Virus corona
Politisi Golkar Dedi Mulyadi Desak Jokowi Hentikan PSBB di Tengah Pandemi Corona, Ini Alasannya
Pandemi corona masih berlangsung, Anggota DPR RI dari Golkar desak Jokowi hentikan PSBB. Ternyata ini alasannya
Politisi Golkar Dedi Mulyadi Desak Jokowi Hentikan PSBB di Tengah Pandemi Corona, Ini Alasannya
POS-KUPANG.COM - Virus corona masih menyerang masyarakat tanah air dan dunia. Namun Anggota DPR RI Dedi Mulyadi justeru meminta pemerintah menghentikan Pembatasan Sosial Berskala Besar ( PSBB ).
Politisi Golkar itu menyarankan agar pemerintah mengganti PSBB dengan strategi lain seperti karantina komunal.
Dedi Mulyadi mengatakan, penerapan PSBB di sejumlah daerah harus dihentikan karena sudah tidak efektif dalam menekan interaksi dan pergerakan masyarakat untuk mencegah penyebaran virus corona (Covid-19).
"Kondisi sekarang sudah tidak efektif. Saya mengusulkan PSBB diganti dengan karantina komunal berbasis RW dan desa," katanya dalam sambungan telepon dari Karawang seperti dilansir dari Antara, Minggu (10/5).
• Duh, Corona Belum Berlalu, 50 Warga Yaman Meregang Nyawa karena Demam Cikungunya
Mantan Bupati Purwakarta ini mengatakan melalui karantina komunal, di setiap desa mulai tingkat RW disediakan tempat karantina, pos penjagaan, alat pelindung diri, ambulans dan alat pengukur suhu tubuh. Bahkan disarankan agar tes swab dilakukan di tingkat RW.
Dengan fasilitas tersebut setiap pengurus RW menutup sendiri daerahnya masing-masing sehingga saat ada orang yang masuk ke kampungnya diperiksa terlebih dahulu.
Menurut Dedi, masyarakat desa dikenal mandiri dan mereka bisa menjaga kampungnya sendiri, membangun jalan sendiri, membangun pos ronda sendiri, dan bahkan bisa membuat sistem sendiri. Konsep karantina komunal tersebut kini tengah dilaksanakan di Purwakarta.
Dedi pun meyakini karantina komunal bisa jauh lebih efektif dibandingkan PSBB yang kini diterapkan di sejumlah kabupaten/kota.

Politikus Partai Golkar ini mengatakan PSBB sudah tidak efektif karena karena ada beberapa pelonggaran transportasi yang membuat interaksi orang semakin tinggi dan banyak.
• Pasangan Pengantin Bunuh Diri Gegara Corona, Tertekan Karena Lockdown Hingga Depresi
Dia pun menyoroti lalu lintas mobil yang tetap bisa lolos pos pemeriksaan. Dedi bilang Penjagaan ketat hanya dilakukan pada jam-jam tertentu.Selain itu, menurut Dedi, PSBB tidak efektif karena aturannya terlalu panjang dan lama, sehingga berdampak pada ekonomi dan sosial terhadap masyarakat. Di sisi lain, ada kebijakan yang berbenturan, yakni PSBB dan kelonggaran transportasi. Kondisi itu membuat masyarakat bingung.
"Sektor ekonomi jadi terhenti kalau kebijakan PSBB terlalu lama," kata Dedi.
Dari pengamatannya, Dedi berkata kebijakan PSBB tidak sepenuhnya ditaati masyarakat. Seperti satu toko buka, tetapi toko lain tutup. Orang berkerumun di satu toko yang buka, dan itu tidak ada artinya PSBB untuk menekan interaksi manusia.
Alasan lain PSBB sudah tidak efektif adalah kebijakan itu malah memicu problem sosial akibat bantuan sosial (bansos) yang tak merata dan salah sasaran.
• Update Corona Manggarai: 14 Dari 40 Tenaga Kesehatan RS Cancar Kontak Erat Dengan 1 PDP, Hasilnya ?
"Dari pada tidak jelas, ya sudah hentikan saja PSBB, karena membingungkan masyarakat oleh regulasi yang aneh-aneh," kata Dedi.Ia menambahkan, dampak lain dari PSBB adalah membuat aparat jenuh saat menjaga pos pemeriksaan, sehingga mudah emosi ketika menghadapi masyarakat yang bandel. Tapi sisi lain, masyarakat juga mulai jenuh karena tak bebas berpergian. (Antara/wis)

Kabar Gembira! Jokowi Perlonggar Aturan PSBB Warga Boleh Aktivitas Lagi, Ini 6 Kabar Baik Lainnya
Di sisi lain Jokowi mengatakan, pemerintah terus berupaya keras dan berharap puncak pandemi Covid-19 akan segera menurun.
Jokowi mengatakan masyarakat harus hidup berdamai dengan covid-19 beberapa waktu ke depan sampai ditemukan vaksin yang efektif membunuh virus mematikan asal Wuhan tersebut.
Kebijakan Jokowi ini merupakan kabar gembira bagi warga masyarakat namun menimbulkan kekuatiran baru tentang penyebaran virus corona.
Selama wabah masih terus ada, Jokowi meminta seluruh masyarakat untuk tetap disiplin mematuhi protokol kesehatan.
"Artinya, sampai ditemukannya vaksin yang efektif, kita harus hidup berdamai dengan Covid-19 untuk beberapa waktu ke depan," katanya di Istana Merdeka, Jakarta, dalam video yang diunggah Biro Pers, Media, dan Informasi Sekretariat Presiden pada Kamis (7/5/2020)
Jokowi juga mengatakan, beberapa ahli menyebut ada kemungkinan kasus pasien positif Covid-19 menurun angkanya.

Pemberlakuan PSBB di Depok (Foto kita)
Ilustrasi PSBB Depok, akan ada sanksi bagi pelanggar. Petugas pemadam kebakaran menyemprotkan cairan disinfektan di Jalan Margonda Raya, Depok, Jawa Barat.
Tetapi, ketika kasusnya sudah turun tidak berarti langsung landai atau langsung nol, melainkan masih bisa fluktuatif.
"Ada kemungkinan masih bisa naik lagi atau turun lagi, naik sedikit lagi, dan turun lagi dan seterusnya," kata Jokowi.
Masyarakat dipersilakan beraktivitas secara terbatas, tetapi harus disiplin dalam mematuhi protokol kesehatan.
"Semua ini membutuhkan kedisiplinan kita semuanya, kedisiplinan warga, serta peran aparat yang bekerja secara tepat dan terukur," tandasnya.

Ilustrasi pemeriksaan pengendara sepeda motor di PSBB Bandung (foto kita)
Terlepas dari itu, sejumlah kabar baik seputar kondisi dan penanganan wabah virus corona dalam sepekan terakhir kembali bertambah.
Berdasarkan data terbaru hingga Minggu (10/5/2020), ada 387 kasus baru Covid-19 yang diumumkan oleh pemerintah.
Dengan tambahan kasus baru ini, total kasus Covid-19 yang telah dikonfirmasi di Indonesia menjadi sebanyak 14.032 kasus.
Berbagai upaya pun masih terus dilakukan untuk menekan penyebaran kasus virus corona di Indonesia sekaligus menangani pasien-pasien positif yang telah terkonfirmasi hingga kini.
Melansir berbagai pemberitaan, berikut adalah 6 kabar baik terbaru soal kondisi dan penanganan wabah virus corona di Indonesia:

Gigit Jari Usai Gasak Rp 20 Juta hingga Emas Seberat 15 Gram di Rumah Pasien Positif Corona, Para Pelaku Rampok Ini Akhirnya Jalani Rapid Test! (foto kita)
1. Pasien sembuh terus meningkat
Jumlah pasien virus corona yang dilaporkan setiap harinya terus meningkat.
Pada hari Minggu (10/5/2020), ada 91 pasien sembuh baru yang diumumkan oleh pemerintah.
Artinya, hingga kini, ada 2.698 pasien sembuh dari 14.032 total kasus Covid-19 yang dikonfirmasi di Indonesia.
2. 14 provinsi tidak laporkan kasus baru
Pada hari Minggu (10/5/2020), ada tambahan kasus virus corona yang dikonfirmasi oleh pemerintah.
Kasus-kasus baru ini tersebar di 20 provinsi, sedangkan 14 provinsi lainnya tidak melaporkan adanya kasus baru.

461 Pegawai Kantor Imigrasi Kelas I Khusus TPI Ngurah Rai Jalani Rapid Test (foto kita)
461 Pegawai Kantor Imigrasi Kelas I Khusus TPI Ngurah Rai Jalani Rapid Test
Adapun provinsi-provinsi tersebut adalah:
Aceh
Bengkulu
Jawa Barat
Kalimantan Utara
Kepulauan Riau
Nusa Tenggara Barat
Sumatera Selatan
Sumatera Utara
Lampung
Maluku Utara
Maluku
Sulawesi Barat
Nusa Tenggara Timur
Gorontalo
3. Pemetaan genom virus corona bertambah
Terbaru, para ilmuwan Indonesia berhasil menambah pemetaan materi genetik dari virus corona penyebab Covid-19 yang menginfeksi pasien di Indonesia.
Saat ini, ada 9 isolat virus yang telah berhasil diurutkan. Sebelumnya, ada tiga isolat yang telah dipetakan oleh tim ilmuwan Eijkman.
Jadi, ada penambahan sebanyak 6 isolat. "Jadi, dari Eijkman ada 7 (isolat yang berhasil diurutkan), kemudian 2 dari Unair" ungkap Direktur Lembaga Biologi Molekular Eijkman Profesor Amin Soebandrio, Minggu (10/5/2020).
Tiga di antaranya telah menunjukkan hasil analisis, sedangkan 6 sisanya masih berada dalam proses analisis.
Analisis genom ini dapat membantu ilmuwan melihat apakah virus corona di Indonesia memiliki kekerabatan dengan salah satu virus di negara lain.

4. Penggunaan tes cepat molekuler (TCM)
Selain menggunakan tes polymerase chain reaction (PCR), pemerintah kini juga menggunakan tes cepat molekuler (TCM) untuk memeriksa spesimen pasien Covid-19.
Tes ini mulai digunakan di satu laboratorium rumah sakit darurat Wisma Atlet, Kamis (7/5/2020).
Setidaknya, ada 15 mesin TCM yang teresebar di laboratorium seluruh Indonesia. Hasil tes menggunakan TCM terbilang cukup cepat, yaitu kurang lebih 2 jam.
Mengutip Kompas.com, 8 Mei 2020, ada 143.453 spesimen yang diperiksa dengan real-time PCR yang selama ini telah berjalan.
Sementara itu, 328 lainnya diperiksa dengan TCM.

Perpanjang PSBB, Rapid Test Massal Bakal Dilakukan di Banjarmasin (Grid.id)
Perpanjang PSBB, Rapid Test Massal Bakal Dilakukan di Banjarmasin
5. Indonesia terima 101 dukungan internasional
Setidaknya, ada 101 dukungan internasional dan dana bantuan senilai 80.134.024 dollar AS yang telah diterima oleh Indonesia untuk menangani pandemi corona.
Melansir Kompas.com, 6 Mei 2020, dukungan tersebut terdiri atas 9 dukungan pemerintah, 82 dukungan non pemerintah, dan 10 organisasi internasional.
Secara rinci, dukungan yang telah terealisasi sebesar 27.949.405 dollar AS. Sehingga, masih ada sekitar 52.184.619 dollar AS dukungan yang belum terealiasi.
Adapun dukungan pemerintah datang antara lain dari Amerika Serikat, epang, Uni Emirat Arab, China, Vietnam, Singapura, Australia, dan Korea Selatan.
Sedangkan dukungan non pemerintah antara lain datang dari Perancis, Rusia, Jepang, China, Vietnam, Singapura, dan Korea Selatan.
Total dukungan non pemerintah ini mencapai 32.949.084 dollar AS.

Anies Baswedan berdebat denga Para Menteri depan Jokowi (Grid.id)
Berujung Perdebatan Didepan Joko Widodo, Anies Baswedan Gontok-gontokan dengan Para Menteri soal Data Bantuan Sosial Warga Miskin di DKI Jakarta
6. Ventilator buatan UI lulus uji produk
Ventilator atau alat bantu pernapasan berbiaya rendah yang tengah dikembangkan oleh Universitas Indonesia (UI) telah lulus uji produk di Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan (BPFK) Jakarta.
Pada tahap awal, UI menargetkan akan memproduksi sebanyak 1.000 ventilator dalam waktu satu bulan.
Nantinya, ventilator tersebut akan diserahkan ke rumah sakit-rumah sakit rujukan Covid-19 melalui penggalangan donasi berbagai pihak yang dikoordinir Ikatan Alumni Fakultas Teknik UI (Iluni FTUI). (Sumber: Kompas.com/ Yohana Artha Uly, Deti Mega Purnamasari, Dani Prabowo)
Presiden Sebut Indonesia Untung Terapkan PSBB, Baca 5 Peryataan Jokowi Terbaru Terkait Virus Corona
POS-KUPANG.COM--Presiden Sebut Indonesia Untung Terapkan PSBB, Baca 5 Peryataan Jokowi Terbaru Terkait Virus Corona
Presiden Joko Widodo (Jokowi) memberikan pernyataan terkait virus Corona atauCovid-19 di Indonesia.
Adapun Jokowi memberikan tanggapan tentang sejumlah hal mulai dari target penurunan kasus Corona hingga masyarakat diminta berdamai dengan Covid-19 sepanjang vaksin belum ditemukan.
Berikut pernyataan Jokowi terbaru terkait virus Corona yang dihimpun Tribunnews.com, Kamis (7/5/2020):
1. Targetkan Kurva Corona Turun Mei
Jokowi memberikan target kepada jajarannya untuk menurunkan kurva kasus Corona di bulan Mei ini.
Hal itu disampaikan Jokowi dalam rapat paripurna kabinet, Rabu, (6/5/2020).
Awalnya, Jokowi mengatakan fokus utama pemerintah adalah menurunkan kasus Corona secepat mungkin.
"Saya ingin ingatkan fokus kerja yang paling utama sekarang ini tetap pada mengendalikan covid secepat-cepatnya, menurunkan secepat-cepatnya," kata Jokowi.
Menurutnya, negara yang akan menjadi pemenang nanti adalah negara yang bisa mengatasi penyebaran virus corona.
Oleh karena itu semua menteri, kepala lembaga, termasuk Kapolri dan panglima TNI harus mengerahkan seluruh upaya dan tenaga mengendalikan penyebaran virus dan menangani dampaknya.
"Target kita di bulan Mei ini harus betul-betul tercapai, sesuai target yang kita berikan yaitu kurvanya sudah harus turun, dan masuk pada posisi sedang di bulan Juni, di bulan Juli harus masuk pada posisi ringan, dengan cara apapun," katanya.
Agar target tersebut tercapai bukan hanya diperlukan usaha kerasa jajaran pemerintah saja.
Melainkan juga menurut Presiden butuh peran berbagai elemen bangsa, mulai dari masyarakat, partai politik relawan, swasta, dan organisasi sosial.
"Ini yang harus di-dirijeni di-orkestrasi dengan baik, saya yakin jika kita bersatu, jika kita disiplin dalam menjalankan protokol kesehatan semua rencana yang sudah kita siapkan yang lalu ini bisa kita atasi covid secepat-cepatnya," pungkasnya.
2. Siap diawasi Masyarakat
Terkait kerja dalam penanganan Corona, Jokowi mengatakan pemerintahannya siap untuk diawasi.
Karena itu, Jokowi mengingatkan jajarannya agar menerapkan pemerintahan yang transparan.
"Saya ingatkan untuk penanganan Covid semua jajaran pemerintahan harus betul-betul berpegang pada prinsip-prinsip good governance, memegang teguh tranparansi, memegang akuntabilitas," kata Presiden.
Presiden Juga mengingatkan kepada jajaran menterinya agar siap diawasi dan dikontrol dalam menangani penyebaran virus yang pertama kali ditemukan di Wuhan, China itu.
Grafik perkembangan covid-19 (www.covid19.go.id) (www.covid19.go.id)
Pengawasan terhadap pemerintah tidak hanya dilakukan oleh parlemen, melainkan juga masyarakat.
"Kita semuanya juga harus siap untuk diawasi, siap untuk dikontrol, bukan hanya oleh lembaga-lembaga negara seperti DPR, BPK, tapi juga oleh seluruh masyarakat," tuturnya.
Tujuan penanganan Covid-19 menurut Presiden hanya satu, yakni keselamatan masyarakat Indonesia. Baik itu dalam aspek kesehatan maupun sosial dan ekonominya.
"Dalam mencapai tujuan itu, sekali lagi kita semuanya, pemerintah harus bergerak dengan cepat, karena betul-betul situasinya bersifat extra ordinary (luar biasa) dan memerlukan kecepatan, memerlukan ketepatan," pungkasnya.
3. Berdamai dengan Corona, Sampai Ada Vaksin
Jokowi mengatakan jika nantinya kasus Corona sudah turun, bukan berarti kasus Corona akan langsung landai.
Menurut keterangan ahli, lanjut Jokowi, kasus Corona bisa naik turun atau fluktuatif.
Karena itu, Jokowi meminta masyarakat berdamai dengan Covid-19 sampai nantinya ditemukan vaksin.
Hal itu disampaikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Merdeka, Jakarta, dalam video yang diunggah Biro Pers, Media, dan Informasi Sekretariat Presiden pada Kamis (7/5/2020).
"Ada kemungkinan masih bisa naik lagi atau turun lagi, naik sedikit lagi, dan turun lagi dan seterusnya. Artinya, sampai ditemukannya vaksin yang efektif, kita harus hidup berdamai dengan Covid-19untuk beberapa waktu ke depan," kata Jokowi.
4. Jokowi Sebut Indonesia Beruntung Pilih PSBB, bukan Lockdown
Masih dalam kesempatan yang sama, Jokowi mengatakan Indonesia beruntung karena sejak awal pemerintah memilih kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar atau PSBB, bukan karantina wilayah atau lockdown.
Seperti diketahui, PSBB adalah pembatasan kegiatan di tempat umum atau di fasilitas umum dalam bentuk pembatasan jumlah orang dan pengaturan jarak antarorang.
"Artinya, dengan PSBB masyarakat masih bisa beraktivitas, tetapi memang dibatasi. Masyarakat juga harus sadar membatasi diri, tidak boleh berkumpul dalam skala besar," imbuhnya.
"Saya melihat di beberapa daerah dari informasi yang saya terima, jalannya sepi tetapi di kampungnya masih berkerumun ramai, di kampungnya masih banyak yang bergerombol ramai. Padahal interaksi fisik itu harus dikurangi, harus jaga jarak, harus bermasker, harus sering cuci tangan sehabis kegiatan," lanjutnya.
Upaya tersebut harus terus dilakukan untuk menghambat penyebaran Covid-19.
Tetapi, Kepala Negara juga ingin agar roda perekonomian tetap berjalan.
Untuk itu, masyarakat masih bisa beraktivitas secara terbatas, tetapi harus disiplin dalam mematuhi protokol kesehatan.
"Sekali lagi ingin saya tegaskan, yang utama adalah ikuti dengan disiplin protokol kesehatan. Silakan beraktivitas secara terbatas, tetapi sekali lagi ikuti protokol kesehatan. Semua ini membutuhkan kedisiplinan kita semuanya, kedisiplinan warga, serta peran aparat yang bekerja secara tepat dan terukur," tandasnya.(*)
Berita ini telah terbit di TRIBUNNEWS.COM berjudul Pernyataan Jokowi Terbaru soal Corona: Target Kurva Turun Mei hingga Berdamai dengan Covid-19