Alumni SMEA Kawula Karya Salurkan Sembako Untuk Difabel Penjual Sapu Lidi Hasna Sedo
Alumni SMEA Kawula Karya angkatan Tahun 2004 menyalurkan bantuan sembako berupa beras, telur, minyak goreng, kopi dan gula.
Penulis: Ricardus Wawo | Editor: Rosalina Woso
Alumni SMEA Kawula Karya Salurkan Sembako Untuk Difabel Penjual Sapu Lidi Hasna Sedo
POS-KUPANG.COM |LEWOLEBA--Berkat bagi difabel penjual sapu lidi, Hasna Sedo, terus berdatangan.
Kali ini, Alumni SMEA Kawula Karya angkatan Tahun 2004 menyalurkan bantuan sembako berupa beras, telur, minyak goreng, kopi dan gula.
Empat orang alumni yakni Yulianus Bura, Indriani Sani, Lili Atakelan dan Ellen Uran mewakili sekitar 20-an alumni SMEA Kawula Karya angkatan tahun 2004 menyambangi kediaman perempuan berusia 63 tahun tersebut di Bluwa, Kelurahan Lewoleba Barat, Kecamatan Nubatukan, Jumat (24/7/2020) petang.
Berseragam baju alumni berwarna hitam, keempat alumni tersebut disambut hangat oleh Hasna Sedo dan satu kerabatnya Paulina Henakin. Mereka langsung meletakkan bantuan sembako di dapur dan kemudian berbincang ramah dengan Hasna yang kesehariannya bekerja sebagai penjual sapu lidi itu.
Yulianus Bura, salah satu alumni SMEA Kawula Karya Tahun 2004, mengatakan penyerahan bantuan sembako ini merupakan bagian dari wujud kepedulian para alumni kepada kaum difabel yang selama ini belum mendapat perhatian dari pemerintah.
Kata Bura, para alumni memang tergerak hati membantu Hasna Sedo setelah mendapat informasi dari Relawan Taman Daun perihal kehidupannya setiap hari. Mereka pun langsung menggalang dana bersama membeli sembako untuk kemudian diserahkan kepada perempuan sepuh yang akrab disapa Nenek Sedo itu.
Anggota Alumni SMEA Kawula Karya Tahun 2004 menurut Bura berjumlah puluhan orang di Lembata. Ada juga yang sudah bekerja di luar Lembata.
Mereka hadir mewakili semua alumni angkatan 2004. Dia berharap sembako yang mereka bawa bisa sedikit membantu meringankan beban hidup Nenek Sedo.
"Bantuan ini tentu bukan yang terakhir, akan ada bantuan lainnya dari kami alumni untuk orang-orang yang membutuhkan," tandasnya.
Salah satu kerabat Nenek Sedo yakni Paulina Henakin mengucap syukur dan terima kasih kepada para alumni SMEA Kawula Karya Tahun 2004 yang berbagi kasih bersama Nenek Sedo.
Dia merasa terharu dan tak menyangka kalau akan ada banyak orang yang memperhatikan Nenek asal Kampung Katawa tersebut.
"Dia sudah tua tapi syukur masih ada yang datang membantu," tambah Paulina.
Rumah milik Nenek Sedo sendiri saat ini dalam proses bedah rumah oleh Relawan Taman Daun. Konsep bedah rumah ini dilakukan dengan semangat gemohing (gotong-royong) yang sangat khas Lamaholot.
Tentang Hasna Sedo, Difabel Penjual Sapu Lidi
Yulianus Bura, salah satu Alumni SMEA Kawula Karya Tahun 2004, mengisahkan Hasna Sedo yang akrab disapa Sedo lahir di Katawa 31 desembaer 1956 kini merupakan warga Bluwa, Kelurahan Lewoleba Barat, Kabupaten Lembata
. Kedua orang tuanya telah meninggal dunia sehingga ia terpaksa menjalani hari-hari hidupnya sendiri demi sesuap nasi. Tempat tinggal pun tidak dimilikinya sehingga selalu berpindah-pindah bahkan pernah tidur bersama sekelompok ayam di dalam sebuah pondok reot.
Saat masih berusia remaja, dia tinggal bersama orangtua di kampung tetapi setelah orangtuanya meninggal, Nenek Sedo yang sering dipukul memilih keluar dari kampung lalu berjalan dengan kondisi kaki yang tidak normal menyusuri hutan selama beberapa hari hingga tiba di Lewoleba.
Memiliki tangan kanan dan kaki kanan yang cacat tidak membuat dirinya menyerah untuk hidup. Setiap hari ia mengumpulkan daun kelapa kering yang jatuh dari pohon milik orang kemudian dipisahkan janur dengan lidinya. Ketika sudah banyak, lidi tersebut diikat menggunakan satu tangan dengan bantuan gigi untuk memperkuat ikatan sapu tersebut.
"Dijual seribu rupiah. Kadang cuma bisa bikin satu sehari atau tidak sama sekali," ungkap Bura, sedih.
Nenek Sedo membuat sapu lidi dari dedaunan kelapa kering yang jatuh dan itu adalah satu-satunya cara dia mendapatkan uang untuk bertahan hidup.
Kata Bura, Nenek Sedo sadar tak bisa mendapatkan penghasilan yang lebih besar, apalagi dengan kondisi cacat namun ia bersyukur masih memiliki tangan kiri yang dapat difungsikan dalam proses pembuatan sapu serta kedua lututpun digunakan untuk menjepit lidi.
• WASPADA! Nama Artis Inul Daratista Dicatut Untuk Serangkaian Penipuan, Berdalih Bantu Panti Jompo
• Pilkada Ngada 2020, Paket HOKI Pecah Kongsi, Ini Komentar Helmut Waso Setelah Gandeng ATR
"Dulu dia tidur di sebuah pondok bersama beberapa ayam kampung yang bertengger persis di atas tempat dia berbaring sehingga kadang kotoran dari hewan itu jatuh di tubuhnya. Jika tidur terlalu nyenyak maka saat bangun pagi tubuhnya sudah dipenuhi kotoran ayam," pungkas Bura, sebagaimana yang diceritakan Nenek Sedo.(Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Ricko Wawo)