Renungan Harian Katolik

Memaknai Surat-surat dari Molokai- Hawaii ( 30 ) Spero Meliora : Aku Mengharapkan yang Lebih Baik

Memaknai Surat-surat dari Molokai- Hawaii ( 30 ) Spero Meliora : Aku Mengharapkan yang Lebih Baik

Editor: maria anitoda
Dok Maxi Un Bria
Memaknai Surat-surat dari Molokai- Hawaii ( 30 ) Spero Meliora : Aku Mengharapkan yang Lebih Baik 

Renungan Harian Katolik

Memaknai Surat-surat dari Molokai- Hawaii ( 30 ) Spero Meliora : Aku mengharapkan yang lebih baik

RD. Maxi Un Bria

Minggu 21 Juni 2020

Setiap orang beriman dan yang rasional, selalu mengharapkan hidupnya menjadi lebih baik dari masa ke masa. Harapan itu dilihat sebagai bagaian utuh dari proses pertumbuhan hidup yang wajar dan manusiawi.

Nyonya Elisabeth Harper yang empati terhadap situasi di Molokai ikut berpikir dan berharap akan hadirnya seorang imam untuk membantu Pater Damian dalam pelayanannya. Hal itu tersirat dalam surat Damian ( Kalawao, Molokai, 28 Desember 1886) berikut ini.

“ Saya setuju dengan pendapat anda nyonya, bahwa akan sangat baik jika ada seorang imam tinggal di tengah 600 orang yang sakit dan menjelang kematiannya; karena itu meskipun sebenarnya saya rindu dipanggil Tuhan ke dunia yang lebih baik, saya mohon kepada anda untuk bersama-sama memohon kepada Tuhan yang Mahakuasa agar dengan perantaraan Bunda kita yang suci, bukan untuk memperoleh mukjizat agar saya sembuh total, karena saya tidak layak untuk menerimanya, melainkan paling tidak agar proses penyakit itu berhenti. Sehingga saya dapat terus membaktikan diri kepada kebutuhan rohani para penderita kusta di Molokai.

Pada Bulan Januari setelah hari-hari ini berlalu, saya berniat dan berusaha untuk mengadakan novena kepada St. Perawan Penasihat yang baik dari Genazzano, seperti yang anda anjurkan kepadaku.” ( E. Brion 1988:74 )

Pater Damian disela-sela kegembiraan karena mendapat dukungan dan apresiasi dari dunia luar. Ia tetap berharap semoga pada waktu yang indah, Tuhan akan mengirimkan seorang imam untuk membantu pelayanannya di pulau kusta Molokai. Harapan itu didoakan dari waktu ke waktu.
Setiap manusia memiliki pergumulan dalam hidup.

Namun pergumulan itu tidak harus membuatnya putus asa melainkan mengembangkan pengharapan. Optimisme demikian akan melahirkan pikiran yang jernih untuk menemukan langkah berikutnya demi menemukan solusi.

Semoga kita tidak mudah putus asa melainkan membangun optimisme dan aura positif dalam diri sebagai kekuatan untuk merawat kesinambungan hidup. Sebab pesimisme dan rasa putus asa dapat digunakan iblis untuk mengalihkan perhatian manusia pada hal-hal irasional yang semakin memperburuk keadaan. Terhadap hal-hal negatif dan godaan iblis, kita memang harus dengan tegas mengatakan Vade Satana “ Enyahlah Wahai Iblis”. ( Matius 4 :10 ).

Doa. Ya Tuhan tumbuhkanlah dalam diri kami pengharapan dan kekuatan dalam mengelola setiap pergumulan hidup, amin

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved