Perang Terbuka China vs Amerika di Laut China Selatan Berdampak Buruk pada Indonesia
Amerika sudah menghadikan dua kapal induk masing-masing UUS Nimitz dan UUS Ronald Reagen. Masing-masing kapal induk disertai juga dengan grup tempur y
Perang Terbuka China vs Amerika di Laut China Selatan Berdampak Buruk pada Indonesia
POS KUPANG.COM -- Aksi pasang pasukan dan armada tempur antara China dan Amerika terus berlangsung di Laut China Selatan
Amerika sudah menghadikan dua kapal induk masing-masing UUS Nimitz dan UUS Ronald Reagen. Masing-masing kapal induk disertai juga dengan grup tempur yang terdiri dari beberapa fregat berpeluru kendali hingga kapal selam bertanaga nuklir
Bukan itu saja, keduanya juga sudah menggunakan peawan pembom jarak jauh yang mampu menggotong senjata nuklir
Mantan Kepala Badan Intelijen Strategis ( BAIS ) TNI Laksamana Muda TNI (Purn) Soleman B Ponto meyakini Indonesia akan terdampak jika Amerika dan China bertempur di Laut China Selatan
Soleman mengatakan dari sisi lingkungan setidaknya laut Indonesia akan tercemar.
• Oscar Lawalata Putuskan Jadi Perempuan, Ini Identitas Baru Sang Perancang Busana Gunakan Nama Cewek
• Amerika Pamer Kekuatan di Laut China Selatan, Ternyata USA Sadar AL-nya Kalah Jauh dengan China
• India dan China Kembali Bentrok di Perbatasan Padahal Sementara Nego, Satu Prajurit Hindustan Tewas
• SUAMI SELINGKUH,Istri Balas Dendam Pasang Status WA Foto Suami Tidur dengan Wanita Lain,1 Desa Heboh
• Terungkap Foto Masa Kecil Kim Jong Un, Sejak Anak-anak Pemimpin Korut Percaya Dirinya Setengah Dewa
Tidak hanya itu, ia juga meyakini Indonesia akan kedatangan pengungsi perang dari sekitar Laut China Selatan.

Hal tersebut diungkapkan Soleman ketika menanggapi pertanyaan seorang peserta Diskusi Webinar bertajuk "Polemik Rancangan Perpres Tentang Tugas TNI dalam Mengatasi Terorisme" yang diselenggarakan Universitas Paramadina, Selasa (9/6/2020).
"Bagaimana laut itu akan menjadi kotor. Bagaimana terjadi pencemaran lingkungan. Pasti akan berdampak kepada Indonesia. Bagaimana nanti kalau ada pengungsi datang ke Indonesia."
"Kita ingat bagaimana kasus Pulau Galang yang penuh dengan pengungsi. Sehingga apa yang akan terjadi dengan Laut China Selatan pasti akan berdampak kepada Indonesia," kata Soleman.
Diberitakan sebelumnya, situasi di kawasan Laut China Selatan kembali memanas.
Baru-baru ini, Shandong , kapal induk pertama yang China buat di dalam negeri, melakukan uji coba laut pada 22 Mei lalu, CCTV melaporkan. Pandemi virus corona menghambatnya untuk turun ke laut.
laut china selatanBaca Juga: Detik-detik Angkatan Laut dan Udara Tiongkok Uber Kapal Perang AS di Laut China Pakar Sebut Perang Dunia 3 Sudah Dekat!
Ini pertama kali kapal induk Shandong turun ke laut untuk latihan sejak penugasan secara resmi ke Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA) akhir tahun lalu.
Melansir South China Morning Post, CCTV, lembaga penyiaran negara China, tidak mengungkapkan lokasi pasti dari uji coba laut kapal induk Shandong.
Tetapi, sebuah pemberitahuan dari Administrasi Keselamatan Maritim Dalian menyebutkan, kapal induk Shandong berada di bagian Utara Laut Kuning
Menurut pemberitahuan yang rilis pada 22 Mei itu, daerah di Timur Dalian, pelabuhan asal kapal induk Shandong, ditutup antara Senin dan Selasa pekan lalu untuk kegiatan militer.
Baca Juga: Beijing Hilang Kesabaran, AS Terobos Zona Terlarang di Laut China Selatan, PLA Murka: Hentikan Tindakan Provokatif Kalian Jika Tak Ingin Terjadi Kecelakaan!
Li Yongxuan, Wakil Kapten Shandong, mengatakan kepada CCTV, Shandong sangat membutuhkan latihan untuk mengembangkan kemampuannya.

"Kami perlu mengintegrasikan kelompok tempur kapal induk Shandong ke dalam sistem tempur keseluruhan sedini mungkin. Dan kami akan berusaha membuat kapal induk kami menjadi kapal yang siap tempur dan menang," kata Li seperti dikutip South China Morning Post.
Siaran CCTV menunjukkan tujuh Shenyang J-15 di atas kapal induk Shandong serta latihan take-off dan landing jet tempur berjulukan Hiu Terbang tersebut.
Pada 17 Desember 2019, China secara resmi menugaskan Shandong ke Angkatan Laut PLA dalam sebuah upacara yang Presiden Xi Jinping hadiri, setelah lebih dari delapan belas bulan uji coba laut.
Baca Juga: Ahli Beberkan Kemungkinan Setelah Tiongkok Kirim 4 Rudal
Seperti kakaknya kapal induk Liaoning, nama Shandong Pemerintah China ambil dari provinsi di Timur Laut negeri tembok raksasa.
AS Kirim kapal selam
Sementara, Amerika juga telah mengerahkan armada kapal selam dalam operasi tanggap darurat di wilayah Pasifik Barat di tengah meningkatnya ketegangan hubungan dengan China.
Pengerahan kapal selam tersebut untuk mendukung kebijakan bebas dan terbuka di Indo-Pasifik. Tujuannya adalah untuk melawan operasi China di Laut China Selatan.
Untuk itu, AS mengerahkan tujuh kapal selam, termasuk enam kapal selam yang berbasis di Guam, USS Alexandria yang berbasis di San Diego dan beberapa kapal berbasis di Hawaii, akan bergerak dalam satu armada perang.
Baca Juga: Beijing Murka Usai Latihan Militernya Diusik, Tiongkok Beri Peringatan Keras ke AS dengan Luncurkan Rudal Balistik ke Laut China Selatan
Komandan Sub-Pasukan Pasifik, Laksamana Muda Blake Converse mengatakan, operasi ini merupakan demonstrasi kesediaan mereka untuk membela kepentingan dan kebebasan navigasi di bahwa hukum internasional.
Kapal selam serangan ini dipersenjatai dengan torpedo dan rudal jelajah Tomahawk dan juga mempu melakukan pengawasan rahasia.
Angkatan Laut AS telah mempertahankan armada kapal perang di Pasifik Barat sebagai untuk kekuatan di kawasan tersebut di tengah meningkatnya ketegangan dengan China di Laut China Selatan dan silang pendapat terkait pandemi virus corona.
AS menuduk China meningkatkan pendudukannya atas pulau-pulau buatan manusia dan menganggu negara-negara lain di tengah upaya mereka menangani krisis covid-19 yang berawal dari Wuhan, China.
Baca Juga: 'Kalau China Nakal dan Rusak Kapal Kami, Kami Tinggal Panggil AS' Ujar Filipina Dengan Pongah, Rupanya Ada Perjanjian Lebih Lama yang Sebutkan Hubungan Erat AS dan Filipina
Platform intelijen Stratfor mengatakan, AS dan China telah mempertahankan kecepatan operasional yang kuat di Laut Cina Selatan di tengah meningkatnya ketegangan dan covid-19.
Menteri Pertahanan AS, Mark Esper mengatakan: "Ketika militer AS menangani covid-19 di rumah, kami tetap fokus pada misi keamanan nasional kami di seluruh dunia," ujarnya seperti dilansir Express, pekan lalu.
“Banyak negara telah beralih ke dalam untuk pulih dari pandemi, dan sementara itu, pesaing strategis kami berusaha untuk mengeksploitasi krisis ini untuk keuntungan mereka dengan mengorbankan negara lain.
Esper menuduh Beijing meningkatkan kampanye disinformasi untuk mengalihkan kesalahan atas virus dan melindungi citranya.
Baca Juga: Harus Siap Mati, Tentara China Sudah Disiapkan untuk Bertempur Sampai Darah Penghabisan Walaupun Belum Tentu Bakal Pecah Perang dengan Negara Lain
Dia mengatakan AS terus melihat perilaku agresif dari Tentara Pembebasan Rakyat di Laut China Selatan, mulai dari mengancam kapal angkatan laut Filipina hingga menenggelamkan kapal nelayan Vietnam dan mengintimidasi negara-negara lain untuk terlibat dalam pengembangan minyak dan gas lepas pantai.
Esper mengatakan dua kapal AS menyelesaikan kebebasan operasi navigasi di Laut China Selatan minggu sebelumnya untuk mengirim pesan yang jelas ke Beijing bahwa kami terus melindungi kebebasan navigasi dan perdagangan untuk semua negara besar dan kecil.
Kapal penjelajah berpeluru kendali USS Bunker Hill melakukan "FONOP" di Kepulauan Spratly, dan kapal perusak USS Barry berlayar dua kali melalui Selat Taiwan dan melalui Kepulauan Paracel di wilayah sengketa yang diklaim Cina sebagai miliknya.
Baca Juga: Makin Kondang! China Kokang Senjata di 4 Wilayah Laut Berbeda dalam Waktu Bersamaan, Bagian dari Kesiapan Konfrontasi Lawan AS dan Taiwan
Kecemasan Singapura
Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong menyebut kehadiran Amerika Serikat tetap vital bagi keamanan kawasan Asia-Pasifik.
Ia juga menyebut China tidak akan dapat mengambil alih peran itu di Asia Tenggara bahkan dengan kekuatan militernya yang terus meningkat.
Dalam sebuah artikel yang diterbitkan oleh Kantor Urusan Luar Negeri, Lee menulis bahwa klaim maritim dan teritorial China di Laut Cina Selatan berarti bahwa negara-negara di kawasan itu akan selalu melihat kehadiran angkatan laut China sebagai upaya untuk memajukan klaim-klaim itu.
Dia juga menulis bahwa banyak negara Asia Tenggara sangat sensitif tentang persepsi bahwa China memiliki pengaruh terhadap etnis minoritas Tionghoa yang cukup besar.
Baca Juga: China Bersikap Aneh, Mendadak Ajak Diskusi Soal Laut China Selatan, Diplomat ASEAN Yakin Negosiasi Cuma Embel-embel untuk Diam-diam Pecundangi AS
"Meskipun kekuatan militernya meningkat, China tidak akan dapat mengambil alih peran keamanan Amerika Serikat," tulisnya seperti dikutip Bloomberg.
Ia juga menambahkan bahwa penarikan pasukan AS di Asia Utara akan memaksa Jepang dan Korea Selatan untuk merenungkan pengembangan senjata nuklir untuk menghadapi ancaman Korea Utara yang semakin meningkat.
Artikel Lee ini muncul ketika ketegangan antara AS dan China terus meningkat, dengan sejumlah isu mulai dari jaringan 5G, Laut China Selatan hingga tanggung jawab atas pandemi Covid-19.
Singapura telah menjadi salah satu negara paling vokal di Asia yang menyerukan AS dan China untuk menghindari bentrokan destruktif yang akan memaksa negara-negara kecil untuk memilih pihak.
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Jika China dan AS Perang di Laut China Selatan, Apa Dampaknya bagi Indonesia?
1
2
3
4
Show all