Prof Cornelis Lay Dimakamkan, Presiden Joko Widodo dan Ganjar Pranowo Sampaikan Belasungkawa
Atas meninggalnya putra NTT ini, Presiden Joko Widodo ( Jokowi) dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo turut berduka dengan mengirimkan karangan bung
Prof Cornelis Lay Dimakamkan, Presiden Joko Widodo dan Ganjar Pranowo Sampaikan Belasungkawa
POS-KUPANG.COM - Guru Besar UGM Prof. Dr. Cornelis Lay, MA sudah dimakamkan di pemakaman UGM, Sawitsari, Sleman Yogyakarta, Kamis (6/8/2020).
Atas meninggalnya putra NTT ini, Presiden Joko Widodo ( Jokowi) dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo turut berduka dengan mengirimkan karangan bunga ke rumah duka.
Guru Besar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada (Fisipol UGM) itu meninggal dunia pada Rabu 5 Agustus 2020 pagi.
Dari pengamatan Kompas.com, tenda sudah terpasang di depan rumah duka Perum Cemara Blok F-13 Krodan RT 13/ RW 71 Maguwoharjo, Depok, Sleman, Rabu (5/8/2020).
Beberapa kursi juga tampak sudah tertata di depan rumah duka.
Selain itu, terdapat beberapa karangan bunga juga ucapan turut berdukacita mulai berdatangan.
Tampak karangan bunga ucapan turut berdukacita datang dari Presiden Joko Widodo.
Karangan bunga tersebut tertulis "Turut Berduka Cita atas wafatnya Prof. Dr. Cornelis Lay, MA. Presiden Joko Widodo & Klg"
"Iya ini karangan bunga turut berduka cita dari Presiden Joko Widodo," ujar Agus Ketua RW 71, Krodan, Maguwoharjo, Depok, Sleman saat ditemui di lokasi, Rabu (5/8/2020).
Agus menyampaikan karangan bunga turut berduka cita dari Presiden Joko Widodo dan keluarga tiba di rumah duka sekitar pukil 10.00 WIB.
Karangan bunga dari Presiden Joko Widodo ini datang bersamaan dengan karangan bunga dari Menteri Sekretaris Negara Pratikno.
"Satu jam yang lalu, sekitar pukul 10.00 WIB. Berbarengan dengan karangan bunga dari Pak Pratikno," ucapnya.
Selain itu, tampak juga karangan bunga dari Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, suami Menteri Luar Negeri Agus Marsudi, serta Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki.
Guru Besar Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Gadjah Mada (Fisipol UGM) Cornelis Lay mengembuskan napas terakhir sekitar pukul 04.00 WIB, Rabu (5/8/2020) di Rumah Sakit Panti Rapih, Yogyakarta.
Cornelis Lay meninggal dunia dalam usia 61 tahun.
Kepala Humas dan Protokol UGM Iva Ariani menyebut, Cornelis sejak lama menderita penyakit jantung.
Rencananya, Cornelis Lay dimakamkan di Pemakaman Sawitsari UGM, Yogyakarta pada Kamis (6/8/2020) pukul 14.00 WIB.
Sebelum dimakamkan, jenazah akan lebih dulu disemayamkan di Balairung UGM untuk dilakukan upacara penghormatan terakhir.
Upacara Penghormatan Terakhir
Upacara penghormatan terakhir kepada Prof Dr Cornelis Lay yang wafat pada Rabu (5/8/2020) pagi lalu dilakukan di Balairung UGM hari ini (Kamis, (6/8/2020) pukul 13.00 WIB.
Sebelumnya, jenazah diberangkatkan dari rumah duka di Perum Cemara Blok F-13 Krodan RT 13 RW 71 Maguwoharjo, Depok, Sleman.
Selesai upacara yang berlangsung sekitar 15 menit tersebut, jenazah akan langsung dikebumikan di makam UGM, Sawitsari, Sleman.
Prof Dr Cornelis Lay lahir di Kupang, 6 September 1959.
Beliau adalah guru besar dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol) UGM.
Dalam sambutan pada upacara penghormatan tersebut, Rektor UGM, Prof Ir Panut Mulyono menyampaikan Prof Cornelis Lay dikenal sebagai pejuang pemikir yang telah memberikan kontribusi yang besar dalam ilmu pemerintahan dan politik.
“Pemikiran-pemikiran tajam nan santun beliau dapat kita simak dalam berbagai jurnal, buku, dan media massa,” ujar Panut, sebagaimana diberitakan jogjatribunnews.com.
Pada pengukuhan sebagai Guru Besar Prof Cornelis Lay pada 6 Februari 2019, Panut melanjutkan, beliau menyampaikan pidato dengan judul “Jalan Ketiga Peran Intelektual: Konvergensi Kekuasaan dan Kemanusiaan”.
Dalam pidato ini Prof Cornelis Lay menyampaikan hasil refleksi beliau atas dilema yang dihadapi intelektual ketika berhadapan dengan kekuasaan.
“Prof Cornelis Lay menyoroti peran kaum intelektual dalam berinteraksi dengan kekuasaan. Bahwa sejatinya kaum intelektual harus mampu menyadari beragam kekuatan politik yang berpengaruh pada pembentukan kurikulum dan penelitian, penilaian kualitas akademik, dan relasinya dengan negara. Kemanusiaan hendaknya menjadi dasar atas setiap motif dari kekuasaan dan ilmu pengetahuan,” tutur Panut.
“Satu pesan beliau yang sangat kuat yang senantiasa saya ingat dari pidato pengukuhan beliau adalah bahwa dosa terbesar kaum intelektual tidak diperhitungkan berdasarkan jumlah kesalahan yang dibuat, tetapi oleh kebohongan dan ketakutan dalam mengungkapkan kebenaran yang diketahuinya. Di sini Prof Cornelis Lay dengan tegas mengingatkan kita bahwa keutamaan sikap kita sebagai intelektual adalah agar senantiasa berani menyampaikan konsep, fakta, pemikiran, dan pendapat sesuai dengan ilmu pengetahuan yang kita miliki demi kemanusiaan,” sambungnya.
Ia menambahkan, selain tekun mengembangkan keilmuan Prof Cornelis Lay juga memberikan perhatian yang besar dalam tata kelola universitas.
Di tengah kesibukannya yang luar biasa di tingkat nasional, Prof Cornelis Lay masih berkenan untuk menjalankan tugas-tugas tambahan antara lain sebagai wakil dekan, ketua departemen, dan ketua pusat kajian.
“Sebagai pribadi, Prof Cornelis Lay adalah sosok nasionalis yang bersahaja, hangat, ramah, mengayomi, dan memiliki kepedulian yang besar kepada orang-orang di sekitarnya. Tugas kita saat ini adalah meneruskan perjuangan beliau, mengembangkan ilmu yang telah beliau berikan,” imbuhnya.
Dalam kesempatan tersebut, hadir pula beberapa menteri di antaranya, Menteri Sekretaris Negara, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, serta Menteri Koperasi dan UKM.
Ikut memberikan sambutan, Menteri Sekretaris Negara sekaligus Ketua Majelis Wali Amanat UGM, Prof Dr Drs Pratikno mengatakan dirinya diminta oleh Presiden Joko Widodo dan jajaran menteri untuk memberi penghormatan terakhir serta menyampaikan duka cita yang mendalam kepada seluruh keluarga besar Prof Cornelis Lay.
Selain Pratikno, hadir pula Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Indonesia, Tjahjo Kumolo ; dan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, Teten Masduki.
“Tahun lalu kami kawan-kawannya membuat buku untuk memeringati ulang tahun beliau. Kami tuliskan pengalaman berinteraksi dengan Prof Cornelis Lay, seorang pejuang, seorang anak pasar di Kupang, yang harus membelah bambu agar bisa sampai ke Surabaya kemudian ke Jogja untuk meraih pendidikan terbaik,” ungkap Pratikno sembari berat menahan tangis.
Pratikno menambahkan, Cornelis Lay adalah seorang akademisi dan politisi yang diyakininya baik kawan maupun lawan politiknya menghormati beliau sebagai seorang pejuang.
Dalam daftar riwayat hidup yang dibacakan oleh Dekan Fisipol UGM Prof. Dr. Erwan Agus Purwanto, Cornelis Lay dilahirkan di Kupang, 6 September 1959.
Ia menyelesaikan pendidikan S1 Ilmu pemerintahan UGM tahun 1987, S2 di Saint Mary’s University Canada, Amerika Serikat tahun 1992 dan pendidikan S3 ilmu Politik di UGM tahun 2015.
Ia memulai pekerjaan sebagai dosen sejak 1988, dan meraih jabatan Guru Besar pada tahun 2018.
Selain menjadi dosen, semasa hidupnya, ia pernah menjabat sebagai Kepala Biro Pemerintahan dan Politik Dalam Negeri pada Deputi Bidang Politik, Sekretariat Wakil Presiden tahun 2000-2004, Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan Fisipol UGM tahun 2007-2011 dan Asisten Dekan Senior bidang Penelitian Pengabdian Masyarakat Fisipol UGM tahun 2009-2010.
Editor: Agustinus Sape
Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Cornelis Lay Meninggal, Presiden Joko Widodo hingga Ganjar Pranowo Kirim Karangan Bunga", Klik untuk baca: https://regional.kompas.com/read/2020/08/05/12091771/cornelis-lay-meninggal-presiden-joko-widodo-hingga-ganjar-pranowo-kirim?page=all.