HUT Kemerdekaan

Sekelumit Kisah Perjuangan Kemerdekaan di Pulau Timor NTT

Setelah menduduki wilayah Kota Kupang, Jepang mengumpulkan para laki-laki sebagai pekerja rodi untuk membangun benteng-benteng pertahanan.

Penulis: PosKupang | Editor: Bebet I Hidayat

POS-KUPANG.COM ǀ KUPANG – Bagi para pecinta sejarah, tentu momen kemerdekaan bisa digunakan untuk berkunjung ke beberapa tempat yang memiliki nilai histori. Kota Kupang sendiri memiliki beberapa tempat-tempat bersejarah yang berkaitan juga dengan kemerdekaan Indonesia. Sebut saja beberapa peninggalan Jepang, seperti Tugu Jepang dan Gua Jepang.

Berdasarkan informasi yang diperoleh POS-KUPANG.COM dari UPTD Museum NTT, Jepang mendarat di Kupang pada tanggal 20 Februari 1942. Saat memasuki Kupang, Jepang mendapatkan perlawanan keras dari unit pasukan Australia yang kemudian dipukul mundur hingga ke Timor Portugis.

Setelah menduduki wilayah Kota Kupang, Jepang mengumpulkan para laki-laki sebagai pekerja rodi untuk membangun benteng-benteng pertahanan.

Mereka dipaksa bekerja sebagai kuli kontrak yang diganti setiap 15 hari. Jepang menyerah pada tentara sekutu pada 11 Agustus 1945.

Tentara sekutu tiba di Kupang pada 11 September 1945 di bawah komando Sir Thomas Blamey untuk melakukan pelucutan senjata dan menawan tentara Jepang. Sejak saat itu, berakhirlah masa kependudukan Jepang di Kupang.

Beberapa peninggalan Jepang seperti Tugu Jepang dan Gua Jepang dapat ditemukan dengan mudah oleh masyarakat.

Gua Pertahanan Jepang merupakan cagar budaya yang dikelola oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTT.

Gua itu berlokasi di Nunleu, Kelurahan Liliba, Kecamatan Oebobo, Kota Kupang. Gua ini bernama Bunker Kolokaha. Kolokaha diambil dari bahasa Rote yang artinya empat pintu.

Wilman Lasi, selaku Juru Pemelihara gua mengaku kunjungan ke gua menurun saat pandemi Covid-19. Biasanya, para pengunjung datang dari berbagai profesi, mulai anak sekolah, pegawai, anak-anak pramuka, bahkan para seniman. Para pengunjung akan melewati jalan berbatu lebih kurang 200-an meter sebelum tiba di gua.

Gua Jepang tersebut memiliki empat pintu keluar. Suasana dalam gua sangat gelap, karena tidak ada lampu yang dipasang di dalamnya. Ketika masuk, pengunjung akan ditemani oleh Wilman yang menggunakan senter sebagai alat penerangan.

Gua terdiri dari empat lubang untuk masuk dan keluar yang dibiarkan menganga tanpa pagar. Dalam gua hanya terdapat kamar logistik dan kamar jenderal.

Panjang tiap kamar hampir 7 meter dan lebar 2,5 meter. Dalam gua tersebut terdapat terowongan untuk kabur apabila diserang. Terowongan itu berada di pintu ke 2, yang mana hanya bisa dilalui dengan melompat untuk sampai ke pintu berikutnya.

“Dulu yang gali gua ini dari Suku Timor dan Suku Rote. Mereka dijadikan budak untuk Jepang pada tahun 1942,” jelas Wilman.

Menurut laman resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, gua Jepang ini menghadap ke arah barat dan berada di tanah milik Kabel Pah. Goa Pertahanan Jepang telah diinventarisasi pada tahun 2010 yang diketuai oleh Dra. Ida Ayu Agung Indrayani dan rekan.

Selain Gua Jepang, ada pula Tugu Jepang yang dapat ditemukan dengan mudah karena berada tepat di pinggir jalan, yakni di Jalan Antonov, RT 17/RW 18, Kelurahan Penfui, Kecamatan Maulafa, Kota Kupang. Beberapa peninggalan dan informasi sejarah kedatangan bangsa Portugis, Belanda, dan Jepang juga dapat ditemui di UPTD Museum Provinsi NTT. (Intan Nuka)

Editor: Bebet I Hidayat | Pos-Kupang.com

Sumber: Pos Kupang
BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved