Berita Anies Baswedan

Anies Baswedan Dituding Cari Panggung, Yunarto Wijaya Bandingkan dengan Gubernur Ganjar Pranowo

Yunarto Wijaya termasuk salah satu pihak yang sering memberikan kritik kepada Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.

Editor: Hasyim Ashari
instagram/anies baswedan
Anies Baswedan memberikan keterangan usai Pantai PSBB Transisi Jakarta 

Anies Baswedan Dituding Cari Panggung, Yunarto Yunarto Wijaya Bandingkan dengan Gubernur Ganjar Pranowo

POS-KUPANG.COM, JAKARTA - Direktur Charta Politika, Yunarto Wijaya, menuding Anies Baswedan mencari panggung untuk melambungkan namanya

Yunarto Wijaya termasuk salah satu pihak yang sering memberikan kritik kepada Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.

Ia bahkan kerap berseteru dengan para pendukung Anies Baswedan lantaran Yunarto dianggap tidak memberikan kritikan yang proporsional terhadap pemerintah pusat dan Pemprov DKI Jakarta.

Sebagai peneliti, Yunarto dianggap tidak netral dalam berpandangan politik.

Kali ini Yunarto kembali 'menguliti' Anies Baswedan soal penanganan virus corona melalui wawancara dengan Feri Amsari.

Ia mengaku memuji konsep yang disajikan Anies Baswedan soal penanganan Covid-19.

Akan tetapi, Yunarto Wijaya tetap tak henti layangkan kritikannya kepada Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan.

Pada awalnya, Feri Amsari aktivis hukum, akademisi dan juga pengajar di Fakultas Hukum Universitas Andalas bertanya soal pilihan PSBB atau pemilu di tengah pandemi.

"PSBB atau pilkada di tengah pandemi?" tanya Feri Amsari, kepada Yunarto Wijaya, dilansir dari Youtube Feri Amsari, Rabu (10/6/2020).

"PSBB," jawab Yunarto Wijaya tegas.

"Kenapa dirimu tiba-tiba begitu keras dalam beberapa hal tertentu soal PSBB kepada pemerintah. Tidak hanya kepada pemerintah Jokowi, tapi juga hampir seluruh?" tanya Feri Amsari.

"Ke Anies, Pak Jokowi," timpal Yunarto Wijaya.

"Kalau kebijakannya tidak pas soal pandemi, dirimu hajar, termasuk juga Jokowi, kenapa?" tanya Feri Amsari.

Ditanya seperti itu, Yunarto Wijaya mengaku setiap pemimpin harus bisa mengambil keputusan dalam situasi krisis.

"Yang saya kritik keras sebenarnya adalah ini situasi krisis dan keterpurukan. Bukan berbicara pasti harus betul dalam mengambil keputusan," jawab Yunarto Wijaya.

"Tapi setiap kebijakan yang diambil ini harus dalam kontrol yang kuat secara kepemimpinan. Dan itu harus dilakukan secara cepat apapun resikonya," imbuhnya lagi.

"Itu logika dalam pengambilan keputusan dalam setiap krisis. Bukan hanya dalam politik, bisnis pun harus seperti itu.

Keberanian, kecepatan dan kesiapan mengambil resiko harus lebih banyak ditunjukkan pada saat krisis," tutur Yunarto Wijaya lagi.

Setelah itu, Yunarto Wijaya pun membahas perihal kebijakan yang dikeluarkan Anies Baswedan selaku Gubernur DKI Jakarta.

Yunarto Wijaya mengaku dirinya selalu meluapkan kemarahan kepada Anies Baswedan terkait kebijakan soal Covid-19 yang menurutnya tak tepat.

"Kemarahan saya beberapa kali terhadap Anies dalam konteks penanganan Covid-19," aku Yunarto Wijaya.

Meski begitu, Yunarto Wijaya dengan legowo mengaku memuji Anies Baswedan yang hebat dalam menyusun konsep.

"Konsep luar biasa, berhasil raining in the way, menunjukkan pusat perhatian ada di Jakarta sebagai ibukota dengan berani di awal soal penanganan kesehatan dibandingkan dengan daerah lain," tutur Yunarto Wijaya.

Akan tetapi, Yunarto Wijaya kembali mengkritisi Anies Baswedan dalam hal implementasi.

Apalagi Anies Baswedan hanya sibuk melakukan konferensi pers dan sedikit untuk turun ke lapangan melihat fakta sebenarnya soal Covid-19, termasuk soal PSBB.

"Ada beberapa hal yang menunjukkan kelemahan Aneis seperti biasa. Konsep yang sangat bagus, tapi implementasi yang sangat lemah,"

"Saya merasa tidak mungkin seorang pemimpin itu menyelesaikan Covid-19 hanya dengan konpers terus menerus.

Dan kita bisa lihat berapa kali Aneis Baswedan turun ke lapangan melihat kondisi PSBB misalnya," tutur Yunarto Wijaya.

Sosok Anies Baswedan pun tak segan dibandingkan oleh Yunarto Wijaya dengan Ganjar Pranowo, Gubernur Jawa Tengah.

Menurut Yunarto Wijaya, Ganjar Pranowo malah tak banyak konsep dan langsung terjun ke lapangan.

"Sosok Ganjar bisa mengimbangi dengan turun ke lapangan dan melihat kondisi," ujar Yunarto Wijaya.

Cari panggung

Kritikan lainnya Yunarto Wiajaya kepada Anies Baswedan pun menyinggung soal cari panggung.

Bahkan, tak segan Yunarto Wijaya menyinggung soal panggung yang digunakan Anies Baswedan untuk lakukan konpers.

"Kedua, kenapa seakan-akan panggungnya harus dibuat 'saya harus berbeda dengan pemerintah pusat'," singgung Yunarto Wijaya.

Lantas, Yunarto Wijaya pun menangkap adanya keanehan pada kebijakan Anies Baswedan yang kembali memperpanjang PSBB dengan sebutan PSBB transisi jelang new normal.

Menurutnya, Anies Baswedan sengaja ingin menghindari new normal, sehingga terus menerus memperpanjang PSBB.

Sehingga, masyarakat pun dibuat kebingungan oleh kebijakan Anies Baswedan.

"Buat saya keputusan terkait adanya konferensi pers bahwa PSBB diperpanjang, padahal setahu saya tidak ada permintaan PSBB diperpanjang.

Padahal substansinya itu menghubungkan menuju new normal

"Saya menangkap adanya kesan menghindari adanya new normal, sehingga PSB ini diperpanjang.

Itu membingungkan masyarakat ketika akan beraktivitas kembali, itu membingungkan masyarakat ketika menggunakan protokol kesehatan," tegas Yunarto Wijaya.

Yunarto Wijaya pun mengaku sedih melihat sang Gubernur DKI Jakarta yang selau bermain di zona nyaman.

"Menurut saya ini menyedihkan sekali. Ketidak beranian seorang pemimpin yang ingin bermain di comfort zone," beber Yunarto Wijaya.

Lalu, Yunarto Wijaya kembali menyinggung soal Anies Baswedan yang menurutnya ingin cari panggung dalam kasus Covid-19.

Menurutnya, Anies Baswedan ini hanya ingin 'pamer' kepada orang yang dianggap musuh politik.

"Kritik kedua terhadap Anies Baswedan, ingin mengambil panggung lebih seolah untuk menunjukkan diri berbeda dari orang yang dianggap musuh politik?" tandas Yunarto Wijaya.

* Di Acara Mata Najwa, Anies Baswedan Tidak Mau Gunakan Istilah New Normal untuk DKI Jakarta, Kenapa?

Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan menegaskan bahwa wilayahnya belum aman dari Covid-19.

Penegasan itu disampaikan Anies Baswedan di acara Mata Najwa pada Rabu (10/6/2020).

Pada kesempatan itu, Presenter Najwa Shihab bertanya apakah di DKI Jakarta seolah-olah sudah New Normal atau belum.

Mulanya, Anies Baswedan menegaskan saat ini belum diperbolehkan ada perkumpulan lantaran dinilai masih berisiko.

"Belum boleh, jadi mengapa belum boleh karena memang masih berisiko," kata Anies.

Ia menjelaskan akan membatasi jumlah pengunjung pada titik-titik keramaian tertentu.

"Sebagai contoh kenapa Car Free Day belum diizinkan, karena kita tidak bisa mengetahui siapa saja yang datang tidak bisa dikendalikan jumlahnya."

"Seperti tadi Ragunan, Ancol dikendalikan jumlahnya sebelum mereka datang karena itu nanti kita bisa mengatur datangnya jam berapa dan lain-lain," jelas Anies.

Lalu, ia juga menyinggung acara Mata Najwa juga belum boleh dengan adanya penonton.

"Nah jadi pertemuan seperti ini jangan mengapa bisa dilakukan pakai video conference kok," ungkapnya.
Sehingga, Anies menegaskan bahwa jangan sampai keluar rumah jika tidak mendesak.

"Sekarang itu prinsip kita di Jakarta ini adalah kita masih PSBB jadi kalau tidak terpaksa jangan keluar rumah."

"Dan kalau memang yang keluar rumah, hanya yang sehat jadi prinsipnya itu bukan siapa yang boleh."

"Prinsipnya adalah sebaiknya semua orang di rumah, kecuali yang harus pergi," tutur Anies.

Anies lantas membantah bahwa di daerahnya sudah seolah-olah bisa menerapkan New Normal.

"Jadi paradigmanya itu harus, karena kemudian seolah-olah memang normal baru," tanya Najwa.

"No, no karena itulah kami di Jakarta tidak mau menggunakan kata-kata (itu), kita ini belum aman, ini transisi," jawab Anies.

Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu sekali lagi menegaskan bahwa jangan keluar kalau tidak terpaksa.

Itupun harus dalam keadaan sehat.

Semua di rumah, kecuali yang harus pergi, terpaksa, itupun harus sehat ikuti protokol.

* Reaksi Anies Disebut Sebenarnya Ingin PSBB Diperpanjang

Pada kesempatan lain, Anies mengungkap alasan memilih kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) transisi.

Hal itu disampaikan Anies Baswedan saat menjadi narasumber di acara Indonesia Lawyers Club (ILC) pada Selasa (9/6/2020).

Namun, Pembawa Acara ILC, Karni Ilyas mengatakan dirinya sempat merasa bahwa Anies sebenarnya tidak ingin mengakhiri PSBB.

"Pak Gubernur dari tanggal 4 PSBB sudah dicabut, Jakarta langsung hidup kembali, jalanan ramai, pasar ramai, dan restoran-restoran mulai berisi."

"Jadi kehidupan muncul kembali di Jakarta, tapi pencabutan itu sendiri saya lihat prosesnya tidak semulus itu, malah kesan saya, Pak Gubernur itu mau memperpanjang PSBB," tanya Karni Ilyas.

Lalu, Karni Ilyas juga menyinggung soal pembatalan konferensi pers Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta.

"Sampai-sampai acara konferensi pers tanggal 3 itu dua-duanya ditunda, baru besoknya Pak Gubernur mengumumkan bukan PSBB dicabut, tapi diubah masa transisi sampai akhir Juni," lanjut Karni Ilyas.

Menanggapi itu, Anies menjelaskan bahwa pemilihan kebijakan PSBB transisi itu bukan sesuatu yang sederhana.

"Sebenarnya begini kita memantau pergerakan data terus menerus Bang Karni, dan ketika fase penentuan itu sebetulnya bukan di tanggal tiganya, tanggal empatnya."

"Sebenarnya perjalanan selama dua minggu kita sudah tahu trennya, ini kan bukan seperti permukaan air yang dari hari ke hari mengubah secara signifikan," ujar Anies.

Lalu ia mengungkit soal kurva penyebaran Virus Corona di Jakarta.

Menurut Anies, angka penyebaran Covid-19 di Jakarta sebenarnya sudah mulai landai pada pertengahan Mei.

"Jakarta sudah mengalami stabilisasi itu sejak pertengahan Mei kira-kira itu sudah stabil, tidak banyak berubah angka-angkanya," lanjutnya.

Ia mengatakan dalam pemilihan kebijakan PSBB itu didasarkan dari tiga aspek.

"Jadi kita itu memantau ada tiga parameter itu, satu adalah parameter epedemiologi, yang kedua adalah kesehatan publik, yang ketiga tentu fasilitas kesehatan."

"Tapi kalau fasilitas kesehatan itu relatif statis, tapi kalau yang dua epedemiologi dan kesehatan publik itu kita pantau terus," ungkapnya.

Selain itu, pihaknya juga sering melakukan diskusi dengan Gugus Tugas Nasional terkait hal tersebut.

"Jadi sebenarnya lebih pada timing saja dan semua kita harus informasi kepada semua pihak terutama juga komunikasi dengan Gugus Tugas Nasional."

"Jadi kita bahas sama-sama kita sampaikan pada Gugus Tugas Nasional bahwa Jakarta berencana melakukan transisi," jelas dia.

Anies mengatakan, jika PSBB tidak diperpanjang maka tujuannya untuk menghentikan penyebaran Virus Corona akan gagal.

"Dan sempat didiskusikan terminologi transisi sendiri sebelumnya tidak dikenal tapi kita melihat bahwa kalau kita sekedar menghentikan PSBB lalu longgar semua, sementara kita belum masuk fase yang ingin kita capai," imbuhnya.

Simak videonya mulai dari menit ke-35:38

Artikel ini telah tayang di Tribunpalu.com dengan judul Soroti Soal PSBB Transisi, Yunarto Wijaya: Pemimpin Ingin Bermain di Zona Nyaman https://bogor.tribunnews.com/2020/06/11/anies-dipuji-soal-konsep-penanganan-covid-19-yunarto-sindir-cari-panggung-ingin-tunjukkan-diri?page=all&_ga=2.29459642.406388682.1591954815-1380521161.1589390118

Sumber: Tribun Palu
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved