Sao Resort hari itu adalah dua tokoh nasional.

Hadir pula petinggi Kompas Gramedia lainnya, August Parengkuan, St. Sularto, Rikard Bagun, Petrus Waworuntu, Wandi S Brata, Julius Pour, Damyan Godho dan Kepala Biro Kompas di Bali, Frans Sarong.

Benarlah apa yang mereka katakan bahwa perjalanan bersama selama lima hari ke NTT merupakan ziarah pribadi. Ziarah yang diwarnai kisah ringan tapi bernilai tentang kepribadian, pengalaman, tentang perjuangan hidup dan persahabatan.

Saat makan siang di Waiara saya lihat betapa dekat hubungan Frans Seda dan Jakob Oetama. Selaku tuan rumah, Frans Seda riang bercerita kepada sahabatnya. Frans Seda antara lain berkisah tentang ulat bulu.

"Ulat bulu itu makanan kesukaan saya sejak kecil. Rasanya enak sekali, Jakob," katanya. Ulat bulu. Nama yang agak asing bagi Jakob Oetama. Tapi belum sempat beliau bertanya, Frans Seda segera menjelaskan tentang si ulat.

"Ulat ini hidup dalam bambu," jelas mantan Menteri Perkebunan, Menteri Keuangan dan Menteri Perhubungan RI tersebut.

Ulat bulu adalah makanan tradisional bagi sebagian masyarakat Ende-Lio, Sikka dan daerah lain di Flores. "Tapi entahlah, apakah anak-anak sekarang masih suka makan atau tidak. Saya tidak tahu," lanjut Frans Seda.

Ulat bulu hidup dalam bambu, umumnya jenis bambu aur. Dalam satu rumpun bambu, lazimnya ada batang muda yang kurang subur. Buku-bukunya rapat. Ruasnya bengkok. Di situlah hidup ulat (kepompong) warna putih sebesar jari kelingking anak-anak, panjang 3-5 cm.

"Apa sih khasiatnya Pak Frans?" tanya Wakil Pemimpin Umum Kompas, St Sularto saat itu. "Oh...khasiatnya luar biasa. Makanan bergizi tinggi. Makanya saya sehat dan kuat sampai sekarang," kata Frans Seda yang saat itu berusia 79 tahun.

Semasa hidup, Frans Seda memang cinta mati makanan tradisional dari kampung halamannya Flores. Kecintaan Frans Seda terlihat jelas saat makan siang di Waiara maupun dalam acara syukuran ulang tahunnya ke-79 di rumahnya di Maumere pada Kamis (27/10/2005) malam.

Di meja makan tersaji are gau (ketupat), are merah (nasi dari beras merah), koro/horo ipu dan mbarase (sambal dengan bahan utama ikan kecil) yang mudah diperoleh di perairan Paga-Maulo'o, singkong rebus, ae mage (kuah asam-ikan) serta kura mbo (udang dan ikan dari sungai/kali).

Frans Seda selalu meminta Jakob Oetama mencicipi makanan khas Flores. "Pak Jakob, cobalah ini. Namanya are gau. Rasanya lain, tidak sama dengan ketupat di Jawa," kata Frans Seda menunjuk are gau saat makan siang di Waiara.

Tokoh kelahiran Borobudur, Jawa Tengah, 27 September 1931 pun enggan menolak. "Memang enak ya.." kata Jakob perlahan. Kami yang lain juga tak ketinggalan makan are gau bersama beliau siang itu. (dion db putra)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved