Haji Nurdiman Sedih Sambut Ramadhan, Berharap Wabah Corona Cepat Berlalu
Suasana jelang ramadhan tahun ini dirasakan sangat berbeda dari tahun sebelumnya karena masifnya penyebaran virus corona atau Covid-19 di Tanah Air
Jamaah Masjid Al Muhajirin, Shabandar Loma mengaku bulan puasa tahun ini merupakan bulan puasa yang paling menyedihkan. Pasalnya khas Ramadhan tidak bisa dirasakan dan dilaksanakan secara bersama-sama seperti sholat tarawih berjamaah, berburu ta'jil dan buka puasa bersama.
"Semuanya sholat di rumah masing-masing ini semua untuk putuskan rantai penyebaran virus Covid-19," tuturnya.
Hal serupa disampaikan Faisal Sengaji, karena tak boleh sholat tarawih berjamaah maka otomatis sholat tarawih dilangsungkan di rumah masing-masing. Sediakan tempat sholat untuk sholat bersama keluarga.
"Ini pertama kalinya bulan puasa, sholat tarawihnya kami jalankan di rumah selama satu bulan penuh. Sedih sekali tapi mau bagaimana lagi, yang penting niatnya. Meskipun semuanya tampak berbeda, suasananya juga berbeda," ujarnya.
General Manager Sahid T-More Kupang RM Tri Arachis H juga merasa sedih karena tidak bisa mudik merayakan lebaran bersama keluarga di Yogyakarta. Padahal, ia sudah memesan tiket sejak akhir Februari 2020.
"Sedih, pasrah, jalankan ibadah dengan prihatin. Seumur hidup ya baru tahun ini tak ada sholat tarawih, bukber, tadarus. Beban pikiran, rindu keluarga di sana. Tapi ya bagaimana lagi, tetap harus dijalani. Saya masih bersyukur bisa tetap bekerja," ungkap Tri, Minggu (19/4) malam.
Hotel Sahid T-More Kupang pun tak melakukan banyak persiapan menjelang ramadhan ini. Mereka harus tetap menjalankan imbauan dan protokol kesehatan yang telah dikeluarkan pemerintah. Karena tidak ada buka bersama (bukber), maka restoran pun tidak menyediakan menu khusus ramadhan. Semua menu disesuaikan seperti hari biasa.
"Sarapan saja saya ubah antar ke kamar, namanya breakfast on bed. Jadi, sarapannya kami antar ke kamar dan jamnya disesuaikan dengan pilihan tamu," jelasnya.
Sementara itu, Masita Bareut, seorang Karyawan Swasta di Universitas Muhammadiyah Kupang merasa bulan puasa tahun 2020 ini sangat berbeda. Namun, ia memetik makna dari momen ini.
Ia menganggap masa puasa di tengah pandemi Covid-19 menjadi momen untuk serius beribadah. Walaupun berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, tapi ia juga melakukan beberapa persiapan menjelang puasa, seperti persiapan finansial.
Putra NTT 2019, Rahmad Syarua Daud mengungkapkan, bulan puasa tahun 2020 dirasakan berbeda karena beberapa kegiatan keagamaan dibatasi, seperti sholat tarawih dan bukber yang ditiadakan. Ia hanya berharap wabah ini cepat berlalu agar bisa menyambut ramadhan dengan barokah.
"Dengan kondisi ini, kami sekeluarga hanya mempersiapkan tempat ibadah di rumah agar bisa melaksanakan ibadah di rumah saat bulan puasa. Tentu saja kami tetap jalankan protap kesehatan yang telah diimbau pemerintah," jelasnya.
Jika situasi kondisi Covid-19 ini semakin parah, lanjut Rahmad, maka tak akan ada silahturahmi saat lebaran seperti berkunjung ke rumah saudara satu sama lain. Namun, silahturahmi itu dapat dilakukan dengan memanfaatkan teknologi yang ada, seperti panggilan video agar suasana lebaran masih bisa dirasakan dan tali silahturahmi tetap terjalin.
Masih Pro dan Kontra
Ketua Pengurus Masjid Nur A. Sidiq Saraboro, Irwan Hasibun yang ditemui di kediamannya di Kelurahan Rukun Lima, Ende Selatan, Minggu (19/4) mengatakan, pelaksanaan Shalat Tarawih, Shalat Jumat dan Tadarusan serta Shalat ID 1441 H dalam bulan ramadhan masih didiskusikan pengurus masjid setempat untuk tetap dilaksanakan berjemaah atau tidak.