News
Gara-gara Pandemi Covid-19, Sejumlah Pemandu Wisata di Ngada Terpaksa Banting Stir jadi Tukang Ojek
Sejumlah pemandu wisata merasakan imbas pandemi virus Corona terhadap kehidupan mereka. Banting setir menjadi tukang ojek pun terpaksa dilakukan.
Penulis: Gordi Donofan | Editor: Benny Dasman
Laporan Wartawan Pos Kupang, Com, Gordi Donofan
POS KUPANG, COM, BAJAWA - Sejumlah pemandu wisata merasakan imbas pandemi virus Corona terhadap kehidupan mereka. Banting setir menjadi tukang ojek pun terpaksa dilakukan.
Sekretaris DPC Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Kabupaten Ngada, Klaudius Godafridus Sua mengatakan wabah corona membuat pemandu wisata Ngada kehilangan lapangan pekerjaan dan harus berusaha bertahan hidup dengan cara apa adanya.
Fridus demikian dia biasa disapa juga mengatakan bahwa hingga kini HPI Ngada tetap berkomunikasi dengan pemerintah melalui Dinas Pariwisata untuk mendapatkan petunjuk terkait keberlangsungan organisasi dan profesi pemandu wisata.
"Kami tetap berharap bisa memperoleh petunjuk dari pemerintah untuk keberlangsungan organisasi dan profesi kami selama ini. Disamping itu kami seluruh anggota HPI Ngada tetap berjuang bertahan hidup menafkahi keluarga dengan cara alih profesi menjadi tukang ojek, kerja kebun, ataupun berdagang. Kami juga sungguh berharap pemerintah bisa terbuka mata untuk memperhatikan kami semua," ujarnya Minggu (28/6).
Fridus juga mengatakan bahwa sejak awal dinyatakan pandemi dan mulai adanya pembatasan traveling disana sini, dirinya bersama rekan -rekan sudah mulai menghabiskan tabungan dan kini sudah mulai beralih profesi agar bisa bertahan hidup.
Ia mengatakan, saat ini para anggota HPI yang berjumlah 59 orang, ada yang banting setir menjadi tukang ojek, berjualan, sampai berkebun menanam sayur dan palawija.
Fridus sendiri mengaku tengah memulai pekerjaan di sawah menanam padi sambil menjadi tukang ojek.
Selain itu dirinya tetap menggunakan waktu luang untuk membaca berbagai referensi buku untuk menambah pengetahuannya mana kala akan kembali lagi menjadi guide.
"Hari-hari ini saya sedang sibuk di sawah, menanam berbagai macam benih sambil menjadi tukang ojek untuk bisa penuhi kebutuhan sehari-hari. Selain itu juga saya tetap mengisi waktu untuk membaca banyak buku. Saya merasakan hal yang aneh karena biasanya menjadi pemandu wisata dan antar tamu kemana -mana, lalu kemudian beralih profesi,"ujarnya.
Sementara itu secara terpisah Philipus Neri salah satu pemandu wisata senior Ngada yang saat ini tengah sibuk mempromosikan wisata laut di Kecamatan Riung mengatakan sangat sedih melihat kondisi yang dialami teman -teman pemandu wisata lainnya.
"Saya memulai menjadi pemandu wisata sejak tahun 1993 dan bagi saya bisnis pariwisata itu usaha ekonomi yang masih baru dan sangat menjanjikan bagi semua pihak yang berminat, karena terbuka untuk semua orang tanpa ada sistem tertentu. Yang drop out pun bisa jadi pemandu selama dia mengerti bahasa dan kode etiknya,"katanya.
Philip demikian dia biasa disapa juga mengatakan bahwa hingga kini campur tangan dari pihak pemerintahpun masih sangat terbatas karena saat saat dilanda pandemi ini, profesi pemandu wisata tidak begitu diperhatikan.
"Saya cukup sedih melihat teman-teman pemandu lainnya yang terpaksa banting setir untuk bisa bertahan hidup. Saya sedikiti kecewa dengan pemerintah karena hingga kini belum adanya perhatian kepada para pemandu,"katanya.
Dia juga mengaku, selama wabah Covid-19 ini, dirinya cukup merasakan dampak yang besar sehingga untuk bertahan hidup harus menguras semua tabungannya.
Philip juga berharap adanya perbaikan sistem pembangunan, pengembangan, pemeliharaan dan adanya ruang publik bagi pelaku pariwisata untuk bisa berkomunikasi dengan pemerintah, dan pemerintah diharapkan bisa mengerti betul tentang dunia kepariwisataan. *