Breaking News

Vaksin Virus Corona

Butuh 15 Miliar Vaksin Corona, Jika Ditemukan, Siapakah lebih dulu Dapatkan Vaksin Virus Ini ? Info

Seluruh penjuru dunia saat ini tengah berlomba-lomba untuk membuat vaksin virus corona.

Editor: Ferry Ndoen
AP/ Ted S. Warren
Saat ini di seluruh dunia ada sekitar 100 percobaan terjadi untuk mengembangkan vaksin COVID-19. 

POS KUPANG.COM-- - Seluruh penjuru dunia saat ini tengah berlomba-lomba untuk membuat vaksin virus corona.

Para ahli mengatakan diperlukan 15 miliar dosis vaksin Covid-19 tersebut.

Namun, menurutnya hampir mustahil untuk mendistribusikan vaksin sebanyak itu sekaligus.

Jadi, siapa yang kemungkinan besar pertama kali mendapatkan vaksin tersebut?

Berapa lama lagi kita harus menunggu?

Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe (kanan) dan Avigan, obat Covid-19 di Jepang.
Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe (kanan) dan Avigan, obat Covid-19 di Jepang. (Kolase POS-KUPANG.COM/(Issei Kato/REUTERS/Instagram/shinzoabe)

Dilansir dari ABC Radio Australia yang dikutip Tribunnews, sekitar 120 laboratorium di seluruh dunia saat ini sedang mengembangkan vaksin Covid-19.

Salah satu di antaranya dikembangkan oleh Australia dengan dipimpin oleh University of Queensland.

Dari sekian banyak usaha pengembangan vaksin, menurut catatan Asosiasi Perusahaan Farmasi Internasional (IFPMA) ada 12 kandidat yang berada di tahapan yang lebih maju di banding lainnya.

"Saya pikir dalam sejarah pengembangan vaksin, kita belum pernah melihat sebanyak ini laboratorium dan perusahaan yang berusaha menemukan vaksin untuk satu jenis penyakit yang sama," kata Thomas Cueni, Kepala IFPMA.

Para kandidat yang terdepan ini sudah mulai masuk ke tahap pengetesan ke manusia.

Akankah ada elitisme?

Professor Jonathan meyakini negara-negara elit adalah yang akan terlebih dahulu mengakses vaksin ketika sudah mulai beredar.

"Negara kelas atas mereka ada di posisi terbaik. (Semuanya akan] mengikuti di mana uang berada. Sudah mulai terlihat yang namanya nasionalisme vaksin dan hal ini cukup meresahkan," kata Thomas.

ilustrasi pil obat corona
ilustrasi pil obat corona (pixabay,com)

"Idealnya, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) akan menetapkan pedoman yang dapat berlaku secara global, namun, menurut perkiraan saya, hal ini tidak akan terjadi sekarang," sambungnya, merujuk pada hubungan Presiden AS Donald Trump dengan organisasi tersebut yang kurang baik.

Thomas mengatakan dunia sudah belajar dari kejadian di tahun 2009, di mana "negara kaya" membeli vaksin H1N1 atau flu babi, sehingga menelantarkan "negara miskin".

Halaman
12
Sumber: Warta Kota
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved