Breaking News

Renungan Harian Katolik

Memaknai Surat-Surat dari Molokai- Hawaii (17) ; AMICUS, Sahabat Sejati

Memaknai Surat-Surat dari Molokai- Hawaii (17) ; AMICUS, Sahabat Sejati, simak dan renungkanlah saudara/saudariku

Editor: maria anitoda
Dok Maxi Un Bria
Memaknai Surat-Surat dari Molokai- Hawaii (17) ; AMICUS, Sahabat Sejati 

Renungan Harian katolik

Memaknai Surat-Surat dari Molokai- Hawaii (17) ; AMICUS, Sahabat Sejati

RD. Maxi Un Bria

Selasa 2 Juni 2020

Persahabatan itu indah . Tentangnya pepatah klasik mengatakan “ Amicate Deo placent; Yang saling bersahabat berkenan kepada Allah “. Persahabatan dan kebersamaan yang dirajut Pater Albert Montiton dan Pater Damian de Veuster di perkampungan kusta Molokai, tidak mudah untuk dilupakan begitu saja.

Pater Damian memandang kehadiran Pater Montiton sebagai malaikat penolong dan sahabat sejati yang dapat memahami pelayanan dan pergumulan hidupnya. Mereka berdua saling menolong, meneguhkan dan memahami satu sama lain dalam pelayanan bersama bagi orang kusta di Molokai.

Dalam sebuah surat Damian, ( Kalawao, Mei 1886 ), untuk membalas surat Pater Montiton , Pater Damian menulis demikian. “ Suratmu banyak menghibur dan menyembuhkan luka hatiku yang disebabkan oleh keberangkatanmu. Air mata yang saya cucurkan pada saat itu sungguh merupakan ungkapan dari kesedihan yang mendalam karena merasa kehilangan dan firasatku tentang situasi gawat dan khusus dimana saya akan menghabiskan sisa hidupku.

Benar pater yang baik, saya kehilangan anda sebagai sahabat yang baik, dalam pemukiman kusta yang menyedihkan ini, saya hanya dua tau tiga bulan sekali mendapat kunjungan dari seorang konfrater”. ( E. Brion, 1988,47 )
Kebaikan seorang sahabat yang baik biasanya baru akan dilihat dengan lebih jernih ketika ia telah pergi meningglkan kita. Seringkali dalam kebersamaan dan kesibukan aktivitas, kehadiran seorang sahabat dan kebaikannya kurang disyukuri dan direfleksikan dengan baik.

Tidak jarang dalam kebersamaan hidupdi komunitas dan kelompok, dinamika perasaan dan pendapat sering terjadi. Ada yang dapat diolah dengan baik, namun ada pula yang tidak dapat diselesaikan dengan bijak. Bahkan kadangkala ketidakmampuan untuk saling memahami karena beban tugas dan aktivitas ikut menguburkan konflik personal tanpa penyelesaian yang berarti.

Persahabatan yang dibangun Pater Damian de Veuster dan Pater Albert Montiton dalam kolaborasi dan sinergitas melayani orang kusta memberikan pesan mendalam bagi kita semua. Yaitu bahwa kita selalu membutuhkan seorang sahabat yang memahami pekerjaan dan pergumulan diri .Kita tidak mungkin secara jernih dapat melihat sebuah persoalan lebih mendalam tanpa komunikasi dan diskusi dengan para sahabat. Kita tidak mungkin mampu berjalan sendiri dalam ziarah hidup ini. Bagaimanapun juga kita membutuhakan sahabat, teman dan saudara dalam komunitas, kelompok, masyarakat dan negara.

Persahabatan membantu mengingatkan tentang apa yang Kepada wajib kita berikan kepada Allah dan kepada Kaisar, kepada komunitas dan kepada masyarakat. Apa yang wajib kita berikan dalam pelayanan kepada sesama, masyarkat dan negara dimana kita berada.

Seorang sahabat yang baik selalu menjadi penolong terbaik, baik dalam suka dan terutama dalam duka. Marilah berjuang untuk menjadi sahabat terbaik bagi sesama yang mampu memberikan hati, pikiran dan bantuan yang diperlukan sesuai konteks dan situasi yang dihadapi. Sebagaimana dikatakan “ Seorang sahabat menaruh kasih sepanjang waktu dan menjadi saudara dalam kesukaran ( Amsal 17:17 )“.

Doa : Ya Tuhan berilah kami para sahabat sejati yang mampu mengingatkan kami dalam persimpangan jalan dan pergumulan dilematis melayani Allah dan sesama, amin.

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved