Penyakit DBD Wajib Diwaspadai Warga, Sebabkan Kematian Lebih Banyak dari Corona, Juga Sakit, Info

Warga Kota Bandung jangan melupakan penyakit demam berdarah dengue (DBD), meski kini sedang serius mencegah penularan virus corona atau Covid-19.

Editor: Ferry Ndoen
KOMPAS.com/TOTO SIHONO
Ilustrasi nyamuk Aedes aegypti dan DBD (Demam Berdarah Dengue) 

Chikungunya adalah penyakit disebabkan oleh virus yang ditularkan ke manusia melalui nyamuk Aedes aegypti dan albopictus, dengan Aedes aegypti sebagai vektor utamanya.

Di Indonesia spesies nyamuk tersebut juga merupakan vektor penular Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia, sehingga kasus chikungunya seringkali ditemukan di daerah endemis DBD.

Chikungunya mempunyai masa inkubasi 2 – 14 hari. Gejala klinis yang khas untuk chikungunya adalah demam tinggi, mengigil, sakit kepala, mual dan muntah, sakit perut, bintik-bintik merah di kulit terutama badan dan lengan, nyeri sendi.

"Gejala tersebut, selain nyeri sendi mirip dengan gejala demam berdarah dengue. Pada chikungunya tidak ada perdarahan hebat, tidak didapatkan renjatan (syok),' ujar Deborah.

Deborah mengatakan, Chikungunya merupakan penyakit yang bersifat self limiting diseases, artinya penderita dapat sembuh dengan sendirinya.

Siklus hidup nyamuk Ae. aegypti dan Ae. albopictus lengkap dalam waktu satu minggu atau lebih tergantung suhu, makanan, spesies dan faktor lainnya.

Ini Kabupaten di NTT Masuk Daftar Zona Hijau Bebas Covid-19, PPDB Berlangsung SEKOLAH BOLEH BUKA

Menurut Deborah, nyamuk dewasa jantan umumnya hanya tahan hidup 6 – 7 hari, singkat hidupnya dan makanannya adalah cairan tumbuhan atau nektar, dan nyamuk betina dapat mencapai kurang lebih 2 minggu dan menghisap darah untuk produksi telur - telurnya.

"Umumnya nyamuk betina mempunyai daya terbang sejauh 50– 100 meter, kebiasaan menggigit siang harisaat manusia sedang melaksanakan aktifitas," ujarnya.

Nyamuk ini menyukai habitat untuk berkembangbiak pada air yang tidak berhubungan langsung dengan tanah.

Chikungunya merupakan salah satu penyakit menular yang berbasis lingkungan, misalnya daerah dengan kepadatan hunian yang tinggi, tetapi dipengaruhi juga oleh faktor lain seperti dari host (penjamu) seperti perilaku masyarakat misalnya menumpuk barang – barang bekas sehingga air tergenang dan dapat menjadi habitat perkembangbiakan nyamuk serta daerah yang angka bebas jentik masih rendah.

Angka bebas jentik (ABJ) adalah persentase rumah atau bangunan yang bebas jentik, dihitung dengan cara jumlah rumah yang tidak ditemukan jentik dibagi dengan jumlah seluruh rumah yang diperiksa dikali 100%. Yang dimaksud dengan bangunan antara lain perkantoran, pabrik, rumah susun, dan tempat fasilitas umum yang dihitung berdasarkan satuan ruang bangunan/unit pengelolanya.

Pemeriksaan Jentik

Pentingnya pemeriksaan setiap rumah oleh kader jentik melalui pemilik rumah yang memastikan bahwa tidak ada jentik di rumahnya meruoakan salah satu solusi dalam memutus mata rantai Chikungunya.

Oleh karena itu dimasa meningkatnya kasus Chikungunya saat ini harus tetap melakukan 3 M plus yaitu salah satu caranya adalah dengan melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) 3M plus yaitu menguras, seperti membersihkan/menguras tempat yang sering menjadi penampungan air seperti bak mandi, kendi, toren air, drum dan tempat penampungan air lainnya serta dinding bak maupun penampungan air juga harus digosok untuk membersihkan dan membuang telur nyamuk yang menempel erat pada dinding.

Menutup rapat tempat-tempat penampungan air seperti bak mandi maupun drum serta mengubur barang bekas di dalam tanah dan agar tidak membuat lingkungan semakin kotor dan dapat berpotensi menjadi sarang nyamuk.

Polisi Temukan 16 Mayat serta 2 Lusin Tas Berisi Potongan Tubuh Manusia, SADIS Bro, Simak Info

Halaman
123
Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved