Airlangga Hartarto, Perang Melawan Resesi: Targetkan Vaksinasi 1 Juta Orang per Hari
SEJUMLAH pihak meyakini pertumbuhan ekonomi Indonesia di quarter ketiga (Q3) 2020 akan kembali negatif
Secara teknis 2/3 dari jumlah penduduk, sekira 180 juta warga. Tetapi karena harus dilakukan dua kali vaksinasi, jumlahnya jadi 360 juta.
Targetnya kapan 180 juta warga itu divaksinasi?
Tentu terkait dengan kesediaan produksi. Ketersediaan vaksin hingga akhir 2020 diperkirakan 30 juta. Vaksin ini bahannya kita dapatkan dari luar, kemudian dimanufaktur di PT Biofarma (Bandung). Bahannya berasal dari Sinovac (sebuah perusahaan di China).
Apa bedanya resesi ekonomi dan krisis ekonomi?
Pada saat ini ada 215 negara yang mengalami resesi ekonomi (pertumbuhan ekonominya minus). Risiko krisis kesehatan bisa menjadi krisis ekonomi tetapi dimulai dari resesi dulu. Nah resesi itu yang sekarang dihadapi215 negara.
Khusus Indonesia kita lihat dari pertumbuhan ekonomi selama satu tahun (year on year). Sampai Desember 2020, target pertumbuhan kita positif di 0,2 persen atau 0,25 persen atau bahkan 0.
Pada Q1 2020 Indonesia masih positif padahal negara lain sudah negatif. Pada saat kita minus 5,3 persen, ternyata negara lain lebih dalam lagi. India minus 20 persen, sedang Singapura minus 12.
Apa yang membuat Indonesia hanya minus satu digit?
Nah itu bedanya lockdown dan PSBB. Saat PSBB kita membuka 12 sektor, termasuk sektor industri. Sedangkan lockdown semua berhenti.
Kita on the track pada saat memberlakukan PSBB yang berbasis regional, tidak pukul rata. Kawasan industri di Bekasi-Karawang-Purwakarta kan relatif aman, karena dari awal sudah menjalankan protokol kesehatan.
Selain tidak melakukan lockdown, faktor apalagi yang membuat Indonesia kondisi ekonomi tidak separah negara lain?
Domestik market (pasar dalam negeri) yang resilient (tangguh). Contoh, Singapura itu 90 persen perekonomian tergantung pada ekonomi global. Begitu ekonomi global sedang berhenti, Singapura langsung kena. Kita masih punya daya tahan domestik.
Kita bisa sedikit bertahan karena faktor domestic, plus adanya sektor yang bisa menjadi pengungkit.
Contohnya sektor pertanian. Karena dalam situasi apapun kebutuhan untuk pangan tetap ada, sehingga sektor pangan tetap aman.
Kemudian sektor digital. Adanya pandemi, digitalisasi malah terakselerasi, sehingga sektor infokom juga positif. Sektor kesehatan karena terpacu pandemi juga digenjot. Kita mempunyai sektor-sektor seperti ini, sedang negara lain tidak punya, sehingga mereka turun lebih dalam.(dennis)