Disnak Sumba Timur Terus Pantau Kematian Ternak Babi

setelah kasus kematian ternak babi itu meningkat, pihaknya mengambil sampel dan mengirimkan ke Laboratorium Balai Besar

Penulis: Oby Lewanmeru | Editor: Rosalina Woso
zoom-inlihat foto Disnak Sumba Timur Terus Pantau Kematian Ternak Babi
POS-KUPANG.COM/Oby Lewanmeru
Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Sumba Timur Ir. Yohanis Radamuri

Disnak Sumba Timur Terus Pantau Kematian Ternak Babi

POS- KUPANG.COM|WAINGAPU-- Dinas Peternakan (Disnak) Kabupaten Sumba Timur terus memantau kematian ternak babi termasuk perkembangan penyakit yang menyebabkan kematian ribuan ekor babi.

Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Sumba Timur, Ir. Yohanis Radamuri , Senin (3/8/2020) mengatakan, pihaknya terus memantau perkembangan kematian ternak babi di Sumba Timur.

Menurut Yohanis, kematian ternak babi itu mulai muncul pertama di Kecamatan Lewa Tidahu pada Bulan Maret 2020, kemudian menyebar dan saat ini sudah sampai di Kecamatan Kota Waingapu.

"Kita terus pantau kasus ini dan menunggu hasil pemeriksaan laboratorium. Apakah babi yang mati itu karena ASF atau bukan," kata Yohanis.

Dia menjelaskan, setelah kasus kematian ternak babi itu meningkat, pihaknya mengambil sampel dan mengirimkan ke Laboratorium Balai Besar Veteriner Denpasar (BB-Vet) Bali.

"Hingga saat ini kami belum dapat hasil pemeriksaan sampel dari Laboratorium Balai Besar Veteriner Denpasar, sehingga belum kami katakan kematian ternak babi itu akibat Virus African Seine Fever (ASF) atau demam babi," katanya.

Meski begitu, Yohanis mengatakan, karena gejala klinis yang terjadi mirip ASF maka pihaknya mengambil langkah pencegahan secara cepat.

"Virus ini belum ada vaksinnya, sehingga yang bisa kami lakukan adalah sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat terutama peternak babi agar memperhatikan kebersihan kandang. Kami juga lakukan vaksin," katanya.

Dia mengakui, dari gejala kematian sudah mengarah ke ASF, karena dilihat dari gejala klinis dan penularan.
Terkait penularan, ia mengatakan, penularan penyakit ini bisa melalui kontak langsung dengan babi yang sakit atau produk daging babi, seperti sei atau lainnya.

"Karena itu, ada perilaku masyarakat Sumba Timur ketika ada babi yang mati dibuang, kemudian bangkainya dimakan anjing sehingga penyakit ini terus menyebar," katanya.

Dia mengharapkan jika ada ternak babi yang mati atau sakit sebaiknya jangan dikonsumsi, atau dibuang sembarangan melainkan dikuburkan.

VIDEO - Toyota Rush Tabrak Pembatas Jalan

Omris Selan Tewas Usai Ditikam Sebanyak Tiga Kali

Update Corona : Begini Jumlah Pelaku Perjalanan di Kabupaten Sumba Timur

"Sebenarnya konsumsi juga bisa tidak masalah, hanya sebaiknya jangan apalagi menjual ke tempat lain. Kita minta supaya kalau ada ternak babi yang sakit dan mati harus dikuburkan saja agar mencegah penularan penyakit ini," ujarnya.(Laporan Reporter POS -KUPANG.COM, Oby Lewanmeru)

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved