Corona di Sikka

Kisah Ibu di Maumere Merawat Anaknya Saat Karantina Mandiri Pulang Jepang dan Berstatus ODP

Seldy Utapara, ibu yang tinggal di Kota Maumere, Sikka berbagi cerita soal bagaimana ia merawat anaknya berstatus ODP karena baru pulang dari Jepang

Penulis: Aris Ninu | Editor: Kanis Jehola
POS-KUPANG.COM/ARIS NINU
Seldy Utapara 

POS-KUPANG.COM | MAUMERE - Seldy Utapara, ibu yang tinggal di Kota Maumere, Sikka berbagi cerita soal bagaimana ia merawat anaknya berstatus orang dalam pemantauan ( ODP) karena baru pulang dari Jepang saat wabah Corona sedang melanda dunia.

Penyakit yang belum ada obatnya ini sempat membuat Seldi dan suaminya sempat panik dan tidak tenang.

Yang mana suatu pagi pada Maret 2020 lalu Tesa, anak pertamanya yang sedang berada di negeri Sakura mengirim pesan kalau di tempatnya sudah ada warga terpapar Corona.

Pemdes Liang Sola Kabupaten Mabar Bangun Posko Covid-19

Pesan melalui WA dari sang anak membuat ia dan suaminya kebingungan. "Ibu mana yang hatinya tidak hancur ketika menerima pesan dari anaknya. Anak saya ketika wabah corona sedang melanda dunia ini berada di Jepang karena ikut program pertukaran pelajar Indonesia dengan Pemerintah Jepang selama satu tahun. Saya sempat bingung karena saat itu lagi heboh soal Corona," kata Seldy di Maumere saat ditemui POS-KUPANG.COM, Jumat (1/5/2020) sore.

Ia menjelaskan, kabar soal kepulangan anaknya bersama teman-temannya dipercepat pemulangan ke Indonesia membuatnya tetap tegar.

Group Peduli Sesama Labuan Bajo Salurkan Bantuan APD

Saat tiba di Jakarta dan Denpasar serta Maumere orangtua siswa yang anaknya ikut pertukaran pelajar dipanggil Petugas Kesehatan Sikka dan diberi arahan soal karantina mandiri.

"Saya dan suami ketika ke Bandara Frans Seda Maumere menjemput anak tidak diperkenankan bertemu. Kami hanya lihat dari kaca bandara anak sudah turun dan diperiksa. Yang jemput anak kami semua pakai APD. Petugas lalu antar anak kami ke rumah agar menjalani isolasi mandiri. Saya masih ingat waktu itu saya dan suami benar-bemar ikut anjuran dokter. Kamar tidur dan tempat makan semua terpisah.Anak saya selama 14 hari di dalam kamar. Kalau ia butuh sesuatu kami dipanggil.Kami masuk pakai APD. Piring, senduk, gelas dan tempat makan kami cuci pakai air panas. Pakaiannya kami jemur dipanas dulu lalu cuci pakai air panas. Setiap pagi jam 10 pagi jemur panas selama dua jam. 14 hari ia tinggal di kamar sendiri yang ada kamar mandi dalam.
Kalau pagi hari ia mau jemur panas kami semua di dalam rumah menjauh dan tidak ada yang dekat. Setiap hari dokter telepon dan kasih vitamin. Suami saya sangat displin saat mengawasi anak kami yang berstatus ODP karena pulang dari negara terpapar," papar Seldy.

Ia mengatakan, wabah Corona ini membuatnya dan keluarga benar-benar tabah dan tekun mengawasi proses karantina anaknya selama 14 hari.

"Kekuatan kami adalah doa. Wabah ini membuat saya tenang dan serahkan semua kepada Tuhan. Saya masih ingat setelah 14 hari anak saya dinyatakan sehat ia sempat teriak dari dalam kamar. Hati saya lega karena saya berpisah dengan anak saya selama cukup lama karena ia Jepang saat ia sehat baru saya peluk dia. Saya hanya minta mari kita ikuti anjuran pemerintah soal wabah corona," papar Seldy. (Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Aris Ninu)

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved