Breaking News

Ilmuan China Bongkar Borok Negaranya Setelah Lari ke Amerika, Ungkap Rahasia Sebenarnya Virus Corona

Namun sejauh ini China juga membantah informasi itu. Namun perlahan tapi pasti satu persatu kebobrokan pemerintah China

Editor: Alfred Dama
Tangkapan Layar/GNews
Dr Li-Meng Yan pembelot China yang melarikan diri ke Amerika Serikat. 

Ilmuan China Bongkar Borok Beijing Setelah Lari ke Amerika, Ungkap Rahasia Sebenarnya Virus Corona

POS KUPANG.COM -- Pemerintah China diyakini masih menyembunyikan begitu banyak  informasi tentang virus corona atau Covid-19

Namun sejauh ini China juga membantah informasi itu. Namun perlahan tapi pasti satu persatu kebobrokan pemerintah China 

Salah satu ahli dari China yang membelot ke Amerika mengungkapkan megena rahasia besar virus corona ke FBI setelah sang peneliti itu lari ke Amerika

Hingga detik ini kasus virus corona masih ada di seluruh dunia, meskipun faktanya banyak masyarakat yang mulai tidak memperdulikannya.

Di tengah menurunnkan kabar mengenai Covid-19 , sebuah fakta mengejutkan terungkap.

Abudul Somad Beri Penilaian Baim Wong Soal Konten Bagi-bagi Uang, Sebelumnya Denny Darko Ungkap ini

Cita Citata Tertimpa Hukum Karma, Aibnya Terbongkar hingga Ditinggal Calon Suami yang Mualaf

Via Vallen Dikritik Pedas Habis-habisan Gegara Blackpink, Natizen Sebut Bisanya Cover Lagu Orang

Dr Li-Meng Yan, yang bekerja di Sekolah Kesehatan Masyarakat Hong Kong, mengklaim dia bisa dipenjara bahkan dihilangkan karena aksinya ini.

Ia berhasil melarikan diri dari China kemudian menuju Amerika untuk mengungkap fakta soal Covid-19, lapor Daily Star Sabtu (11/7/20).

Dia Dr Li-Meng Yan, yang merupakan spesialisasi dalam virologi dan imunologi di Sekolah Kesehatan Masyarakat Hong Kong meninggalkan China pada 28 April lalu.

Jika tertangkap dia bisa saja dijebloskan ke penjara, dihilangkan, bahkan dibunuh.

Seorang pekerja medis mengambil sampel swab dari seorang siswa untuk diuji untuk virus corona COVID-19 di Universitas Wuhan, pada hari pertama kelas di Wuhan pada tanggal 8 Juni 2020. Siswa tahun terakhir kembali ke kampus di Wuhan setelah universitas dibuka kembali setelah penutupan selama berbulan-bulan karena coronavirus.
Seorang pekerja medis mengambil sampel swab dari seorang siswa untuk diuji untuk virus corona COVID-19 di Universitas Wuhan, pada hari pertama kelas di Wuhan pada tanggal 8 Juni 2020. Siswa tahun terakhir kembali ke kampus di Wuhan setelah universitas dibuka kembali setelah penutupan selama berbulan-bulan karena coronavirus. ((STR / AFP))

Yan mengatakan pada Fox News bahwa pemerintah China tahu tentang wabah itu jauh sebelum dipublikasikan.

Namun atasannya mengabaikan laporan penelitiannya yang dilakukan pada awal pandemi.

Yan, mengatakan, "Alasan saya datang ke AS, adalah karena saya ingin menyampaikan kebenarasn soal Covid-19." 

Di tempat kerjanya yang digolongkan sebagai laboratorium rujukan Organisasi Kesehatan Dunia, Yan mengklaim bahwa dia adalah orang pertama yang mempelajari kasus mirip SARS ini.

Seorang teman di Pusat Pengendalian Penyakit dan Pencegahan Penyakit di China dilaporkan memberi tahu dia tanggal 31 Desember tentang kemungkinan penularan dari manusia ke manusia.

Namun, begitu dia melaporkan, Bosnya hanya mengangguk dan menyuruhnya tetap bekerja.

Yan menambahkan, "ada banyak, banyak pasien yang tidak mendapatkan perawatan tepat waktu dan diagnosis tepat waktu." 

"Dokter rumah sakit takut, tetapi mereka tidak bisa bicara. Staf CDC ketakutan," katanya.

Ketika dia memutuskan untuk berbicara, Yan mendapati dirinya dalam bahaya.

Foto file ini diambil pada 15 Mei 2020 menunjukkan seorang pekerja medis mengambil sampel swab dari seorang anggota staf dari pabrik monitor komputer AOC untuk diuji untuk coronavirus COVID-19 di Wuhan di provinsi Hubei tengah Cina. Pihak berwenang China telah menyelesaikan kampanye pengujian coronavirus massal di Wuhan
Foto file ini diambil pada 15 Mei 2020 menunjukkan seorang pekerja medis mengambil sampel swab dari seorang anggota staf dari pabrik monitor komputer AOC untuk diuji untuk coronavirus COVID-19 di Wuhan di provinsi Hubei tengah Cina. Pihak berwenang China telah menyelesaikan kampanye pengujian coronavirus massal di Wuhan ((STR / AFP))

Dia membagikan beberapa teorinya pada seorang blogger Hong Kong yang berbasis di AS, yang menyarankannya untuk pindah ke AS.

Yan memohon pada suaminya untuk pergi bersamanya, tetapi dia menolak.

Yan mengatakan, "dia kecewa, dia menyalahkan saya dan mencoba merusak kepercayaan diri saya, dia mengatakan mereka akan membunuh kita semua." 

Setelah tiba di AS, Yan diinterogasi oleh FBI selama berjam-jam.

Pemerintah China yang mendengar hal itu, langsung menyerbu kampung halaman Yan di Qingdao, menggeledah apartemennya dan menanyai orang tuanya.

Universitas Hong Kong menurunkan halaman dan mencabut akses ke portal dan email online milik Yan.

Ia mengatakan pada Fox News, dalam sebuah pernyataan,"Dr Li-Meng Yan tidak lagi menjadi anggota staf Universitas." 

"Karena menghormati karyawan kami yang sekarang tidak mengungkapkan informasi pribadi tentangnya, pemahaman Anda sangat dihargai," katanya.

Kedutaan Besar China di AS mengatakan,"Kami belum mendengar tentang orang ini." 

"Pemerintah China telah merespon dengan cepat wabah Covid-19 dengan cepat dan efektif sejak awal," katanya.

"Semua upaya yang telah didokumentasikan dengan jelas dalam buku putih 'Fighting With Covid-19: China In Action' dengan transparansi penuh," jelasnya.

* Ditemukan di Wuhan, Tapi Laporan Pertama Covid-19 Bukan Dilakukan Otoritas China, Melainkan Lembaga Ini

Organisasi Kesehatan Dunia ( WHO) mengatakan laporan kasus infeksi virus pertama kali dilaporkan oleh cabang WHO di China, dan bukan dari pemerintah China itu sendiri.

Kasus infeksi virus corona pertama kali dikabarkan terjadi di Wuhan, Provinsi Hubei, China pada akhir 2019 lalu.

Dilansir media Perancis AFP, Badan Kesehatan PBB itu telah dituduh Amerika Serikat (AS) gagal dalam menginformasikan wabah virus corona dan dianggap terlalu percaya diri terhadap Beijing.

Pada 9 April lalu, WHO mempublikasikan kronologi komunikasi beruntun, sebagian merupakan respons terhadap kritik awal tanggapan wabah yang kini telah merenggut lebih dari 520.000 jiwa di dunia.

Dalam kronologi komunikasi itu, WHO hanya mengatakan bahwa Komisi Kesehatan kota Wuhan di Provinsi Hubei pada 31 Desember 2020 hanya memiliki kasus pneumonia. 

Namun, Badan Kesehatan PBB itu tidak memberi tahu siapa yang menginformasikan berita tersebut.

Direktur WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam konferensi persnya pada 20 April lalu, mengatakan bahwa laporan pertama datang dari China tanpa memperjelas apakah laporan itu dikirim oleh Otoritas China ataukah dari sumber lain.

Namun kronologi baru yang dipublikasikan pekan ini oleh lembaga yang bermarkas di Jenewa itu menawarkan lebih banyak versi detail terkait runtutan peristiwa-peristiwa tersebut.

Versi itu mengindikasikan bahwa cabang WHO di China pada 31 Desember lalu mencatat laporan 'virus pneumonia' setelah menemukan pengumuman dari media di situs web Komisi Kesehatan Wuhan terkait isu tersebut.

Di hari yang sama, layanan informasi wabah WHO mengambil laporan berita lain yang dikirim oleh jaringan pengawasan wabah internasional ProMed.

Jaringan tersebut berbasis di AS melaporkan tentang kelompok kasus pneumonia serupa dari penyebab yang tidak diketahui di Wuhan.

Setelah itu, WHO menanyakan kepada Otoritas China terkait kasus ini dalam 2 hari yang berbeda yakni pada 1 dan 2 Januari silam. Otoritas China kemudian mengabarkan pada 3 Januari silam.

Direktur Darurat WHO, Michael Ryan mengatakan pada konferensi pers pada Jumat bahwa setiap negara punya waktu 24-48 jam untuk secara resmi memverifikasi suatu peristiwa dan memberikan informasi tambahan tentang sifat atau penyebab peristiwa yang terjadi kepada WHO.

Ryan menambahkan bahwa Otoritas China segera menghubungi WHO setelah badan kesehatan internasional itu meminta China untuk memverifikasi laporan.

Sementara itu, Presiden AS Donald Trump telah mengumumkan bahwa negaranya sebagai kontributor finansial terbesar WHO memotong pendanaan terhadap badan kesehatan tersebut.

Hal itu dilakukan setelah Trump menuduh WHO terlalu 'dekat' dengan China dan gagal dalam menangani wabah virus corona.

Kembali Meningkat

Sebelumnya, Organisasi Kesehatan Dunia ( WHO) memperingatkan bahwa saat ini wabah virus corona yang menyebabkan munculnya penyakit Covid-19 kembali meningkat cepat dan telah berada di tingkat fase yang baru dan berbahaya.

Lebih dari 150.000 kasus infeksi baru virus corona dilaporkan ke badan kesehatan global itu pada Kamis lalu, menurut NZ Herald.

Angka tertinggi yang terjadi dalam satu hari sejauh ini, menurut Kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus pada Konferensi Pers di Jenewa, Jumat (20/6/2020).

"Hampir separuh dari kasus-kasus yang dilaporkan berasal dari Amerika, dengan angka tinggi yang juga dilaporkan dari Asia Selatan dan Timur Tengah," ujar Tedros.

Tedros juga mengatakan bahwa dunia saat ini tengah memasuki fase baru dan berbahaya di mana banyak orang disarankan untuk tetap lebih banyak di rumah.

"Banyak negara sangat bersemangat untuk kembali membuka masyarakat dan ekonomi mereka. Namun virus ini masih menyebar dengan cepat, masih mematikan dan kebanyakan orang masih sangat rentan," ujarnya.

Virus corona di Beijing kemungkinan 'diimpor'

Menurut Dr Michael Ryan dari WHO, virus corona di Beijing saat ini kemungkinan diimpor. Data genom yang diterbitkan oleh China pada Jumat menunjukkan bahwa virus berbagi beberapa kesamaan dengan galur virus yang ada di Eropa.

Namun, bukan berarti menurut Ryan, virus itu diimpor dari Eropa. "Ketika kita berbicara tentang galur virus di Eropa, kita harus berhati-hati," katanya.

"Ada berbagai galur yang beredar, tetapi jujur saja, galur virus telah berpindah di seluruh dunia.

Misalnya jika Anda pergi ke New York, banyak virus yang beredar di New York berasal dari Eropa. Bahkan tempat-tempat seperti Jepang telah mengimpor ulang kasus-kasus infeksi dari Eropa."

Meski begitu, Ryan mengatakan bahwa bukan berarti Eropa adalah asal mula penyakit Covid-19.

"Maksudnya, kemungkinan besar penyakit itu diimpor dari luar Beijing," ujar Ryan.

* laporan Wartawan China

Zhang Zan (40), wartawan warga China, yang mengunggah laporan Virus Corona dari Wuhan China ke media sosial untuk mengkritik penanganan kota tersebut terhadap wabah dilaporkan telah ditangkap. 

Polisi China menangkap jurnalis warga (citizen journalist) yang pertama kali membongkar kasus Virus Corona di Wuhan China ke publik.

Wanita jurnalis warga tersebut mengunghah video penanganan Virus Corona, termasuk di dalamnya laboratorium virologi Wuhan yang diduga menjadi sumber pertama munculnya virus mematikan itu.

Aparat keamanan menangkap Zhang Zhan (40) yang pertama memublikasikan peristiwa yang menggemparkan dunia tersebut melalui internet.  

 Dailamail.co.uk melaporkan, warga Shanghai, China, Zhang Zhan diduga telah ditahan dugaan 'menimbulkan pertengkaran dan memprovokasi masalah'.

Dakwaan seperti ini sering dilakukan polisi China terhadap terhadap para aktivis.

Zhang Zhan diyakini sebagai reporter warga negara China keempat yang telah menghilang atau ditahan setelah mengirim kiriman dari Wuhan China selama wabah Covid-19.

Zhang Zan (40), wartawan warga China, yang mengunggah laporan Virus Corona dari Wuhan China ke media sosial untuk mengkritik penanganan kota tersebut terhadap wabah dilaporkan telah ditangkap. (dailymail)
Kritik Partai Komunis di China

Berita itu muncul ketika para pejabat China mengklaim bahwa kluster Virus Corona baru Beijing yang terkait dengan pasar grosir 'sebagian besar di bawah kendali'.

Zhang, yang berasal dari provinsi Shaanxi di barat laut China, mengkritik Partai Komunis China sebelum pandemi.

Tahun lalu, dia ditahan oleh polisi, juga atas dugaan 'memetik pertengkaran dan memprovokasi masalah', setelah menunjukkan dukungannya kepada pengunjuk rasa pro-demokrasi Hong Kong, menurut sebuah situs web China yang menerbitkan pembaruan tentang para aktivis.

'Memilih pertengkaran dan memprovokasi masalah' adalah tuduhan yang didefinisikan secara samar-samar yang sering digunakan oleh otoritas Tiongkok untuk menargetkan para aktivis dan pembangkang, yang dijatuhi hukuman penjara hingga lima tahun.

Dikatakan bahwa wartawan independen tiba di Wuhan sekitar 1 Februari 2020 untuk melaporkan wabah Coronavirus.

Menurut saluran YouTube Zhang, ia mengunjungi beberapa tempat paling sensitif di Wuhan pada puncak wabah COVID-19 di kota itu, termasuk Institut Virologi, krematorium, dan rumah sakit Wuhan.

Dalam satu klip yang diunggah pada 25 Februari, seorang pria memberi tahu Zhang bahwa dia baru saja melihat sebuah krematorium van mengangkut mayat dari Rumah Sakit Wuchang Wuhan.

"Itu terlalu menakutkan," pria itu terdengar berkata sambil berdiri di luar fasilitas medis.

Dalam lima video yang dirilis pada hari berikutnya, dia muncul untuk memfilmkan bagian luar dari Institut Virologi Wuhan yang dijaga ketat.

Institut Virologi Wuhan atau Laboratorium Virologi Wuhan merupakan pusat penelitian virus dan diduga Virus Corona lolos dari tempat ini.

Lembaga itu dikelilingi oleh pagar listrik bertegangan tinggi dan dijalankan oleh militer, kata Zhang.

Zhang Zhan juga menangkap bagaimana satu krematorium diduga bekerja semalam pada pertengahan Februari, dianggap membakar mayat korban Covid-19.

Selain itu, Rumah Sakit Rakyat Provinsi Hubei tampaknya penuh dengan pasien pada 1 Maret ketika angka resmi mengklaim bahwa jumlah infeksi harian telah menurun tajam.

Diduga bahwa Zhang 'dipaksa menghilang' oleh pihak berwenang di Wuhan pada 14 Mei dan secara resmi ditangkap di Shanghai pada hari berikutnya.

Berita itu dilaporkan oleh sejumlah media termasuk Radio Free Asia dan The Times.

Zhang Zhan Hilang

Institut Virologi Wuhan China yang diduga menjadi sumber pertama munculnya Virus Corona. (youtube Zhang Zan/dailymail)
Ayahnya mengatakan kepada South China Morning Post bahwa dia diberitahu oleh polisi tentang penangkapan putrinya pada hari Jumat.

Sebelum Zhang, tiga jurnalis warga lainnya menghilang karena menerbitkan laporan tentang epidemi Wuhan di outlet media sosial internasional.

Chen Qiushi, 34, terakhir terdengar pada 6 Februari, dan keberadaannya tidak diketahui.

Fang Bin, seorang pengusaha, juga menghilang pada awal Februari, dan diyakini telah ditahan negara. Li Zehua, 25, menghilang pada akhir Februari dan muncul kembali pada akhir April.

China dilaporkan telah melecehkan, mengancam, dan membungkam banyak warga yang bersumpah untuk meminta pertanggungjawaban pemerintah atas kesalahan langkah yang dirasakannya dalam menangani wabah koronavirus baru.

Seorang pegawai negeri sipil, Tan Jun, dikatakan telah diinterogasi dan disumpal oleh polisi setelah mengajukan gugatan hukum pertama negara itu terhadap pemerintah provinsi Hubei karena 'menyebabkan kerugian yang belum pernah terjadi sebelumnya' terhadap kehidupan dan properti rakyatnya.

Penduduk Wuhan yang berduka lainnya diduga telah diganggu, diintimidasi dan dibungkam oleh pihak berwenang setelah berencana untuk membuat petisi terhadap para pejabat atas tanggapan mereka terhadap krisis kesehatan, yang telah menewaskan lebih dari 477.000 di seluruh dunia.

Li Wenliang, seorang dokter mata di Wuhan, diberi peringatan lisan parah oleh bosnya dan petugas polisi setelah mengirim pesan ke media sosial untuk memperingatkan petugas medis lainnya tentang penyakit 'mirip-SARS'.

Ren Zhiqiang, seorang kritikus Partai Komunis China yang lantang dan taipan properti jutawan, ditahan setelah ia menulis esai yang sangat kritis terhadap respons Xi terhadap wabah tersebut, menyebut pemimpin itu "badut".

Juga, tiga aktivis internet yang berbasis di Beijing telah menghilang dan kemungkinan ditahan karena menyimpan salinan cadangan berita berita coronavirus yang disensor secara online, menurut seorang kerabat.

Artikel ini telah tayang di Wartakotalive dengan judul JURNALIS Warga China Bongkar Sumber Virus Corona di Wuhan Ditangkap Polisi, 3 Lainnya Hilang, https://wartakota.tribunnews.com/2020/06/25/jurnalis-warga-china-bongkar-sumber-virus-corona-di-wuhan-ditangkap-polisi-3-lainnya-hilang?page=all.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "WHO Sebut Laporan Pertama Covid-19 Bukan dari China", https://www.kompas.com/global/read/2020/07/04/123917070/who-sebut-laporan-pertama-covid-19-bukan-dari-china?page=all#page2.

Sebagian Artikel ini sudah tayang di Intisari.grid.id dengan judul: Membelot Dari China lalu Melarikan Diri ke AS, Ilmuwan China Ini Bongkar Kebenaran Soal Covid-19 pada FBI, Pemerintah China Langsung Serbu Kampung Halamannya https://intisari.grid.id/read/032238672/membelot-dari-china-lalu-melarikan-diri-ke-as-ilmuwan-china-ini-bongkar-kebenaran-soal-covid-19-pada-fbi-pemerintah-china-langsung-serbu-kampung-halamannya?page=all

Sumber: Grid.ID
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved