Pentingkah Pemeriksaan Buta Warna?

Hari buta warna dunia atau World Colour Blind Awareness Day diperingati setiap tanggal 6 September

Editor: Kanis Jehola
zoom-inlihat foto Pentingkah Pemeriksaan Buta Warna?
ISTIMEWA
dr. Theresia Dita Chrisdianudya

Oleh: dr. Theresia Dita Chrisdianudya, Dokter PTT Daerah Puskesmas Uitao Kecamatan Semau, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur

POS-KUPANG.COM - Hari buta warna dunia atau World Colour Blind Awareness Day diperingati setiap tanggal 6 September. Tanggal tersebut merupakan tanggal lahir John Dalton yang dipilih sebagai penghormatan terhadap John Dalton seorang ilmuwan penemu teori atom yang memiliki buta warna merah-hijau dan telah sukarela menyumbangkan matanya untuk diteliti.

Status bebas buta warna biasanya digunakan dalam berbagai aspek seperti prasyarat pendaftaran kerja, pembuatan surat penting, pendaftran sekolah dan lain sebagainya.

Widodo Cahyono Putro Jelaskan Perkembangan Pemain Persita Tangerang

Sebagai contoh di bidang pendidikan, saat ini banyak pendaftaran penerimaan peserta didik baru di sekolah dan perguruan tinggi yang mewajibkan para pendaftar menyertakan surat keterangan sehat termasuk keterangan tidak buta warna.

Hasil pemeriksaan buta warna merupakan salah satu penilaian penting dalam syarat pendaftaran peserta didik baru. Sebenarnya, apakah manfaat dari pentingnya pemeriksaan buta warna pada diri sendiri, dan apakah seseorang dengan status buta warna dapat melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi, ataupun bekerja seperti orang pada umumnya?

Buta warna merupakan suatu gangguan penglihatan dalam membedakan warna akibat ketidakmampuan sel-sel kerucut mata untuk menangkap suatu spektrum warna tertentu.

Memasuki Bulan Keceriaan dan Kebahagiaan, Warga 4 Desa di Ende Nikmati Listrik PLN

Buta warna dapat terjadi kapan saja, baik dimulai saat lahir, fase anak-anak, atau bahkan saat dewasa. Sebagian besar kasus buta warna disebabkan oleh faktor keturunan yang diwariskan dari orang tuanya, namun dapat pula terjadi akibat faktor lain seperti penuaan, kerusakan retina, atau akibat gangguan mata lainnya.

Buta warna lebih banyak terjadi pada pria dibandingkan dengan wanita karena gen buta warna dibawa oleh kromosom X.

Buta warna terbagi menjadi dua yaitu buta warna parsial (sebagian) dan buta warna total.

Berdasarkan kerusakan pada fotopigmen terdapat tiga jenis buta warna yaitu buta warna merah-hijau, buta warna biru-kuning, dan buta warna total.

Buta warna merah-hijau adalah tipe yang paling umum terjadi di populasi masyarakat. Tipe ini terjadi ketika fotopigmen di sel-sel kerucut merah (protan) serta hijau (deutran) tidak berfungsi dengan baik.

Buta warna biru-kuning terjadi ketika fotopigmen di sel-sel kerucut biru (tritan) tidak berfungsi dengan baik. Kondisi ini menyebabkan seseorang melihat warna biru menjadi hijau dan kuning menjadi violet atau abu-abu terang.

Buta warna total (monochromacy) kondisi dimana seseorang tidak bisa melihat seluruh warna tetapi hanya dapat melihat warna hitam dan putih saja dan tipe ini cukup jarang di temukan masyarakat.

Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007 menyatakan bahwa prevalensi buta warna di Indonesia sebesar 7,4%.

Ketiga provinsi dengan prevalensi tertinggi kasus buta warna berada di DKI Jakarta (24,3%), Kepulauan Riau (21,5%), dan Sumatera Barat (19%).

Untuk mengetahui ada tidaknya buta warna pada seseorang perlu dilakukan pemeriksaan khusus oleh tenaga medis yaitu dokter. Pemeriksaan yang digunakan dalam mendeteksi ada tidaknya gangguan buta warna pada umumnya menggunakan tes yang dikenal sebagai tes Ishihara.

Tes ini menggunakan lingkaran yang terdiri dari banyak titik dengan warna serta ukuran yang berbeda dan dilakukan tes pengenalan angka samar- samar yang tertera dalam instrument tes.

Pemeriksaan buta warna banyak digunakan saat ini, salah satunya pada sebagian besar penerimaan sekolah kedinasan dimana mewajibkan pendaftarnya tidak memiliki status buta warna.

Pada bidang lain seperti pendidikan formal pada umumnya memiliki prasyarat yang sama yaitu status tidak buta warna.

Hal ini menjadi pertimbangan khusus terlebih bagi lulusan atau pekerjaan yang berhubungan langsung dengan bidang yang membutuhkan kemampuan membedakan warna.

Walalupun demikian, penderita buta warna masih tetap bisa mengenyam pendidikan, ataupun bekerja layaknya orang yang tidak buta warna. Pada umumnya orang dengan status buta warna bisa diarahkan pada kejurusan yang tidak banyak berkontribusi dengan identifikasi warna seperti matematika, ilmu sosial, akuntansi, penulis dan sebagainya.

Buta warna dapat terjadi seumur hidup dan belum ditemukan terapi untuk mengatasinya, namun bagi penderita buta warna merah-hijau, dapat menggunakan lensa kontak khusus untuk membantu membedakan warna lebih jelas yang bisa digunakan di luar ruangan dalam kondisi pencahayaan yang terang.

Setiap penderita buta warna masih tetap mampu menjalani kehidupan seperti biasa dan mampu memiliki karir yang baik. Pemeriksaan lebih dini bermanfaat untuk mengetahui lebih awal ada tidaknya gangguan, terapi yang sesuai sehingga persiapan masa depan lebih matang dan mengarahkan penderita agar tetap dapat beradaptasi dengan baik khususnya dalam pendidikan, pekerjaan dan bersosialisasi dalam masyarakat. (*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved