Ansy Lema: Pemerintah Harus Memihak Peternak Kecil Perunggasan

anggota DPR RI Komisi IV Yohanis Fransiskus Lema atau Ansy Lema mendesak Kementerian Pertanian melalui Dirjen Pete

Penulis: Thomas Mbenu Nulangi | Editor: Ferry Ndoen
istimewa
/Anggota DPR RI, Ansy Lema. 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Tommy Mbenu Nulangi

POS-KUPANG.COM | KEFAMENANU-Anggota DPR RI Komisi IV Yohanis Fransiskus Lema atau Ansy Lema mendesak Kementerian Pertanian melalui Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan menunjukkan komitmen dan keberpihakan kepada nasib peternak kecil perunggasan dalam bentuk kebijakan yang tepat dan terukur untuk lima tahun ke depan.

Hal ini ditegaskan politisi PDI Perjuangan tersebut ketika menghadiri audiensi virtual Komisi IV DPR RI dengan Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar), Jumat (3/4/2020), pukul 10:00 WIB.

Ansy mengaku telah mendengar keluhan para peternak kecil yang tidak mendapat perhatian pemerintah. Saat ini para peternak unggas merasa terpuruk karena harga ayam dan telur ayam yang terus turun di tengah Pandemik Corona (Covid-19).

“Harga ayam di tingkat peternak yang dilepas dari kandang sebesar Rp 13.000 - 14.500/kg, sementara harga pokok produksi (HPP) 1 kg ayam mencapai Rp 17.000 - 18.000/kg. Sementara ayam broiler dan telur jauh di bawah harga pokok produksi sebesar Rp 19.000 per kg. Harga ayam broiler per 1 April 2020 hanya Rp 8000 per kg dan telur Rp 17.000 per kg. Ini tentu memukul peternak kecil perunggasan domestik. Bagaimana peternak bisa untung kalau pendapatan lebih kecil dari biaya produksi?”, gugat Ansy.

Peternak ayam dan telur skala kecil juga selalu kalah bersaing berhadapan dengan korporasi-korporasi dengan modal finansial besar dan kemudahan regulasi, sehingga mampu melakukan penetrasi dan mendikte harga di pasar. Dampaknya, harga ayam dan telur peternak kecil jatuh.

/Anggota DPR RI, Ansy Lema.
/Anggota DPR RI, Ansy Lema. (istimewa)

“Negara harus hadir mengatur pasar agar jangan terjadi monopoli dan kartel di pasar yang terus merugikan peternak kecil. Telah banyak usaha peternak kecil bangkut,” tegas Ansy.

Tidak hanya itu, para peternak unggas juga mengeluhkan mahalnya harga Pakan Jagung. Harga jagung lokal Rp.4.300/kg sementara harga jagung impor 3.300-3.700/kg. Bahkan ada peternak yang membeli dengan harga 5.200/per kg. Pemerintah sudah melarang impor jagung, tetapi tidak diikuti kebijakan konkret untuk mendistribusikan pakan ke para peternak.

“Harga Pakan Jagung di Indonesia sangat mahal, bahkan termahal di dunia. Tapi, peternak harus membeli karena produksi telur dan daging ayam sangat bergantung kepada Pakan Jagung. Pemerintah harus turun tangan melancarkan distribusi pakan agar tidak terjadi kelangkaan. Bila perlu memberi bantuan peternak untuk beli pakan berdasarkan database yang valid-akurat,” beber legislator asal NTT ini.

Menurutnya, Kementerian Pertanian di bawah komando Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan dapat menjadikan wabah corona sebagai momentum untuk merevitalisasi komitmen untuk lebih memerhatikan peternak kecil domestik. Regulasinya bisa berupa mandat bagi korporasi-korporasi pakan untuk membeli pasokan ayam dan telur dari peternak kecil sebesar 20-30 persen.

“Harga ayam dan telur dari peternak kecil juga harus diatur atau menggunakan Harga Patokan Pemerintah agar memutus rantai para tengkulak dan kartel harga di pasar ternak,” ujar Ansy.

Kebijakan Pro Peternak Kecil

Sementara itu, pemerintah harus terus menciptakan iklim usaha kondusif bagi peternak kecil agar mereka tetap produktif dan mampu bersaing di pasar. Mereka sudah berjerih lelah memelihara ayam, telur dan ternak lainnya selama beberapa bulan, tetapi tak mendapat untung karena harga murah.

“Supply bibit ayam dari luar negeri harus segera dibatasi, jangan sampai terjadi oversupply. Pemerintah perlu memerintahkan korporasi agar membeli ayam dan telur peternak kecil, karena sebenarnya kita sanggup memenuhi kebutuhan domestik,” papar Ansy.

Mantan dosen itu meminta pemerintah menutup wacana impor ayam beku dari Brazil. Selain menggangu iklim usaha keunggasan, impor juga mematikan produktivitas peternak kecil domestik. Justru dalam momentum Pandemik Corona, Kementerian Perdagangan dan Perum Bulog dapat membenahi arah kebijakan impor. Karena di tengah Pandemik Corona di mana ekonomi negara-negara di dunia terganggu, Indonesia tak bisa mengharapkan impor ayam dan telur. Negara-negara importir pasti mau menyelamatkan diri dan menggunakan produksi untuk kebutuhan domestik dalam mengantisipasi Pandemik Corona.

Tim Penanganan Corona Pemkab Sikka Semprot Disinfektan di Kantor Pos Kupang Maumere

Sumber: Pos Belitung
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved