Berhasil Kabur, Pembelot Cantik Korea Utara Ini Bongkar Fakta Mengejutkan Soal Kim Jong-un
Pembelot cantik Korea Utara ini bongkar fakta mengejutkan soal Kim Jong-un: dianggap dewa dan bisa baca pikiran
"Di negara-negara tersebut, Anda memiliki pemahaman bahwa mereka tidak normal, mereka terisolasi dan orang-orangnya tidak aman," katanya kepada New York Post.
"Tapi Korea Utara telah benar-benar dibersihkan dari seluruh dunia, itu secara harfiah adalah Kerajaan Pertapa."
Park dan saudara perempuannya diajari bahwa Kim Jong Il, mantan pemimpin negara, dan putranya Kim Jong Un adalah dewa.
Para guru menjelaskan kepada mereka bahwa keluarga Kim dapat membaca pikiran warganya dalam kehidupan sehari-hari, membuat rakyat untuk berpikir baik tentang para tiran.
Murid juga didorong untuk menemukan kesalahan pada teman sekelas mereka dan menyerang mereka secara verbal dalam "sesi kritik".
• DOKUMEN RAHASIA BOCOR, Amerika Sempat Berencana Serbu Korea Utara Gulingkan Kim Jong Un
Pengungkapan serupa dibuat dalam "Escape from Camp 14", kisah Shin Dong-hyuk.
Dia melarikan diri dari salah satu kamp konsentrasi negara dan mengalami kesulitan yang tak terbayangkan saat tumbuh dewasa.
Sekolah menengah di kamp itu tidak lebih dari tempat tinggal budak.
Pada satu titik, salah satu teman sekelas Dong-hyuk dipukuli sampai mati oleh guru karena menimbun beberapa biji jagung.
Park mengatakan tentang perjuangannya dalam menemukan makanan untuk bertahan hidup.
Dia sudah terbiasa makan serangga di negara di mana lebih dari 10 juta orang kelaparan atau menghadapi kekurangan makanan yang parah.
Baik paman dan neneknya meninggal karena kekurangan gizi dan mayat yang ditemukan di jalan merupakan kejadian biasa.
"Saya telah mengunjungi daerah kumuh di Mumbai, saya telah mengunjungi daerah kumuh di negara lain, tetapi tidak ada yang seperti Korea Utara."
"Korea Utara kelaparan, ini adalah kelaparan sistematis oleh negara yang memilih untuk membuat kita kelaparan," katanya.
Park
Park mengkritik keputusan pemerintah untuk mengembangkan senjata nuklir ketika bisa memberi makan rakyatnya dengan uang. (Adrie Saputra)