Dokter Cantik Tewas Dicekik Pacar KarenaDituduh Tularkan Corona,Ternyata Hasil Test Negatif Covid-19
Dokter Cantik Tewas Dicekik Pacar KarenaDituduh Tularkan Corona,Ternyata Hasil Test Negatif Covid-19
Dokter Cantik Tewas Dicekik Pacar Karena Dituduh Tularkan Corona, Ternyata Hasil Test Negatif Covid-19
POS KUPANG.COM -- Serangan virus corona membuat kepanikan terjadi di hampir setiap negara
Di sisi lain masing-masing negara juga bekerja keras untuk terus menekan jumlah pasien corona
Kepanikan juga bisa membuat seseorang gelap mata, bahkan sang kekasih pun bisa dihabisi bila tak lagi sanggup mengontrol diri
Seorang perawat tega mencekik kekasihnya yang berprofesi sebagai dokter hingga tewas. Pelaku menduga korban telah menularkan virus corona kepadanya. Padahal, hasil rapid test di luar dugaan...
Tahun 2020 nampaknya akan diingat oleh masyarakat sebagai momentum dimana wabah virus corona melumpuhkan berbagai negara di dunia.
Dilansir dari Worldometers pada Kamis pagi (2/4/2020) sebanyak 934.245 orang di dunia atau hampir 1 juta jiwa menjadi pasien positif corona.
• ZODIAK CINTA & ASMARA, Ramalan Zodiak Cinta,Jumat 3 April 2020: Cancer Perlu Mengalah, Leo Buka Hati
• RAMALAN ZODIAK HARI Ini, Jumat 3 April 2020: Gemini Kejutan Menyenangkan, Pisces Peluang Bari
• Kapolsek yang Baru Menikah Selebgram Langsung Dicopot, Ini Sebabanya Bisa Jadi Pelajaran Polisi Lain
• 300 Siswa Sekolah Calon Perwira Polisi Tiba-tiba Positiv Corona, Awalnya hanya 7 Orang
Sementara itu jumlah pasien meninggal dunia karena COVID-19 mencapai 46.923 jiwa.
Angka diatas tentunya menjadi keprihatinan banyak orang.
Selain pasien, para tenaga medis juga tak luput dari perhatian.
Mereka berjuang mati-matian dalam merawat pasien corona meski harus bertaruh nyawa.
Tak sedikit para tenaga medis yang akhirnya gugur saat menjalankan tugasnya.
Salah satu dokter di Italia bernama Lorena Quaranta harus kehilangan nyawanya gara-gara corona.
Lorena Quaranta (27) sebenarnya tak terinfeksi corona, namun virus tersebut justru membuat sang kekasih gelap mata hingga tega menghabisi nyawanya.
Dilansir TribunStyle dari Daily Star pada Kamis (2/4/2020), Antonio De Pece (28) tega mencekik kekasihnya itu hingga tewas.
Keduanya sama-sama bertugas di rumah sakit di Messina, Sisilia yang mana telah dirancang untuk membantu menangani pasien corona.
De Pace yang berprofesi sebagai perawat itu menduga Lorena telah menularinya virus corona.
Ia diklaim memanggil polisi ke apartementnya setelah berhasil membunuh Lorena.
Saat berada di lokasi kejadian, polisi menemukan Lorena telah meninggal, sementara De Pace ditemukan di lantai telah memotong pergelangan tangannya.
Teman-teman Lorena di rumah sakit pun berhasil menyelamatkan nyawa De Pace.
De Pace pun akhirnya diseret ke Jaksa Penuntut untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya.
Kepada Jaksa Penuntut, De Pace mengaku membunuh Lorena karena dia menulari virus corona.
Berdasarkan laporan The Sun, tes corona sedang dilakukan kepada kedua sejoli tersebut.
Sejauh ini, tak ada indikasi yang menunjukan Lorena maupun De Pace terkena virus corona.
Saking tingginya angka kematian akibat virus corona di Italia membuat keluarga tidak akan dapat mengadakan pemakaman penuh.
Walikota Anna Alba bahkan menyebut apa yang dialami Lorena merupakan tragedi di dalam tragedi.
"Orangtuanya yang miskin telah menderita kehilangannya dan sekarang mereka tidak akan dapat memberikan ucapan selamat tinggal terakhir kepadanya.
Ini adalah sebuah tragedi dalam sebuah tragedi," ujarnya.
Lorena sendiri dikenal sebagai sosok dokter yang cukup vokal dalam menyuarakan kondisi rekan sejawatnya selama menangani wabah corona.
Beberapa hari sebelum tewas, Lorena sempat menulis kalimat haru tentang profesinya sebagai dokter di Facebook pribadinya.
"Sekarang lebih dari sebelumnya kita perlu menunjukkan tanggung jawab dan cinta untuk hidup.
Hormati dirimu, keluarga dan negaramu. Pikirkan dan ingatlah orang-orang yang mendedikasikan hidup mereka setiap hari untuk merawat orang sakit.
Mari kita tetap bersama-sama, semua orang di RUMAH mereka sendiri.
Mari kita hindari orang sakit berikutnya adalah orang tersayang atau diri kita sendiri," tulis Lorena pada (11/3/2020).
De Pace bahkan sempat mengucapkan selamat kepada Lorena atas kelulusannya.
"Untuk mencapai impian kita, kamu harus bekerja keras dengan tekad dan kamu adalah buktinya.
Aku berharap kamu terus mengejar mimpimu, selalu menjalani kehidupan yang selalu kamu mimpikan. Bagus sekali!
Selamat atas kelulusanmu sebagai dokter yang cemerlang." tulis De Pace pada (23/3/2020). (TribunStyle.com/Febriana)
Perawat Cantik Bunuh Diri Setelah Dinyatakan Positif Corona, Takut Covid-19 Tertular pada Orang Lain
POS-KUPANG.COM - Seorang perawat Italia bunuh diri setelah dites positif mengidap Virus Corona.
Perawat wanita cantik itu mengaku takut akan menginfeksi orang lain, demikian disampaikan Federasi Keperawatan Italia sebagaimana diberitakan dailymail, Rabu (25/3/2020) ini.
Daniela Trezzi (34), perawat tersebut, bekerja di garis depan krisis coronavirus di sebuah rumah sakit di Lombardy, wilayah yang paling parah terkena dampak Covid-19 di Italia.
Federasi Perawat Nasional Italia mengonfirmasi kematiannya dan menyatakan 'rasa sakit dan cemas' dalam sebuah pernyataan, semalam.
Federasi mengatakan banyak pekerja medis menderita 'stres berat' karena mereka takut menyebarkan virus ketika mencoba mengendalikan krisis Italia yang kini semakin parah.
Kelompok keperawatan juga mengungkapkan bahwa 'episode serupa telah terjadi seminggu yang lalu di Venesia, dengan alasan mendasar yang sama'.
Manajer umum rumah sakit San Gerardo, Mario Alparone, mengatakan Daniela Trezzi sudah di rumah sakit sejak 10 Maret 2020 dan menyatakan bahwa 'dia tidak di bawah pengawasan'.
Di Italia, angka kematian per hari terus melonjak. Kemarin, 743 orang pasien Virus Corona meninggal dalam satu hari.
Namun, jumlah total orang terinfeksi naik 8 persen -tingkat terendah sejak Italia menyatakan adanya kematian pertamanya pada 21 Februari 2020.
"Langkah-langkah yang kami ambil dua minggu lalu mulai berpengaruh," kata Kepala Dinas Perlindungan Sipil Italia Angelo Borrelli kepada harian La Repubblica.
Sehari sebelumnya, kasus-kasus baru dalam periode 24 jam hanya berjumlah 280 kasus.
Selama dua hari berturut-turut, persentase peningkatan harian dalam beban kasus mencapai 8 persen.
Otoritas kesehatan telah memperingatkan bahwa terlalu dini untuk mengatakan apakah Italia akan mencapai puncak dalam wabah Virus Corona.
Para pejabat kesehatan di seluruh negara Mediterania yang porak poranda sedang meneliti setiap bagian data baru untuk melihat apakah larangan dan penutupan (lockdown) selama dua minggu telah berpengaruh positif dalam penanganan krisis.
Pembatasan paling keras secara teoritis akan berakhir pada Rabu malam ini- meskipun pemerintah yakin akan memperpanjangnya dalam beberapa bentuk selama berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan ke depan.
Korban Virus Corona di Italia
Sementara itu, sebelumnya diberitakan Wartakotalive.com, jumlah korban tewas akibat wabah virus corona di Italia kembali mengalami kenaikan.
Hari Selasa ini, Badan Perlindungan Sipil Italia seperti dilaporkan Reuters, mencatat 743 warga Italia meninggal dunia karena Covid-19.
Dengan demikian total kematian akibat wabah corona di negeri Pizza itu menjadi 6.820 orang, sebuah angka kematian tertinggi di dunia.
Seperti diketahui, korban tewas akibat Viris Corona tertinggi di Italia terjadi pada hari Sabtu (20/3/2020) yakni sebanyak 793 orang.
Dua hari berikutnya mengalami penurunan yakni 602 orang tewas pada Hari Senin dan 650 orang pada hari Selasa.
Dengan demikian angka kemarian itu kembali mengalami kenaikan hari ini dengan 743 orang meninggal dunia.
Jumlah total kasus yang dikonfirmasi di Italia naik menjadi 69.176 dari sebelumnya 63.927 kasus. Angka itu meningkat 8,2 persen.
Sementara itu yang sudan sembuh sebanyak 8.326 orang atau mengalami peningkatan dibanding sebelumnya 7.432 orang.
Sebanyak 3.396 orang dalam perawatan intensif atau meningkat dari 3.204 orang.
Wilayah utara Lombardy yang paling terpukul masih dalam situasi kritis, dengan total 4.178 kematian dan 30.703 kasus.
• Batuk? Jangan Panik Dulu! Ini Beda Batuk Biasa dan Batuk karena virus Corona
• Negatif Corona, Ini Pesan Dokter Handoko Gunawan Setelah 14 Hari Diisolasi untuk Pasien Covid-19
Itu mengalami peningkatan dibandingkan dengan 3.776 kematian dan 28.761 kasus dilaporkan hingga Senin.
Problem Demografi di Italia
Dikutip Wartakotalive.com dari The Telegraph, menurut Prof Walter Ricciardi, penasihat ilmiah menteri kesehatan Italia, angka kematian negara itu jauh lebih tinggi karena demografi - negara ini memiliki populasi tertua kedua di dunia - dan cara rumah sakit mencatat kematian.
"Usia pasien kami di rumah sakit jauh lebih tua , mediannya adalah 67, sedangkan di Cina adalah 46," kata Prof Ricciardi.
"Jadi pada dasarnya distribusi usia pasien kami diperas ke usia yang lebih tua dan ini sangat penting dalam meningkatkan kematian."
Sebuah studi di JAMA minggu ini menemukan bahwa hampir 40 persen infeksi dan 87 persen kematian di negara ini telah dialami oleh pasien berusia di atas 70 tahun.
Dan menurut pemodelan oleh Imperial College, London, mayoritas kelompok usia ini cenderung membutuhkan perawatan rumah sakit yang kritis.
Termasuk 80 persen dari usia 80-an memberikan tekanan besar pada sistem kesehatan.
Tetapi Prof Ricciardi menambahkan bahwa angka kematian Italia mungkin juga tampak tinggi karena cara dokter mencatat kematian.
• Batuk? Jangan Panik Dulu! Ini Beda Batuk Biasa dan Batuk karena virus Corona
• JADWAL ACARA TV Besok Kamis 26 Maret 2020, Bioskop Trans TV, Taken 3 di RCTI, Samudra Cinta SCTV
“Cara kami mengkode kematian di negara kami sangat murah hati dalam arti bahwa semua orang yang meninggal di rumah sakit dengan virus corona dianggap sekarat karena virus corona.
“Pada evaluasi ulang oleh National Institute of Health, hanya 12 persen dari sertifikat kematian telah menunjukkan kausalitas langsung dari coronavirus, sementara 88 persen pasien yang telah meninggal memiliki setidaknya satu pra-morbiditas - banyak memiliki dua atau tiga, " dia berkata.
Para pasien berusaha bertahan dengan penutup helm agar bisa bernafas. Para dokter dan perawat berusaha menekan angka kematian di Italia akibat COVID-19 (sky news)
Ini tidak berarti bahwa Covid-19 tidak berkontribusi pada kematian pasien, melainkan menunjukkan bahwa korban jiwa Italia telah melonjak karena sebagian besar pasien memiliki kondisi kesehatan yang mendasarinya.
Para ahli juga memperingatkan agar tidak membuat perbandingan langsung antar negara karena perbedaan dalam pengujian.
Martin McKee, profesor kesehatan masyarakat Eropa di London School of Hygiene dan Tropical Medicine, mengatakan bahwa negara-negara belum memiliki indikasi yang baik tentang berapa banyak infeksi ringan yang mereka miliki.
• VIDEO - Petugas Dinas Kesehatan Semprotkan Disinfektan di Kantor Gubernur NTT, Cegah Covid-19
• Jakarta Bukan Ancaman! Inilah Bocoran Jokowi, Provinsi Bakal Terkena Dampak Buruk Covid-19 Corona
Jika pengujian lebih lanjut menemukan lebih banyak kasus asimptomatik yang menyebar tidak terdeteksi, angka kematian akan turun.
"Masih terlalu dini untuk membuat perbandingan di seluruh Eropa," katanya.
“Kami tidak memiliki sero-surveilans rinci tentang populasi dan kami tidak tahu berapa banyak orang tanpa gejala yang menyebarkannya,” imbuhnya.
Prof McKee menambahkan bahwa pengujian saat ini tidak konsisten di seluruh benua, atau dunia.
"Di Jerman, pengawasan epidemiologi lebih menantang - hanya karena kompleksitas bekerja di negara federal dan karena kesehatan masyarakat sangat terorganisir di tingkat lokal."
Tetapi ada faktor-faktor lain yang mungkin berkontribusi pada tingkat kematian Italia, kata para ahli.
Ini termasuk tingkat merokok dan polusi yang tinggi, sebagian besar kematian terjadi di wilayah utara wilayah Lombardy, yang terkenal karena kualitas udara yang buruk.
Dan juga tidak ada keraguan bahwa bagian dari sistem kesehatan Italia telah dibanjiri oleh lonjakan pasien virus corona dan sedang berjuang untuk mengatasinya.
"Dokter di Italia belum berurusan dengan satu atau dua pasien dalam perawatan tetapi hingga 1.200," kata Dr Mike Ryan, direktur eksekutif program darurat kesehatan di WHO.
"Fakta bahwa mereka menyelamatkan begitu banyak adalah keajaiban kecil dalam dirinya sendiri."
Tekanan ini kemungkinan akan semakin buruk karena lebih banyak petugas kesehatan yang terinfeksi dan harus mengisolasi - sudah, 2.000 telah tertular virus di Italia.
• Rocky Gerung Gugat Staf Millenial Jokowi di Tengah Pandemi Corona, Bintang ILC TV One: Kasih Solusi!
• ZODIAK ASMARA - Ramalan Zodiak Cinta Kamis 26 Maret 2020, Aries Emosional, Sagitarius Romantis
"Ada tiga faktor yang terlibat di Italia: satu adalah populasi yang jauh lebih tua, dua sistem kesehatan kewalahan, dan tiga ada kehilangan pekerja kesehatan yang signifikan karena tingkat infeksi coronavirus yang tinggi di antara mereka," kata Prof McKee.
"Italia ada di depan kita dalam epidemi ini dan tidak jelas berapa banyak petugas kesehatan (di Inggris) yang harus mengisolasi diri. Itu masalah besar lainnya.
"Berdasarkan pengalaman Italia, ada kekhawatiran nyata bagi Inggris," tambah Prof McKee.
"Dibandingkan dengan hampir setiap negara Eropa lainnya, kami memiliki kekurangan relatif dari ventilator dan staf medis." pungkasnya.
Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus memperingatkan bahwa "pandemi ini semakin cepat"
• 37 Tamu Undangan Tertular Corona, Resepsi Pernikahan Berbah Bencana, Ini Nasib Kedua Mempelai
• Jakarta Bukan Ancaman! Inilah Bocoran Jokowi, Provinsi Bakal Terkena Dampak Buruk Covid-19 Corona
Dibutuhkannya 67 hari untuk kasus mencapai angka 100.000 secara global, 11 hari untuk kasus mencapai 200.000 dan hanya empat hari untuk kasus mencapai 300.000.
Artikel ini telah tayang di Wartakotalive dengan judul BREAKING NEWS: Wanita Perawat Italia Bunuh Diri setelah Positif Corona, Khawatir Tulari Orang Lain, https://wartakota.tribunnews.com/2020/03/25/breaking-news-wanita-perawat-italia-bunuh-diri-setelah-positif-corona-khawatir-tulari-orang-lain?page=all.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/kupang/foto/bank/originals/lorena-quaranta-dan-antonio-de-pace.jpg)