Pentingnya Program Gizi Remaja di Masa Covid-19, Disnkes Kupang Gelar Inovasi Terkait Gizi
Indonesia adalah negara yang mengalami Beban Ganda Malnutrisi di sepanjang siklus kehidupan, dengan tingkat kekurangan gizi yang stagnan penurunannya
Penulis: Gerardus Manyela | Editor: Alfred Dama
Pentingnya Program Gizi Remaja di Masa Covid-19, Disnkes Kupang Gelar Inovasi Terkait Gizi
POS KUPANG.COM, KUPANG - Indonesia adalah negara yang mengalami Beban Ganda Malnutrisi di sepanjang siklus kehidupan, dengan tingkat kekurangan gizi yang stagnan penurunannya dan peningkatan masalah kelebihan gizi atau obesitas yang meningkat dengan cepat.
Proporsi kekurangan dan kelebihan gizi terjadi pada kelompok umur anak-anak, remaja, dan orang dewasa, dan yang paling penting, kelebihanberat badan / obesitas tidak lagi menjadi masalah bagi kelompok kaya saja.
Perubahan dalam pola asupan makanan telah meningkatkan konsumsi lemak dan makanan olahan. Banyak kota yang tidak ramah bagi pejalan kaki, dan tidak mendorong aktivitas fisik.
Intervensi terkait gizi di Indonesia sebagian besar berfokus pada status gizi selama 1.000 hari pertama kehidupan dan indikator kekurangan gizi , meskipun ada peningkatan jumlah populasi dengan berat badan lebih dan ada peningkatan lingkungan "obesogenik", yaitu lingkungan yang menyebabkan seseorang menjadi kelebihan berat badan atau obesitas.
Sesungguhnya 1.000 hari pertama kehidupan sudah terlambat bagi 500.000 remaja putri yang hamil di Indonesia setiap tahunnya dan tidak cukup untuk digunakan mengatasi masalah kekurangan dan kelebihan gizi secara memadai.

Mengingat pertumbuhan jumlah segmen populasi ini, dan kerentanan mereka terhadap masalah kekurangan dan kelebihan gizi, masa remaja adalah saat yang tepat untuk melakukan intervensi untuk mempromosikan gizi yang optimal dan kebiasaan hidup sehat.
Remaja didefinisikan sebagai individu yang berusia 10-19 tahun. Di Indonesia, ada sekitar 45 juta remaja (dimana 22 juta di antaranya adalah remaja putri) dan mereka menyumbang 18 persen dari total populasi.
Masa remaja adalah periode ketiga dari tiga periode pertumbuhan tercepat yang terjadi di dalam siklus kehidupan seorang manusia, pertama sejak dalam kandungan dan yang kedua pada masa bayi (usia 0-1 tahun).
Karena pertumbuhan yang pesat serta perubahan sosial dan perkembangan yang terjadi selama tahap kehidupan ini, remaja rentan terhadap masalah gizi.
Berbagai perilaku yang berhubungan dengan kesehatan yang dibiasakan selama masa remaja, akan terbawa hingga dewasa, dan mempengaruhi kesehatan serta kesejahteraan remaja saat ini dan di masa depan.
Berdasarkan RISKESDAS 2018 , sekitar lebih dari seperempat (26,9 persen) remaja berusia 16-18 tahun kekurangan gizi kronis (stunting), 8,1 persen kekurangan gizi akut (wasting), dan 13,5 persen kelebihan berat badan (0besitas).

Sementara prevalensi stunting di kalangan remaja telah sedikit berkurang dibandingkan dengan data RISKESDAS 2013, kelebihan berat badan meningkat dalam tingkat yang mengkhawatirkan.
Tingkat kelebihan berat badan dan obesitas di kalangan remaja muda berusia 13-15 tahun mencapai 16 persen secara nasional dan di Provinsi NTT 19 persen.
Anemia (yang didefinisikan sebagai kandungan hemoglobin dalam darah