Renungan Harian Katolik

Memaknai Surat-surat dari Molokai - Hawaii ( 31 ) Nolite Iudicare: Jangan Menghakimi

Pater Damian tidak kuat lagi mengadakan perjalanan di luar pemukiman kusta, karena kondisinya yang semakin memprihatinkan secara manusiawi.

Editor: Agustinus Sape
Dok Pribadi
RD Maxi Un Bria (kiri) saat berada di Kalawao- Molokai, 3 Juni 2003 

Renungan Harian Katolik, Senin 22 Juni 2020 

Memaknai Surat-Surat dari Molokai - Hawaii ( 31 ) Nolite Iudicare : Jangan menghakimi

Oleh: RD. Maxi Un Bria

POS-KUPANG.COM - Cinta itu mengampuni. Pengampunan mengalir dari hati yang penuh cinta. Kesejatian cinta dapat terlihat dari kerelaan dan keikhlasan dalam memberikan pengampunan bagi sesama. Sebagaimana Kristus telah mengampuni dosa-dosa kita, demikian juga hendaknya kita saling mengampuni satu sama lain.

Pater Damian tidak kuat lagi mengadakan perjalanan di luar pemukiman kusta, karena kondisinya yang semakin memprihatinkan secara manusiawi.

Dalam keadaan demikian, ia memiliki kerinduan untuk menerima sakramen rekonsiliasi. Ia berharap sekali ada konfrater yang rela datang menjenguknya untuk mendengarkan pengakuan dosa. Kerinduan itu tinggal kerinduan. Ia sabar menanti dalam pengharapan.

Kata Pater Damian, “Bagi saya lebih berat ditinggalkan oleh semua konfrater dari kongregasi kita yang terkasih, dari pada menderita sakit kusta.”

Demikian ungkapan hatinya dalam surat kepada Peter Janvier Weiler, sekretaris Kongregasi SS.CC.

Damian memohon dengan sangat agar Pater Janvier dapat merundingkannya dengan Pater Jenderal, agar berkenan mengirim seorang konfrater SS.CC ke Molokai.

Tambahnya lagi, “Harap tidak salah paham, saya hanya mohon agar tetap boleh tinggal dan mati di Kalawao; entah karena kusta atau tidak, semoga saya dapat menyelesaikan tugas pelayananku sampai garis akhir. Saya tetap puas dan bahagia dan tidak ada keluhan tentang siapa pun. Sambil menantikan bapak pengakuan, saya kadang-kadang mengaku dosa di depan Sakramen Mahakudus.” ( E. Brion, 1988:77-78 ).

Pater Damian memang mengharapkan seorang konfrater dapat mendengarkan dosanya. Ia sadar bahwa dalam pergumulan menghadapi penderitaan karena sakit kusta, ia membutuhkan kehadiran dan dukungan konfrater.

Baginya lebih berat kehilangan konfrater daripada sakit kusta itu sendiri. Pater Damian menegaskan betapa pentingnya hidup berkomunitas dan bersaudara. Karena dalam dan dari hidup berkomunitas, setiap orang dapat menimba kekuatan satu sama lain, sekaligus mendapatkan perhatian saat menghadapi kesulitan.

Dalam penantian panjang, Pater Damian tidak menghakimi siapa pun. Ia bahkan mengembangkan sikap sabar, pemahaman dan pengampunan terhadap mereka yang tidak memahaminya.

Sabda Yesus berikut sungguh dihayatinya. “ Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi. Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu” ( Matius 7 : 1-2 ).

Yesus menasihati para murid dan kita semua untuk mengembangkan pengampunan sebagai bagian utuh dari ekspresi cinta kasih.

Semoga dalam hidup bersama, spirit pemahaman, kepedulian dan pengampunan tumbuh bersemi dalam hati setiap orang.

Doa: Ya Tuhan rahmatilah kami agar sanggup memahami dan mengampuni sesama, amin.

SIMAK JUGA VIDEO BERIKUT:

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved