Renungan Harian Katolik

The Golden Rule: Hukum Emas

The Golden Rule atau aturan emas menegaskan prinsip universal, memperlakukan orang lain sebagaimana Anda ingin diperlakukan.

Editor: Agustinus Sape
Dok Maxi Un Bria
RD Maxi Un Bria dengan latar belakang menara Pizza Italia. 

Renungan Harian Katolik, Selasa 23 Juni 2020  
The Golden Rule: Hukum Emas

Oleh: RD. Maxi Un Bria

POS-KUPANG.COM - The Golden Rule atau aturan emas menegaskan prinsip universal, memperlakukan orang lain sebagaimana Anda ingin diperlakukan.

Prinsip universal memerintahkan setiap insan manusia untuk hidup dan berlaku benar sesuai dengan norma-norma iman dan moral yang berlaku.

Thomas Aquinas tentang perintah moral dasar mengatakan, ”Lakukanlah yang baik dan hindari yang jahat”. Lakukan yang benar dan hindari yang salah.

Yesus membandingkan cara hidup yang benar dan cara hidup yang salah. Hidup yang benar berkaitan dengan pilihan sikap mencintai sesama seperti diri sendiri, ketulusan dalam memberi, pengampunan, kejujuran, keadilan, mengikuti proses yang benar, menghormati dan melindungi martabat manusia.

Sementara kemunafikan, balas dendam, tindak kekerasan, fitnah, jalan pintas dan berbagai tindak kejahatan lainnya adalah cara hidup yang salah yang tidak dianjurkan untuk dihayati.

Agar manusia tidak terjebak dalam hidup yang keliru dan tidak benar, dimensi refleksi dan evaluasi atas hidup relevan untuk dilakukan.

Sebab jauh hari Socrates sudah mengingatkan dunia bahwa “Hidup yang tidak direfleksikan, tidak layak untuk dijalani.”

Tentang jalan hidup yang benar, Yesus bersabda, “Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Inilah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi” ( Matius 7 :12 ).

Pernyataan Yesus menegaskan pentingnya seseorang memiliki kesadaran reflektif dan mawas diri yang tinggi sebelum berucap dan bertindak. Karena semua yang kita ucapkan dan lakukan terhadap sesama pada akhirnya akan berdampak pada diri kita sendiri.

Sebagai makhluk sosial kita selalu akan berinteraksi dengan orang lain. Komunikasi yang benar dan tulus akan menghasilkan buah-buah yang menggembirakan. Sementara komunikasi yang tidak benar dapat memicu kesalahpahaman dan konflik dalam interaksi sosial.

Karena itu, sebagai insan yang beriman, bernurani dan rasional, setiap orang diminta untuk hidup benar di hadapan Allah dan sesama, dengan memperhatikan nilai-nilai dan norma-norma universal yang diajarkan agama-agama dan negara.

Yesus meminta para murid dan segenap orang yang percaya kepada-Nya untuk berjuang melalui pintu yang sempit.

Di sini terdapat dimensi spirit kompetisi untuk memilih hal-hal yang berkualitas dalam hidup.

Untuk mencapai yang berkualitas dibutuhkan disiplin diri, kesadaran dan pilihan-pilihan sikap yang bermutu, agar menghadirkan sikap-sikap yang benar. Berani menolak berbagai sikap yang tidak benar, yang dapat merusak citra diri, mengganggu ketenteraman sosial dan harmonitas hidup bersama.

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved