Ibadah Paskah di Vatikan, Paus Fransiskus Pimpin Misa Tanpa Umat

PENDEMI virus Corona ( Covid-19) di Italia mempengaruhi ibadah pekan suci dan paskah umat Katolik di Vatikan

Editor: Kanis Jehola
KOMPAS.com/AFP / ANDREAS SOLARO
Paus Fransiskus 

POS-KUPANG.COM - PENDEMI virus Corona ( Covid-19) di Italia mempengaruhi ibadah pekan suci dan paskah umat Katolik di Vatikan. Ibadah yang akan digelar pada akhir Maret hingga awal April itu tetap dipimpin oleh Paus Fransiskus namun tanpa kehadiran umat demi mencegah penyebaran virus Corona.

Dalam kondisi normal dua ibadah tersebut dihadiri oleh puluhan ribu orang. Tak pelak kebijakan itu merupakan yang pertama kali dilakukan oleh otoritas di Vatikan.

AURA KASIH: Hidup Bersih

Sejumlah sumber mengatakan otoritas terkait masih mempelajari langkah yang aman untuk menyatukan umat dalam ruangan tertutup, termasuk di antaranya di Basilika Santo Petrus dan Kapel Sistine.

Nantinya, umat yang diperbolehkan hadir hanya perwakilan dari kelompok-kelompok masyarakat dan keagamaan. Merujuk pada laman resmi otoritas di Vatikan, misa akan berlangsung tanpa umat dan hanya dapat diakses lewat siaran langsung via televisi dan internet.

Aturan itu akan berlangsung sampai Hari Paskah pada 12 April. Pembatasan pertemuan antara Paus dengan umat sebelumnya hanya dibuat sampai 18 Maret.

Camat di Manggarai Lapor ASN dan Warga yang Pulang dari Daerah Terpapar Corona

Rangkaian ibadah satu minggu pada Pekan Suci, diawali Minggu Palma dan diakhiri dengan Hari Paskah, merupakan hari raya umat Katolik Roma. Biasanya pada pada Hari Paskah, Paus Fransiskus menghadiri misa "Urbi et Orbi" yang digelar dua kali tiap tahunnya. Paus akan menyampaikan pesan-pesan Paskah di balkon St Peter's Square.

Otoritas di Belanda biasanya mengirim puluhan ribu bunga untuk menghias altar Paus dan seluruh alun-alun di Vatikan. Namun, Duta Besar Belanda untuk Vatikan, Caroline Weijers pada minggu lalu mengatakan untuk perayaan tahun ini negara itu tidak akan mengirim bunga.

Italia telah menjalani isolasi selama satu minggu karena negara itu terdampak cukup parah oleh pandemi Covid-19 dibandingkan dengan negara-negara Eropa lainnya.

Korban meninggal dunia akibat Covid-19 di Italia bertambah jadi 1.441 jiwa pada Sabtu (14/3). Jumlah pasien positif Covid-19 naik dari 17.660 jadi 21.157 orang.

Kegiatan kepausan dan aktivitas pemerintahan di Vatikan terpaksa berubah karena pandemi Covid-19.

Sebagaimana tempat lainnya, misa di Italia juga diliburkan sementara demi menghindari kumpulan massa. Jemaat diminta mengikuti misa melalui tayangan langsung dari televisi dan internet.

Jumlah korban meninggal akibat wabah virus Corona di Italia naik hampir 14 persen dari total 1.266 sehari sebelumnya. Menurut otoritas di Italia, sebanyak 1.966 pasien dinyatakan sembuh. Jumlah pasien yang dirawat secara intensif juga bertambah menjadi 1.518 dari sebelumnya 1.328 orang.

Jumlah kasus virus Corona terkonfirmasi di luar China meningkat 10.955 (hampir mencapai 11 ribu) menjadi 72.469 dalam 24 jam terakhir hingga pukul 10.00 Waktu Eropa Tengah, Minggu, menurut laporan harian yang dirilis Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Laporan tersebut menunjukkan total 153.517 kasus infeksi Covid-19 yang dilaporkan secara global hingga Minggu pagi. Di luar China, 333 pasien meninggal, menambah jumlah akumulasi kematian menjadi 2.531. Jumlah kematian di China mencapai 3.208 orang.

Sebanyak sembilan negara dan wilayah melaporkan kasus pertama Covid-19, menambah daftar panjang negara yang terjangkit Corona menjadi 144. Di Eropa, episentrum pandemi Covid-19, lebih dari 45.000 kasus dilaporkan oleh lebih dari 50 negara dan kawasan hingga Minggu pagi.

Sejumlah negara Eropa yang terdampak paling parah yaitu Italia, Spanyol, Prancis, Jerman, Swiss dan Inggris, melaporkan lebih dari 37.000 kasus infeksi.

Lab Militer AS

Pendemi Covid-19 memicu saling tuding antara Amerika Serikat (AS) dan China mengenai siapa yang bertanggungjawab atas virus mematikan itu. Global Times yang dikelola pemerintah melaporkan tentang petisi di situs web Gedung Putih (kantor Presiden AS) yang mendesak pemerintah AS merilis lebih banyak informasi mengenai penutupan laboratorium penelitian penyakit menular di bawah Kementerian Pertahanan (Pentagon).

The Global Times mencatat pengguna internet dan para ahli Cina menyerukan informasi lebih lanjut tentang apakah laboratorium The Fort Detrick dikaitkan dengan virus Corona. Secara kebetulan penutupan laboratorium itu bersamaan waktunya dengan munculnya wabah Covid-19.

Banyak laporan berita berbahasa Inggris tentang penutupan Fort Detrick telah dihapus baru-baru ini, menimbulkan kecurigaan atas hubungan laboratorium dengan virus Corona. Ini adalah yang terbaru dari serangkaian pernyataan para diplomat China dan media pemerintah mengenai teori virus itu tidak berasal dari China, tetapi hanya ditemukan di Negeri Tirai Bambu itu.

Pekan lalu, kantor berita resmi Xinhua mengklaim epidemi itu pertama kali dilaporkan di Tiongkok tetapi tidak berarti wabah itu berasal dari China.

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Zhao Lijian, bahkan telah berkicau di akun Twitter menyebut, "Mungkin tentara AS yang membawa epidemi ke Wuhan."

Dampak dari pernyataan itu pemerintah AS memanggil Duta Besar China Cui Tiankai. "China mencoba mengalihkan kritik yang menyebut mereka memulai wabah global ini, dan tidak memberitahukannya kepada dunia," ujar Diplomat AS, Stilwell.

Ia menuturkan China sudah membuat manuver berbahaya karena memunculkan konspirasi yang belum tentu jelas kebenarannya. Sebelumnya, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo menyebut penyakit itu virus Wuhan. Sedang Penasihat Keamanan Nasional AS Robert O 'Brien yang menuding Beijing lambat bereaksi.

Dubes China Cui Tiankai berharap dua negara bisa berjalan beriringan dalam memerangi virus Corona. Presiden Donald Trump mengatakan Beijing tentunya tahu dari mana wabah itu berasal, namun ia optimistis teori konspirasi tersebut tidak akan menghalangi penyelesaian fase pertama solusi perang dagang di antara dua negara.

Para pakar percaya bahwa asal muasal wabah itu berasal dari Pasar Seafood Huanan di Wuhan, yang menjual berbagai hewan liar dan eksotis. (bbc/cnn/feb)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved