Orang Tua Tak Menuntut Sehari Harus Belajar Berapa Jam
Ia juga menyeimbangkan waktu belajar dengan merangkai kertas origami sehingga tidak merasa bosan saat di rumah.
Orang Tua Tak Menuntut Sehari Harus Belajar Berapa Jam
POS-KUPANG.COM | KUPANG - Karena wabah corona virus disease (Covid-19), kegiatan belajar dari rumah untuk para pelajar dan mahasiswa saat ini telah berjalan hampir sebulan.
Salah satu orang tua siswa Sekolah Menengah Pertama Katolik (SMPK) St. Yoseph, Naikoten, Maria Bernadeta, S.Pi, MM, kepada POS-KUPANG.COM mengatakan, kegiatan belajar akan jadi menyenangkan jika diisi dengan hal - hal positif seperti mengembangkan hobby dan bakat anak.
"Saya tidak terlalu menuntut sehari anak harus belajar berapa jam. Setelah tugas dari sekolah selesai, dia bisa mengerjakan apa saja yang dia suka untuk menghabiskan waktunya" ujarnya pada Minggu (26/04/2020).
Ia mengatakan, jika anak terus dijejali dengan pelajaran seharian, akan membuat mereka cepat jenuh. Ia juga mengakui, diawal masa pembelajaran online memang agak susah beradaptasi tetapi sekarang sudah terbiasa dan anaknya pun menikmati proses belajar dari rumah.
"Untuk saya pribadi tidak terlalu kesulitan karena Sheila anaknya memang mandiri, sudah biasa mengatur waktunya untuk belajar, untuk mengerjakan hal yang disukai" tuturnya.
Selain itu ia mengatakan, jika anak sendiri tidak punya disiplin diri yang cukup, maka akan kesulitan untuk mengatur waktu belajar saat diharuskan belajar di rumah seperti ini.
"Sebagai orang tua, sudah seharusnya bijak mengatur waktu anak belajar di rumah. Saat pertama kali proses belajar di rumah dimulai, kita sebagai orang tua harus langsung kasih arahan yang benar sehingga besok - besok mereka sudah terbiasa dan bisa mengatur waktu sendiri" ujarnya.
Dikatakan Maria Bernadeta, pihak SMPK St. Yoseph sendiri sangat responsif dengan keadaan saat ini. Mereka memantau perkembangan anak lewat WhatsApp grup dan selalu memberi tugas yang bervariasi sehingga para siswa tidak bosan belajar.
"Yang saya lihat itu guru - guru memberi tugas bervariasi seperti meringkas, memberi soal (Matematika) untuk dikerjakan, membuat hand sanitizer, dan untuk pelajaran Agama mereka dikasih tugas buat video bagaimana doa bersama keluarga. Kemudian untuk Seni Budaya mereka disuruh membuat hiasan kepala. Saya rasa ini sangat positif dan kreatif" katanya.
Sheila sendiri cukup aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler kelompok tari tradisional di sekolahnya.
Sementara ini, diakuinya, tidak ada pengeluhan berarti karena masih punya waktu antara belajar dan mengerjakan hal - hal kesukaan dan membantu orang tua.
"Kita gunakan waktu secara bijak jadi masih ada waktu untuk mereka membantu orang tua seperti siram tanaman, kebetulan saya punya bunga di rumah, terus gantian nyapu, bersihkan rumah dan cuci piring"
"Intinya ini memang keadaan yang harus kita hadapi sekarang dengan bijaksana. Kalau memang harus di rumah saja, harus dipikirkan bagaimana agar anak - anak tidak bosan"
Maria Bernadeta mengakui, sebagai orang tua siswa, ia melihat pihak SMPK St. Yoseph sangat bagus dalam kaderisasi murid - muridnya. Mereka sudah dipersiapkan sejak kelas VII sehingga para siswa lebih terbiasa dalam mengikuti berbagai kegiatan.
Selain itu ia juga mengatakan, semua orang pastinya ingin keadaan ini cepat berlalu karena bagaimanapun juga, anak - anak sekolah pasti merindukan sekolah, teman - teman dan guru - guru mereka.
Ia mengatakan, anaknya, Sheila Putri Haryono sangat senang membuat prakarya dari kertas origami sehingga waktu luangnya dipakai untuk mengerjakan hal kesukannya tersebut. Selain itu menurutnya lebih aman anak berada di rumah disaat seperti ini sehingga tidak berisiko tertular virus.
Sheila yang saat ini duduk di bangku kelas VII SMPK St. Yoseph, Naikoten ini sebelumnya dipersiapkan untuk mengikuti olimpiade IPS se-Nusa Tenggara Timur namun karena wabah, perlombaannya diundur.
"Sebenarnya bulan Maret kemarin, tapi karena keadaan kita begini jadi diundur" tukas Maria Bernadeta.
Sebelum diberlakukan proses belajar dari rumah, Kepala Sekolah telah memberikan banyak buku untuk dipelajari Sheila sebagai persiapan menghadapi Olimpiade nanti. Sheila tak lupa menyisihkan waktunya untuk mempelajari buku - buku tersebut disela waktunya untuk mengerjakan tugas sekolah dan kegemarannya merangkai kertas origami.
Sheila sendiri mengakui, ia tak merasa terbebani dengan tugas yang diberikan karena memang tidak terlalu banyak. Ia juga menyeimbangkan waktu belajar dengan merangkai kertas origami sehingga tidak merasa bosan saat di rumah.
Meskipun harus tetap mempersiapkan diri untuk olimpiade, ia merasa tak tertekan karena sudah terbiasa mengatur waktu belajarnya sendiri.
• Update Corona di Sumba Timur - 43 ODP Masih Dipantau
• Update Corona TTU, Syukurlah Jumlah ODP di TTU Turun Hingga 17 Orang Saja
• Update Covid-19 NTT : Hari Ini Reagen Tiba Di NTT, Pengujian Swab Sudah Bisa Dilakukan
Sementara itu, Kepala SMPK St. Yoseph, Naikoten, Rm. Amanche Frank Oe Ninu, Pr juga menegaskan kepada para guru agar tidak memberi tugas yang memberatkan siswa karena yang paling penting baginya adalah anak - anak didiknya tetap sehat dalam masa pandemi ini.(Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Ella Uzu Rasi)