Virus Corona

UPDATE Upaya Penemuan Vaksin Virus Corona, Sudah Sampai di Mana, Para Ilmuwan?

Orang sudah jenuh tinggal di rumah saja karena wabah virus corona. Makanya, wajar kalau orang juga terus menantikan adanya vaksin untuk Covid-19.

Editor: Agustinus Sape
KOMPAS.com/Stocktrek Images/Getty Images
Ilustrasi Virus Corona 

"Adenovirus yang kita (tim Oxford) gunakan ini bersikulasi di simpanse. Jadi bukan virus yang menginfeksi manusia, artinya virus ini aman. Kemudian, manusia juga tidak memiliki antibodi bawaan terhadap virus ini, artinya virus ini memiliki imunogenisitas yang sangat tinggi," kata Indra.

"Selain itu, virus ini kita modifikasi secara genetik sehingga virus ini tidak dapat memperbanyak diri pada makhluk hidup baik hewan dan manusia," paparnya.

Indra menjelaskan vaksin adenovirus yang dikembangkan Oxford juga mampu membawa gen atau DNA dari organisme lain, dalam hal ini adalah gen spike protein virus corona SARS-CoV-2 yang merupakan target vaksin.

Selain itu, ChAdOx1 nCoV-2019 juga disebut aman sebagai pembawa vaksin.

Bagaimana ChAdOx1 nCoV-2019 dibuat?

Indra mengatakan, ketika pandemi corona mulai menyebar pertama kali di China, ada ilmuwan China yang mengupload sekuens dari SARS-CoV-2.

Dari situlah para ilmuwan meneliti bagian mana yang mengkode gen untuk memproduksi protein di dalam virus.

Petugas kesehatan mengambil sampel swab spesimen pasien saat swab lendir tenggorokan di Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda), Depok, Jawa Barat, Kamis (30/4/2020). Pemeriksaan ini dilakukan guna mempersempit penyebaran COVID-19 di wilayah Depok dan sekitarnya. Sebanyak 79 persen wilayah Depok sudah masuk dalam kategori zona merah penyebaran Covid-19.
Petugas kesehatan mengambil sampel swab spesimen pasien saat swab lendir tenggorokan di Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda), Depok, Jawa Barat, Kamis (30/4/2020). Pemeriksaan ini dilakukan guna mempersempit penyebaran COVID-19 di wilayah Depok dan sekitarnya. Sebanyak 79 persen wilayah Depok sudah masuk dalam kategori zona merah penyebaran Covid-19. (KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG)

Dengan teknologi biologi molekuler modern, tim Oxford melakukan kloning pada gen tersebut kemudian disisipkan ke dalam adenovirus.

"Nah, sehingga kita sama sekali tidak melibatkan virus dari SARS-CoV-2 dalam proses pengembangan vaksin. Kita hanya melibatkan material genetik yang tersimpan di database, kemudian dengan teknologi DNA sintesis kita mensintesis gen yang mengkode spike protein tersebut," ungkap Indra.

"Kemudian gen tersebut dimasukkan ke dalam adenovirus. Dan adenovirus ini digunakan untuk memvaksinasi manusia," ungkap Indra.

Baca juga: Apa yang Terjadi Jika Beberapa Orang Menolak Vaksin?

Dijelaskan Indra, ketika adenovirus menginfeksi manusia, adenovirus akan menginjeksikan material genetik yang dimilikinya termasuk spike protein yang sudah disisipkan ke adenovirus.

Dari sinilah, tubuh akan memproduksi protein spike gen. Sehingga bisa dikatakan, tubuh kitalah yang sebenarnya memproduksi antigen terhadap SARS-CoV-2.

"Protein itu akan diproses sedemikian rupa oleh tubuh sehingga dihasilkan respons imun, sebagai contoh dihasilkan plasma B yang berfungsi sebagai antibodi yang pada akhirnya melindungi diri dair virus corona," jelas Indra.

Tujuan dari vaksin yang dibuat Oxford tidak hanya membuat antibodi, tapi juga sistem imun memori.

Halaman
123
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved