Samuel Hurit Hajon, Kisah Penyuluh Agama Bangkitkan Asa Petani di Lahan Kering

pertanian lahan kering sebagai salah satu sumber mata pencaharian. Tak terkecuali, di Desa Klatanlo, Kecamatan Wulanggitang

Editor: Rosalina Woso
Kankemenag Kabupaten Flores Timur
Penyuluh Agama Katolik Kankemenag Kabupaten Flores Timur Samuel Hurit Hajon 

Samuel Hurit Hajon, Kisah Penyuluh Agama Bangkitkan Asa Petani di Lahan Kering

POS-KUPANG.COM--Mendengar nama daerah Flores Timur, maka akan terbayang di benak kita salah satu kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Timur yang memiliki hamparan topografi berupa gunung dan bukit-bukit.

Dikutip dari florestimurkab.go.id, diketahui bahwa sebagian besar wilayah Kabupaten Flores Timur memiliki tingkat kemiringan di atas 12 %, dengan daerah perbukitan berketinggian rata-rata di atas 100m, dan memiliki tekstur tanah antara kasar dan sedang. 

Keadaan iklim cenderung kering yang dimiliki Flores Timur, membuat sebagian besar masyarakatnya mengandalkan pertanian lahan kering sebagai salah satu sumber mata pencaharian. Tak terkecuali, di Desa Klatanlo, Kecamatan Wulanggitang, Kabupaten Flores Timur.

Adalah Samuel Hurit Hajon, Penyuluh Agama Katolik Kantor Kementerian Agama Kabupaten Flores Timur, salah satu orang yang berperan membangkitkan asa pertanian lahan kering di Desa Klatanlo.

Saat ini, ia bersama dengan Kelompok Tani Ola Take yang menjadi kelompok binaannya, tengah mengolah pertanian sorgum pada lahan seluas 1 Ha. 

Kepada Humas Kemenag, Sam, begitu ia biasa disapa, menceritakan awal keterlibatannya pada pengolahan pertanian lahan kering di Desa Klatanlo.

Ia menuturkan, dirinya memiliki semangat dan dorongan yang kuat untuk membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa Klatanlo yang berprofesi sebagai petani. “Terlebih banyak sumber daya alam yang sebenarnya dimiliki masyarakat setempat,” tuturnya, Senin (13/07) 

Berbekal keterampilan dan pengetahuan yang ia miliki dalam teknik pertanian dan peternakan, ia pun memberanikan diri untuk mendampingi masyarakat Desa Klatanlo.

Sebagai langkah awal, ia pun menghidupkan kelompok tani Ola Take. Kelompok tani ini, beranggotakan 10 laki-laki dewasa beserta para istri yang siap untuk menerima hasil dan mengolahnya dengan berbagai usaha. 

Layaknya penyuluh agama lainnya, Sam sadar keterlibatannya di dalam masyarakat harus senantiasa membawa bahasa agama. “Kita memberikan pendampingan teknik pertanian, dengan sentuhan bahasa agama. Harapannya, anggota kelompok tani, dapat beriman dan memiliki kemandirian,” kata Sam. 

“Saya ingin membantu masyarakat di sini, secara khusus Kelompok Tani Ola Take untuk meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan mereka melalui sumber daya yang ada,” imbuhnya. 

Keimanan yang ditanamkan Sam dalam pendampingannya membuahkan hasil. Kerja keras yang dicontohkan Sam dalam mengolah lahan pertanian, membentuk kemauan kuat bagi anggota kelompok tani untuk mengubah hidup. 

“Kami bangga memiliki Pak Sam, dan kami sangat percaya bahwa apa yang Pak Sam berikan kepada kami berdasarkan pengalaman yang dibuat olehnya, dan berhasil,” ungkap Ketua Kelompok Tani Ola Take Martinus Ile.

Tak hanya itu, menurut Martinus Ile, Sam juga memiliki rencana jangka panjang yang bisa memotivasi masyarakat Desa Klatanlo. Sorgum, yang saat ini tengah ditanam dan dirawat bersama oleh Kelompok Tani Ola Take ini merupakan komoditi nomor lima pengganti beras menurut Kementerian Pertanian. 

Masyarakat Flores Timur pun merupakan salah satu yang banyak mengkonsumsi sorgum. Bukan saja karena bebas gluten, sorgum juga disinyalir memiliki angka glikemik index yang rendah, sehingga mulai banyak dilirik para penggemar makanan sehat. Ini mengapa sorgum bisa menjadi hasil pertanian yang cukup potensial ke depan. 

Halaman
12
Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved