Pertamina
Pertamina Berencana Hapus Premium ( Bensin ) dan Pertalite, Begini Tanggapan Ahok
Pertamina berencana menghapus Premium ( Bensin ) dan Pertalite. Pertamina hanya akan menjual BBM jenis Pertamax.
Sebelumnya, Pertamina juga menjadi sorotan karena mengalami kerugian sebesar Rp 11 Trilun di semester I-2020.
Berikut rangkuman berita terbaru Pertamina sebagaimana dihimpun Tribunnews.com, Selasa (1/9/2020):
1. Kaji Hapus Pertalite dan Premium dari Pasaran

Pertamina mempertimbangkan untuk menghapus dua jenis BBM, yakni Pertalite dan Premium.
Hal itu mengemuka saat dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) antara PT Pertamina dengan Komisi VII DPR RI pada Senin (31/8/2020) kemarin.
Dikutip dari Kontan.co.id, Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan rencana penghapusan Pertalite dan Pertamax sebagai penerapan penggunaan BBM yang ramah lingkungan sesuai diatur dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No 20 Tahun 2019 yang mensyaratkan standar minimal RON 91.
Menurut Ricke, dari sekitar produk BBM yang dijual Pertamina, ada dua produk yang RON-nya dibawah 91, yakni Ron 88 (Premium) dan RON 90 (Pertalite).
"Kita akan mencoba melakukan pengelolaan hal ini karena sebetulnya premium dan pertalite ini porsi konsumsinya paling besar," kata Nicke, Senin (31/8/2020)
Nicke melanjutkan, hanya tinggal 7 negara yang masih menjual produk gasoline di bawah RON 90, yakni Bangladesh, Kolombia, Mesir, Mongolia, Ukraina, Uzbekistan dan Indonesia.
Menurutnya, padahal Indonesia masuk dalam kelompok negara yang memiliki GDP US$ 2.000 hingga US$ 9.000 per tahun.
Berdasarkan klasifikasi tersebut, Indonesia menjadi satu-satunya negara yang memasarkan jumlah jenis produk BBM paling banyak, yakni 6 jenis produk.
"Jadi itu alasan yang paling penting kenapa kita perlu mereview kembali varian BBM ini, karena benchmark 10 negara seperti ini," kata Nicke.
2. Rugi Rp 11 Triliun di Semester Pertama 2020
VP Corporate Communication Pertamina, Fajriyah Usman menjelaskan penyebab Pertamina mengalami kerugian sebesar Rp 11,327 triliun.
Menurut Fajriyah, sepanjang semester I 2020, Pertamina menghadapi triple shock, yakni penurunan harga minyak mentah dunia, penurunan konsumsi BBM di dalam negeri, serta pergerakan nilai tukar dolar.
“Pandemi Covid 19, dampaknya sangat signifikan bagi Pertamina. Penurunan demand, depresiasi rupiah, dan juga crude price yang berfluktuasi yang sangat tajam membuat kinerja keuangan kita sangat terdampak,” ujarnya dalam keterangan, Senin (24/8/2020).
Menurut Fajriyah, penurunan demand tersebut terlihat pada konsumsi BBM secara nasional yang sampai Juni 2020 hanya sekitar 117 ribu kilo liter (KL) per hari atau turun 13 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2019 yang tercatat 135 ribu KL per hari.