Parodi Situasi
Parodi: PK Ojong yang Rendah Hati
Pada hal Rara tahu siapa pahlawan media yang luar biasa berjasa bagi Sejarah Pers dan perbukuan Indonesia sejak enam puluh tahun lalu
POS-KUPANG.COM - Pada hal Rara tahu siapa pahlawan media yang luar biasa berjasa bagi Sejarah Pers dan perbukuan Indonesia sejak enam puluh tahun lalu.
Tetapi Rara pura-pura tidak tahu. Bagaimana orang mengenang PK Ojong dengan "kompasiana" yang inspiratif tentang segala hal yang terjadi di tanah air tercinta ini!
"Betapa sulitnya mencari sosok pribadi seperti PK Ojong."
"Betapa sukarnya menemukan tokoh yang rendah hati seperti PK Ojong."
***
Kemarin, 25 Juli 2020 kita mengenang satu abad PK Ojong. Beliau memang pergi meninggalkan gagasan, patokan-patokan dasar, kaidah berpengaruh dalam kata, frase, klausa, kalimat-kalimat, paragraf, dan wacana pers dan perbukuan.
Sebagaimana ditulis Kompas beberapa waktu lalu bahwa kesaksian para pelaku sejarah di Intisari dan Kompas menggenapi penghormatan kita atas kerja pers dan perbukuan; dan nama PK Ojong, adalah sebuah nama penting dalam menilik sejarah dan kebermaknaan koran, majalah, dan buku di arus peradaban Indonesia dan dunia.
"Siapa di antara kita yang bisa seperti PK Ojong?" tanya Jaki.
"Seperti PK Ojong maksudnya bagaimana?" sambung Rara. "PK Ojong itu jadul alias zaman dulu. Kalau Rara adalah zaman sekarang. Bagaimana mungkin bisa seperti dia? Bagaimana jadul bisa disamakan dengan zaman now?"
***
"PK Ojong pahlawan media cetak dan buku yang cerdas dan rendah hati!"
"Saya juga cerdas dan rendah hati," jawab Rara. "Baca ini! Rara penulis terkenal. Siapa mau lawan saya? Seharusnya kamu bisa belajar bagaimana caranya bisa seperti saya!" Rara menepuk dadanya.
• Seratus Tahun PK Ojong Pendiri Kompas Gramedia: Korannya Ditutup Karena Melawan Bung Karno
"Sudah berapa lembar halaman yang kamu tulis? Sudah berapa besar pengaruh tulisanmu bagi pertumbuhan peradapan? Sudah berapa rendah hati kamu menghadapi orang lain? Sudah berapa..."
"Stop! Sekarang ini yang tenar hanya saya. Yang tulisannya bergaya dan berdaya hanya saya. Tahu kamu!" Rara kembali menepuk dada. "Silahkan saja baca media cetak, baca media online, baca apa saja. Silahkan klik, klik, dan klik, kalau bukan nama saya, apakah kamu kira nama PK Ojong yang muncul?"
"Waduh Rara! Kamu sombongnya setengah mati!" jawab Jaki marah.
"Apa kamu bilang?" Rara langsung menyambar kerah baju Jaki dan mendorongnya sampai ke sudut ruangan. Untung Nona Mia dan Benza datang segera sehingga Jaki tidak kena tonjokan Rara.
"Hei Rara!" suara Nona Mia dan Benza bersamaan membuat Rara mundur satu langkah. Dia segera mengubah sikap sempurna dengan penampilan wajah penuh senyum sesejuk mungkin.
***
"Apa yang kamu lakukan Rara!" tanya Nona Mia.
"Saya tidak suka Jaki membanding-bandingkan saya dengan PK Ojong!" jawab Rara dengan wajah masam tiba-tiba.
"Waduh Rara!" kata Nona Mia lebih lanjut. "Kamu memang tidak pantas dibandingkan dengan PK Ojong. Kamu tahu siapa PK Ojong bukan? Sebagai penulis baru mestinya kamu bisa belajar dari sejarah pendiri koran dan majalah negeri ini. Kita semua mesti belajar jadi orang, jadi penulis yang tahu sopan santun. Jadi penulis yang mau belajar pada sejarah dan mengambil pelajaran berharga yang diberikan PK Ojong."
"Saya ini jurnalis terkenal, penulis terkenal. Buat apa belajar?" Rara tetap keras hati.
Benza geleng kepala melihat dan mendengar Rara. Hatinya terasa sedih. Baru saja dia membaca kisah sejarah PK Ojong bersama Jakob Oetama.
"Tahun demi tahun berlalu, Intisari dan Kompas tetap terbit. Wabah belum tamat, orang-orang masih terus membaca berita, artikel, cerita, dan iklan dalam terbitan rutin Kompas setiap hari dan Intisari setiap bulan. Kita pun mengingat nama penting untuk terbitan telah menemani jutaan orang selama puluhan tahun: PK Ojong dan Jakob Oetama. Sejarah dicipta dan bergerak di masa 1960-an. Mereka ingin Indonesia membaca dan mulia menempuhi tahun-tahun ingin maju, makmur, dan bahagia."
"Baca ini!" kata Benza. Rara menepis tangan Benza dan membuang muka.
***
"Tidak perlu bicara dengan Rara lagi. Mari kita pergi bawa ujud doa untuk PK Ojong semoga warisannya menjadikan kita belajar dan terus belajar dari sejarah dan kerendahan hati untuk turut ambil bagian dalam membangun peradapan. Paling tidak, peradapan bagi diri sendiri," ajak Benza.
"Ayoh," jawab Nona Mia dan Jaki bersamaan. "Mari kita pergi!"
"Hei, jangan tinggalkan saya. Saya juga mau belajar rendah hati! PK Ojong maaf ya," Rara mengejar dari belakang. (*)