Renungan Harian Katolik

Janganlah Menghakimi (Mat 7:1-5)

Tuhan Yesus melarang kita untuk menghakimi orang lain. Ada beberapa alasan mengapa kita dilarang untuk menghakimi orang lain.

Editor: Agustinus Sape
Dok pribadi
RD Eman Kiik Mau 

Renungan Harian Katolik, Senin, 22 Juni 2020: Janganlah Menghakimi (Mat 7:1-5)

Oleh: RD. Eman Kiik Mau

POS-KUPANG.COM - Tuhan Yesus melarang kita untuk menghakimi orang lain. Ada beberapa alasan mengapa kita dilarang untuk menghakimi orang lain.

Pertama, penghakiman kita itu biasanya proyeksi atau cerminan dari persoalan yang sama yang ada di dalam diri kita.

Kita seperti melihat selumbar yang kecil di mata saudara kita, tetapi tidak melihat balok di mata kita. Seharusnya justru kita harus dihakimi.

Kedua, penghakiman kita itu seringkali sangat tidak tepat karena pengetahuan kita tentang orang lain sangat terbatas, sehingga dengan demikian menjadi tidak adil.

Penghakiman kita memasukkan orang yang kita hakimi ke dalam kotak yang kita buat sendiri. Jadi sebetulnya penghakiman kita membuat kita tidak bisa melihat sesama sebagai pribadi yang utuh, kaya dan unik dengan segala pengalamannya.

Penghakiman kita membuat sesama seolah mandek, hanya sebatas kotak yang sudah kita terapkan untuk dia.

Ketiga, dengan menghakimi sesama, kita tidak mampu melihat kebaikannya. Karena tidak mampu lihat sisi baiknya, maka kita tidak mampu mengasihinya. Kita akan kehilangan seorang saudara.

Kita juga akan menghabiskan waktu yang cukup banyak untuk menghakimi sesama sehingga tidak ada waktu untuk mengasihinya.

Keempat, penghakiman itu sebetulnya adalah hak Tuhan. Tuhan yang berhak menghakimi karena Ia yang menciptakan, Ia yang memberi hidup dan menentukan langkah hidup kita semua. Ia adalah Pencipta kita.

Dengan kebijaksanaan-Nya yang agung, Ia mampu mengarahkan hidup setiap orang menuju kepada kebaikan yang berkenan di hati-Nya. Ia bisa saja mengubah orang yang jahat jadi baik, yang berdosa jadi suci.

Sudah seharusnya kita menyerahkan sesama kita pada bimbingan dan penghakiman Tuhan. Tugas kita ialah bertobat dan menuju kepada hidup yang lebih baik.

Sebagai sesama ciptaan, kita lebih baik fokus pada pertobatan kita. Kita sama-sama orang berdosa yang sedang berusaha bertobat menuju ke arah yang lebih baik.

Fokus pada pertobatan justru menyadarkan kita bahwa kita belum sempurna, sama seperti sesama kita juga belum sempurna.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved