Virus Corona

Epidemiologis Inggris Peringatkan Indonesia Soal Transparansi Data Corona, Begini Tanggapan Istana

Seorang epidemiologis Inggris,Roger Saunders mengingatkan Indonesia terkait transparansi data pasien corona. Begini pengakuan istana

Editor: Adiana Ahmad

Epidemiologis Inggris Peringatkan Indonesia Soal  Transparansi Data Corona, Begini Tanggapan Istana

POS-KUPANG.COM - Epidemiologis asal Inggris, Roger Saunders mengingatkan Indonesia terkait transparansi data corona di tanah air.

 Ia mengatakan, jika ingin melihat data yang sebenarnya harus hati-hati.

Pasalnya, data yang asli bisa saja membuat orang syok.

Saunders menilai langkah Pemerintah Indonesia dalam mengatasi Virus Corona di Indonesia sudah tepat.

Hal itu diungkapkan Roger Saunders saat menjadi narasumber dalam acara Hot Indonesia tvOne yang tayang pada Minggu (19/4/2020).

Pada kesempatan itu, ia juga sempat membahas masalah transparansi data Virus Corona di Indonesia.

Jokowi Resmi Putuskan Larangan Mudik, PKS dan PAN Beri Kritikan Pedas

Roger Saunders mulanya mengatakan bahwa pandemi memang biasanya mengejutkan banyak orang.

"Kasus khusus ini yang Anda bisa sebut pandemi sangat mengejutkan setiap orang dan tak ada orang yang siap," kata Rogers.

Namun, Rogers merasa pemerintah sudah mengambil keputusan yang tepat dengan sesuai imbauan WHO.

"Namun pemerintah Anda mengambil langkah yang masuk akal mengikuti kriteria dari WHO (Organisasi Kesehatan Dunia)."

"Hal itu harus dilanjutkan dengan isolasi," lanjutnya.

Lalu, ia sempat menyinggung data yang sempat ditanyakan oleh Pengamat Politik, Sandrina Malakiano.

Menurut Rogers, jika memang ingin melihat data yang sebenarnya harus hati-hati.

Pasalnya, data yang asli bisa saja membuat orang syok.

"Sederhananya jika Anda memerhatikan statistik, waspadalah."

"Karena statistik mungkin tidak memberitahu yang ingin Anda ketahui," ucap dia.

Sehingga, ia mengingatkan kembali ke Sandrina mengenai soal data statistik terkait Virus Corona di Indonesia.

"Saya mengajar statistik di sebuah universitas, saya ingatkan bahwa Anda harus hati-hati saat Anda melihat keseluruhannya," imbaunya.

Ahli Prediksi Gelombang Kedua Corona Terjadi 6 Bulan ke Depan, Ini Penyebabnya

Lihat videonya mulai menit ke-4:37:

Istana akui ada Kendala dalam Transparansi Data

Presiden Joko Widodo (Jokowi) baru-baru ini meminta agar pihak terkait secara buka-bukaan membuka data Virus Corona.

Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Kepresidenan (KSP), Brian Sriprahastuti menjelaskan bahwa sebenarnya Jokowi sudah sering membahas soal keterbukaan data.

Namun, Brian Sriprahastuti mengakui adanya kendala dalam masalah keterbukaan data.

Awas, Ende Termasuk Zona Merah Corona, ini Datanya

"Ya sebetulnya masalah transparansi data dan integrasi data juga itu sudah apa namanya menjadi isu yang setiap saat kita angkat disampaikan Bapak Presiden setiap saat."

"Tetapi memang kita harus akui ada keterbatasan selama sejak ada kasus pertama hingga bulan-bulan ini kan kita masih mengalami kendala," ujar Brian seperti dikutip TribunWow.com dari Kompas TV pada Jumat (17/4/2020).

Namun, kendala yang dimaksud bukan karena kesengajaan.

Melainkan adanya keterbatasan laboratorium tes Virus Corona.

Sehingga, pemerintah harus menunggu lebih lama hasil tes yang didapatkan.

"Nah kendala utama ini sebetulnya bukan masalah transparansi datanya, kendala utama yang kita hadapi adalah masalah bahwa untuk menyampaikan kasus yang ada itu kan harus dikonfirmasi secara laboratorium."

"Dan laboratorium itu saat pada awal itu hanya terbatas ada di beberapa tempat saja," ujar dia.

Jelang Lebaran, Pemerintah Indonesia Resmi Mudik, Antisipasi Penyebaran Corona

Akan tetapi kini Indonesia lebih banyak memiliki laboratorium Virus Corona.

Semakin banyak laboratorium Virus Corona semakin banyak pula data yang bisa disampaikan pemerintah.

Tak hanya itu, kini laboratorium Covid-19 tersebut juga sudah tersedia di daerah-daerah.

"Ada di Jakarta dan sekarang perkembangannya kan sudah berubah ada 32 laboratorium yang sudah tersebar di beberapa daerah yang sudah mampu melakukan konfirmasi diagnostik secara positif."

"Jadi diagnostik laboratorium juga sudah bisa dilakukan di daerah," jelas Brian.

Lihat videonya sejak menit awal:

Keuntungan Transparansi Data Virus Corona Menurut Ahli

Dosen Senior Centre For Precision Health Unisa, Beben Benyamin mengatakan bahwa selama ini perihal keterbukaan data itu lah yang selama ini disarankan oleh timnya.

Hal itu diungkapkan Beben Benyamin melalui sambungan telepon di acara Sapa Indonesia Malam Kompas TV pada Jumat (17/4/2020).

UPDATE Corona: Jaga Sikka Bebas Covid-19, Penumpang Pesawat ke Maumere Wajib Karantina

Beben menjelaskan bahwa keterbukaan data itu bermanfaat bagi masyarakat dan ilmuwan.

"Saya juga kebetulan bersama dengan temen-temen Young Scientist Forum dalam sebulan terakhir ini juga membantu memberikan rekomendasi pada pemerintah salah satunya rekomendasi kita ya memang keterbukaan data."

"Jadi keterbukaan data ini ada mempunya dua fungsi, salah satu fungsi untuk publik dan satu lagi fungsi untuk ilmuwan ataupun juga ahli-ahli kesehatan," ujar Beben.

Bagi publik, keterbukaan data bisa mengurangi kecurigaan masyarakat akan masalah Virus Corona di Indonesia.

"Jadi informasi untuk publik itu kita informasi bahwa pemerintah ini terbuka dengan masalah ini kita bisa masyarakat tahu seberapa besar masalah daripada Covid-19 sehingga tidak ada kesan yang ditutup-tutupi," ungkapnya.

Sedangkan bagi para ilmuwan, keterbukaan data bisa menjadi penelitian mereka hingga bisa dilakukan langkah-langkah pencegahan.

Selama ini para ilmuwan disebut lebih menggunakan data-data dari negara yang sudah lebih dulu terjangkit untuk diteliti.

"Nah sedangkan untuk ilmuwan sendiri, scientist sendiri keterbukaan data itu adalah penting untuk menyediakan semacam feedback loop jadi data-data yang kita selama ini untuk melakukan pencegahan,"

"Diagnosa ini kan banyak menggunakan data-data yang memang sudah dipublikasikan dari China misalnya yang lebih dulu menghadapi pandemi kemudian dari Korea dari Singapura," ujar dia.

Padahal, setiap negara memiliki masalah penyakit penyerta atau penyakit lain di luar Covid-19 yang berbeda-beda.

Seperti di Indonesia di mana tingkat perokoknya cukup tinggi.

"Kan tiap negara unik demografinya unik juga tingkat penyakit-penyakit lainnyak penyakit komordibitasnya, maksudnya tingkat perokok di Indonesia sangat tinggi."

"Kemudian juga penyakit-penyakit lain itu juga kan membutuhkan penanganan khusus sehingga data-data epidemiologi kemudian itu bisa digunakan misalkan terbuka," jelasnya.

Kemudian Beben menjelaskan dengan data yang dibuka maka pemerintah dan ilmuwan bisa bekerja sama untuk menemukan masalah apa yang sebenarnya terjadi pada pasien Indonesia terkait Virus Corona.

Jika telah ditemukan masalahnya, maka pemerintah dan ilmuwan bisa fokus pada masalah itu.

"Lalu misalkan kerja sama dengan ilmuan yang ada di Indonesia yang banyak maupun orang Indonesia di luar negeri, kita bisa olah data-data tersebut sehingga kita bisa memberikan rekomendasi kepada klinik oh ternyata data di Indonesia seperti ini, kayaknya bisa lebih fokus ke ini," pungkasnya. (TribunWow.com/Mariah Gipty)

 
 
Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved