DBD Ancam Cikka
DBD Ancam Sikka, Aleks Armanjaya Minta Pemerintah Jangan Lengah
Pengiat LSM di Sikka yang bekerja di Yaspem Maumere, Aleks Armanjaya meminta Pemkab Sikka jangan lengah tapi harus fokus dan serius mengurus persoalan
Penulis: Aris Ninu | Editor: Ferry Ndoen
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Aris Ninu
POS-KUPANG.COM-MAUMERE-Wabah DBD terus mengancam warga Kabupaten Sikka.
Pengiat LSM di Sikka yang bekerja di Yaspem Maumere, Aleks Armanjaya meminta Pemkab Sikka jangan lengah tapi harus fokus dan serius mengurus persoalan DBD.
Yang mana, tegas Aleks, pihaknya meminta semua pihak harus cepat bergerak dengan melibatkan Kader Juru Pemantau Jentik (Jumantik) sekitar 200 orang yang sudah dibentuk Yaspem.
Bahkan kader-kader ini sudah dilatih tapi belum diberdayakan.
"Solusi yang saya tawarkan yakni gerakan semua Kader Jumantik yang sudah dibentuk sampai ke desa agar diberdayakan. Jadi jangan kita fokus di Covid 19 tapi lengah tangani DBD.Ini juga wabah yang mengancam warga Sikka," kata Aleks saat dikonfirmasi POS-KUPANG.COM di Maumere, Jumat (10/7/2020) siang.
Aleks mengatakan, penanganan Yaspem dan Pemkab Sikka memang sudah ada dengan adanya Instruksi Bupati Sikka tapi perlu ada upaya bersama secara terpadu dari kabupaten sampai ke desa mengatasi wabah DBD.
"Saran saya kita harus kembali bergerak bersama-sama atasi DBD," tegas Aleks.
Sebelumnya, di tengah pandemi Covid-19, Kabupaten Sikka masih berjuang melawan virus Deman Berdarah Dengue (DBD).
Terhitung, sejak Januari hingga Juli 2020 terdapat 1.728 kasus DBD dan15 orang diantaranya meninggal dunia.
Tingginya kasus dan angka kematian akibat DBD ini membuat Pemkab Sikka menetapkan DBD sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) pada bulan Februari 2020 lalu.
Hingga saat ini, jumlah kasus mulai menunjukkan penurunan.
Namun setiap hari selalu ada pasien DBD yang mendatangi RSUD TC Hillers Maumere.
Dokter Spesialis Anak yang menangani pasien DBD di RSUD TC Hillers Maumere, dr. Mario B. Nara, kepada wartawan di Maumere, Jumat (10/7/2020) pagi menjelaskan, saat ini pihaknya sedang menangani 3 orang pasien DBD yang merupakan anak-anak.
"Setiap hari selalu ada pasien DBD yang datang ke sini. Kita berharap, masyarakat tetap menjaga kebersihan lingkungan agar bisa memutus rantai perkembangan nyamuk penyebar virus DBD, nyamuk Aedes Aegipty," ungkap Mario
Senada dengan Mario, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sikka, Petrus Herlemus kepada wartawan menjelaskan, kasus DBD masih ditemukan hingga pertengahan Juli 2020.
Meski disibukkan dengan penanganan covid-19, pihaknya masih terus memantau perkembangan kasus DBD di Sikka.
Herlemus mengatakan, kasus DBD di Sikka terus mengalami penurunan sejak Pemkab Sikka menetapkan DBD sebagai KLB.
Terhitung sudah 1.728 kasus, di mana 1.709 dinyatakan sembuh dan 15 orang meninggal dunia.
"Puncak DBD ini terjadi pada bulan Februari 2020 lalu. Sejak Februari ada 720 kasus, bulan maret 483 kasus, bulan April 102 kasus, bulan Mei 43 kasus, Juni 26 kasus, dan hingga pertengahan Juli terdapat 8 kasus," papar Herlemus.
Dengan kondisi ini, pihaknya berharap warga masyarakat tetap menjaga kebersihan lingkungan, dengan menerapkan pola 4 M plus yakni, Mengubur barang bekas, Menguras sumber penampungan air, menutup rapat-rapat tempat penampungan air dan memantau wadah penampingan air dan bak sampah.(ris)
