Renungan Harian Katolik

Nolite Iurare Omnino : Janganlah Sekali-kali Bersumpah

Nolite Iurare Omnino : Janganlah Sekali-kali Bersumpah, simak dan renungkanlah saudara saudariku

Editor: maria anitoda
POS KUPANG.COM
Nolite Iurare Omnino : Janganlah Sekali-kali Bersumpah 

Renungan Harian Katolik

Nolite Iurare Omnino : Janganlah sekali-kali bersumpah

RD. Maxi Un Bria

Sabtu 13 Juni 2020

Dalam perjumpaan dan interaksi sosial kita sering mendengar orang mengucapkan “ Sungguh saya bersumpah”. Entah itu karena kebiasaan berujar yang disadari atau sebagai spontanitas untuk meyakinkan pendengar, yang jelas ucapan bersumpah yang diungkapkan tidak pada tempat dan konteks yang benar, tidak dianjurkan. Karena dalam refleksi religiositas setiap sumpah selalu berkaitan erat dengan komitmen dan iktiar untuk melakuknya sebagai kebenaran dalam hidup.

Kadang-kadang manusia melakukan tindakan tutur untuk meyakinkan dan menegosiasikan makna kepada khalayak atau pendengar dengan mengucapkan kata-kata yang fantastis “ Sungguh saya bersumpah”.

Tanpa memikirkan konsekuensi lanjutan yang mesti dihidupi. Sampai di sini kiranya relevan untuk mengkritisi dan merefleksikan kembali apakah setiap ucapan sumpah yang diutarakan itu adalah kebenaran, yang disampaikan dengan jujur dan tulus atau tidak. Jurge Habermas pemikir kritis dari Mazhab Frankfurt menolong kita untuk membedakan kebenaran obyektif dan kebenaran normative.

Kebenaran obyektif menyangkut apa yang dituturkan sungguh rasional dan dapat dipahami secara rasional pula karena sesuai dengan kenyataan-realitas. Sementara kebenaran normatif , apa yang diucapkan selain tidak menyalahi norma dan etika yang berlaku juga karena diekspresikan secara tulus.

Yesus dalam perikope Injil Matius 5 :34-37 , mengingatkan agar para murid dan khalayak agar tidak sekali-kali mengucapkan sumpah, apalagi sumpah palsu. Bagi Yesus, kebenaran, kejujuran dan ketulusan harus menjadi bagian utuh dari kharakter hidup setiap pribadi beriman. Itulah sebabnya Ia mengingatkan para murid untuk tidak sekali-kali bersumpah baik terhadap apa pun maupun siapa pun.

“ Tetapi Aku berkata kepadamu, Janganlah sekali-kali bersumpah baik demi langit karena langit adalah tahta Allah, maupaun demi bumi, karena bumi adalah tumpuan kaki-Nya.” ( Mateus 5 : 34-35 ) “ Jika ya hendaklah kamu katakan ya, jika tidak hendaklah kamu katakan Tidak. Apa yang lebih dari itu berasal dari si jahat.” ( Matius 5 :37 )

Marilah mencintai kebenaran dan mengembangkan sikap hidup yang benar . Selain berpikir kritis menggunakan rasio, juga hendaknya mempertimbangkan segala sesuatu dengan hati nurani yang jernih, sebelum pada akhirnya dapat bertindak dengan bijak dan tulus.

Habermas memberi kontribusi besar bagi umat manusia untuk membongkar dan mentransformasi tindak tutur dan tindakan komunikatif yang menyimpang dari kebenaran-kebenaran objektif dan normatif. Pemikir paradigma kritis asal Jerman itu mengajak kita agar menggunakan rasio secara benar dalam upaya memperoleh kebenaran obyektif, melakukan kebenaran normatif dan mengekspresikan kebenaran secara tulus dalam dunia kehidupan yang nyata.
Dalam semangat kritis reflektif demikian , ajakan Yesus agar tidak sekali-kali bersumpah demi apapun dan siapa pun karena Allah mengetahui hati, motivasi, komitmen dan pemikiran setiap manusia dapat dipahami.

Kita sepantasnya mengembangkan sikap kritis rasional, meggunakan akal budi secara benar, mengembangkan kepekaan nurani agar dapat memahami persoalan dalam berbagai perspektif dan mengembangkan sikap bijak dalam bertutur maupun bertindak agar hal-hal baik yang diyakini sebagai kebenaran dapat dihidupi sehingga buahnya pun berdampak bagi kebaikan banyak orang.

Marilah mengembangkan sikap sadar dengan kiomitmen yang besar untuk berubah. Sadar yang berproses dan sadar dengan kemauan untuk sebuah trasformasi hidup yang lebih baik, lebih benar,dan lebih pantas, baik di hadapan manusia maupun di hadapan Allah. Happy week end. Salve.

Doa. Ya Tuhan berilah kami pikiran yang jernih untuk menemukan kebenaran, hati yang bijak untuk memahami kehendak-Mu dan budi bahasa yang lembut dalam bertutur serta ketulusan dalam berekspresi, amin.

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved