Yasonna Laoly dan Operasi Penjemputan Buron, Pengacara Maria Pauline Tawarkan Suap Rp 8 Miliar

PEMERINTAH Indonesia berhasil membawa Maria Pauline Lumowa, buron kasus pembobolan Bank BNI sebesar Rp 1,7 triliun, dari Negara Serbia

Editor: Kanis Jehola
kompas.com/dokumentasi Humas Kemenkumham
Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly bersama buronan pelaku pembobilan BNI, Maria Pauline Lumowa yang diekstradisi dari Serbia, Rabu (8/7/2020). 

Apa urgensinya memburu Maria Pauline Lumowa dan membawanya ke Indonesia?

Ini bukan kejadianujug-ujug. Perburuan terhadap Saudari MPL ini dimulai sejak dia di Singapura pada 2003 lalu. Kami mencoba namun tidak berhasil.

Ia kemudian pergi ke Belanda pada 2005. Kami sudah bersurat kepada pemerintah Belanda untuk memblokir rekening dan aset MPL. Namun tidak direspon.
Pada 29 April 2019, kami mengajukan permintaan ekstradisi kepada pemerintah Belanda, belum dijawab. Setahun kemudian, kami kembali meminta ekstradisi, tapi Belanda menolak.

Apa alasaan pemerintah Belanda menolak permintaan ekstradisi?

Ya karena MPL warga negara Belanda dan kita tidak memiliki perjanjian ekstradisi dengan mereka. Pemerintah Belanda menyatakan sejak 11 Oktober 1979 MPL sudah menjadi warga negara Belanda. Tiba-tiba MPL pergi ke Serbia.

Kami belum tahu apa tujuan ke Serbia, apakah liburan atau ada urusan bisnis. Karena namanya masih ada di dalam red notice, NCB Interpol Serbia melakukan penangkapan terhadap MPL.

Pada 31 Juli 2019 kami mengajukan permohonan ekstradisi kepada Menteri Kehakiman Serbia, selanjutnya 3 September minta percepatan ektradisi karena kami tahu ada batas waktu penahanan terhadap MPL.

Pemerintah Serbia membawa permohonan ekstradisi dibawa ke pengadilan. Permintaan ekstradisi dikabulkan pengadilan, namun MPL naik banding.

Syukur pengadilan tinggi setempat menolak banding MPL. Mulai Desember 2019, tim yang terdiri dari sejumlah instansi mulai bergerak.

Apakah pemerintah Indonesia memberikan kompensasi kepada Serbia sehingga bersedia mengekstradisi MPL?

Tidak ada kompensasi. (Ekstradisi MPL) karena hubungan baik dan kita berhasil meyakinkan pemerintah Serbia. Namun kami bawabantuan alat kesehatan terkait penanggulangan pandemi Covid-19. Bantuan itu jangan dilihat nilainya yang tidak seberapa tapi wujud solidaritas sebagai sahabat. (dennis)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved