Renungan Harian Katolik

Memaknai Surat-surat dari Molokai-Hawaii (32 Epilog ): A Felix Finis: Akhir yang Bahagia

Berita yang sempat beredar di surat kabar Belgia - Eropa ( 1887), tentang wafatnya Pater Damian semakin meningkatkan simpati khalayak.

Editor: Agustinus Sape
Dok Pribadi
RD Maxi Un Bria (kiri) saat berada di Kalawao- Molokai, 3 Juni 2003 

Renungan Harian Katolik, Minggu 27 Juni 2020

Memaknai Surat-Surat dari Molokai-Hawaii ( 32 - Epilog ) A Felix Finis : Akhir yang Bahagia

Oleh: RD. Maxi Un Bria

POS-KUPANG.COM - Nasihat Amsal ini kiranya relevan. Aquae frigida animae sitienti, et nuntius bonus de terra longinqua; Seperti air sejuk bagi jiwa yang dahaga, demikian khabar baik dari negeri yang jauh” ( Amsal 25 :25 ), menenteram hati dan jiwa Pater Damian. Ia bahagia di akhir hidupnya, karena semua impian dan harapan dalam doa, telah dijawab Tuhan. Begitulah cara Tuhan bekerja, selalu indah pada waktunya.

Karena pada akhirnya kasih akan mengalahkan segalanya. Amor Omnia Vincit. Gerakan dan simpati dunia terhadap karya pelayanan Pater Damian tidak dapat dibendung.

Berbagai kalangan lintas agama dan denominasi gereja tergerak hatinya untuk melihat dan berbuat sesuatu yang bermanfaat bagi kebaikan penduduk kusta di Molokai – Hawaii.

Berita yang sempat beredar di surat kabar Belgia - Eropa ( 1887), tentang wafatnya Pater Damian semakin meningkatkan simpati khalayak.

Pater Damian enggan memberi komentar terhadap pemberitaan tersebut, ia malah bersyukur karena dengan pemberitaan yang keliru itu, dunia semakin memperhatikan kepentingan dan nasib orang kusta di Molokai.

Pastor Chapman dari London dalam suratnya 1 Desember 1886, menulis kepada Damian demikian, “Dari pihak saya akan berusaha sekuat tenaga untuk membuat Molokai lebih berbahagia dari sebelumnya “ ( E. Brion, 1988;85 ).

Surat Pastor Chapman menjadi kabar baik yang sangat menghibur hati Damian. Aquae frigida animae sitienti, et nuntius bonus de terra longinqua; Seperti air sejuk bagi jiwa yang dahaga, demikian khabar baik dari negeri yang jauh” ( Amsal 25 :25 ).

Damian mendapat apresiasi dan pujian dari segala penjuru dunia atas pelayanan kemanusiaan di Molokai.

Sejalan dengan itu banyak sumbangan dari para penderma pun mengalir. Damian berterima kasih dan bersyukur atas semuanya.

“Saya berterima kasih kepada para penderma yang penuh kasih telah memberikan kepercayaan kepada saya untuk menetapkan tujuan dan mengatur pembagian sumbangan mereka; sumbangan mereka itu akan meringankan nasib para penderita kusta yang malang dan miskin” ( Surat kepada Pater Pastor Chapman, 30 Desember 1986).

Pater Damian pada akhir hidupnya menyempatkan diri berinteraksi dan menyatakan terima kasihnya yang mendalam bagi Tuan E. D Hudson yang telah meberikan sumbangan dua tabernakel bagi gereja.

Mgr. Gross, Uskup Agung Oregon yang murah hati, Edwar Cliford. Abbe Condrardi seorang misonaris yang melayani kaum Indian di Amerika, yang datang dua bulan sebelum wafatnya Pater Damian.

Ia berterima kasih kepada Pater Jenderal SSCC, Pater Chapman dari London, Bruder Josef Dutton, Mgr. Hermann Koeckemann, Sr. Marie –Gabrielle, M. Stoddard, dr. Goto, dr. Mouritz dan Dr. Kuehn, P. Hudson, Ny. Elisabeth Harper, Pater Janvier Weiler, Pater Leonord Fouesnel , Gibson perwakilan pemerintah Amerika di Hawaii, Pater Kolumban Beisssel,SS.CC, Pater Albert Montiton dan Pater Pamfilius kakaknya, Pater Wembelinus Moellers ,Para suster Fransiskan di Honolulu, Tuan Edward Clifford, yang telah menjadi bapak, sahabat, saudara , motivator, pendoa, pendamping dan donatur baginya selama melayani kaum kusta di Molokai.

Terima kasih yang tulus dalam doa yang agung telah Pater Damian panjatkan kepada Sang Khalik pemilik segala sesuatu. Pater Damian insaf dan yakin dengan pernyataan Yesus.

“Siapa saja yang memberi air sejuk secangkis saja pun kepada salah seorang yang kecil ini, karena ia murid-Ku, sesungguhnya Aku berkata kepadamu; Ia tidak akan kehilangan upahnya” ( Matius 10 :42 ).

Sejak tanggal 28 Maret 1889, Damian tidak dapat lagi meniggalkan ranjangnya lagi.

Seraya menandantangani surat-surat penting yang disaksikan Pater Wembelinus Moellers, ia berkata: “ Saya sangat senang bahwa semuanya saya serahkan kepada Monseigneur ! Kini saya akan meninggal sebagai orang miskin, tidak ada lagi yang menjadi milik saya.”

Selanjutnya pada tanggal 30 Maret 1889, ia mempersiapkan diri menyongsong kematiannya. Ia tersenyum bahagia setelah menerima sakramen pengakuan dosa, mengikrarkan pembaharuan kaul dan menerima komuni kudus.

Katanya demikian. “Coba perhatikan tangan saya. Semua luka mulai menutup diri, bagian luarnya menjadi hitam. Itu berarti saat terakhir seperti kamu ketahui telah tiba. Coba perhatikan mata saya; saya sudah melihat sekian banyak penderita kusta mati, saya tidak keliru bahwa kematianku sudah dekat. Sebenarnya saya masih mengaharapkan agar dapat bertemu dengan Monseignur, tetapi Tuhan mengambil saya untuk merayakan Paska bersama dengan-Nya, terpujilah Dia.” ( E. Brion, 1988:122-123).

Tanggal 2 April 1889, Pater Damian menerima Sakramen Minyak Suci dari Pater Condrardy. Pater Damian bersyukur di saat-saat terakhir jelang akhir hayatnya, Tuhan mengirimkan dua orang imam untuk menemaninya.

Ia berkata, “Betapa baiknya Tuhan, dengan memberikan saya hidup cukup lama, sampai ada dua orang imam yang dapat menolong saya pada saat-saat terakhir. Juga sampai saya tahu para suster Fransiskanes yang baik tinggal di pemukiman kusta ini. Inilah Nuch Dimittis; biarkanlah hamba-mu ini pergi ( Lukas 2:29).

Pater Damian de Veuster beristirahat dengan damai dan bahagia pada tanggal 15 April 1889 ( E. Brion, 1988: 123). Ia telah memuliakan hidupnya di Molokai tanpa memiliki apa-apa, sehingga pada malam-malam pertama ia tidur di bawah naungan sebuah pohon pandan, sesuai dengan harapannya, agar dimakamkan di bawah pohon pandan.

Kerinduan Pater Damian sebagai manusia dijawab Tuhan pada waktunya. Karya pelayanannya bagi orang kusta di Molokai dilanjutkan Pater Condrardy, Bruder Jozef Dutton dan para suster Fransiskanes.

Pater Damian dimakamkan di dekat Pohon Pandan persis di samping Gereja St. Philomena. “Tuhan yang memberi, Tuhanlah yang mengambil, Terpujilah nama Tuhan” ( Ayub 1: 21 ). 

Hidup Pater Damian de Veuster penuh makna di hadapan Tuhan dan dunia. Dalam penyelenggaraan Ilahi , Pater Damian yang melayani kaum kusta sampai akhirnya meninggal karena tertular kusta.

Namanya dikenang sepanjang masa. Ia dikagumi dunia dan dihormati sebagai ”Pahlawan Cinta Kasih Kristiani”.

Damian, Sang Pahlawan Orang Kusta itu, dikanonisasi sebagai orang kudus oleh Paus Benediktus XVI di Vatikan pada tanggal 11 Oktober 2009. St. Damian de Veuster, doakanlah kami. Amin. Aloha. (Selesai).

NONTON JUGA VIDEO BERIKUT: 

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved